Selasa, 17 April 2012

Reproduksi dan Pertumbuhan Mikroba

2.1  Proses Reproduksi Mikroba
Reproduksi mikroba dapat terjadi secara aseksual dan secara seksual (terjadi pada beberapa individu saja). Pada bakteri misalnya, perkembangbiakan secara aseksual terjadi secara pembelahan biner, yaitu satu sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian masing-masing sel anak akan membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya sehingga jumlahnya akan semakin berlipat ganda. Selama sel mebelah maka akan terjadi keselarasan replikasi DNA sehingga tiap-tiap sel anak akan menerima sedikit satu koloni (salinan) dari genom. Sebuah sel bakteri dalam suatu lingkungan yang sesuai akan menjadi suatu koloni keturunan melalui pembelahan biner. Baik pembelahan mitosis maupun meiosis tidak terjadi pada prokariota dan inilah perbedaan mendasar lain antara prokariota dan eukariota (Waluyo, 2004).
1.      Perkembangbiakan Aseksual Pada Mikroba
a.       Pembelahan Biner
Pembelahan sederhana yang membentuk 2 sel baru yang identik. Dimana masing-masing sel anak akan membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya sehingga jumlahnya akan semakin berlipat ganda. Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut;
1)      Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus
2)      Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang
3)      Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni.
Pembelahan biner ini terjadi pada bakteri, Amoeba, Paramecium, Euglena, Entamoeba histolica, dsb.
b.      Fragmentasi
            Fragmentasi terjadi pada sel-sel yang disebut hormogonium. Pemutusan bagian secara sederhana dan bagian yang terpisah akan tumbuh menjadi sel baru. Organisme yang matang pecah menjadi dua atau lebih potongan atau fragmen. Fragmen kemudian tumbuh menjadi organism lengkap. Contohnya terjadi pada Spirogyra.
c.       Pembentukan spora aseksual
            Proses pembentukan spora aseksual ini terjadi pada fungi dimana terjadi melalui peleburan nucleus dari dua sel induk. Spora aseksual yang berfungsi untuk menyebarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar. Terdapat lima jenis spora aseksual yaitu konidiospora, sporangiospore, oidium, klamidospora, dan blatospora.
2.      Perkembangbiakan Seksual Pada Mikroba
            Perkembangbiakan secara seksual pada mikroba umumnya terjadi pada fungi (jamur) dan mikroalga serta secara terbatas pada bakteri. Perkembangbiakan secara seksual ini dapat terjadi secara:
1)      Konjugasi
            Pemindahan DNA secara langsung melalui kontak sel pada kedua sel yang berdekatan. Misalnya konjugasi pada bakteri Escherichia coli, protozoa yang bergerak dengan menggunakan silia (Paramecium caudatum, Vorticella, Balantidium coli)
2)      Isogami
            Peleburan dua gamet bila sel jantan dan sel betina mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Contohnya Chlorococcum, Chlamydomonas, Hydrodictyon
3)      Anisogami
            Peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama. Contohnya pada Ulva
4)      Oogami
            Peleburan dua gamet yagn satu kecil dan bergerak (sebagai sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur). Contohnya Valva, Spirogyra, Aedogonium
3.      Reproduksi Pada Bakteri
            Bakteri berkembang biak secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan aseksual dilakukan dengan pembelahan biner. Setiap sel membelah secara melintang dan sel hasil pembelahan membentuk koloni bakteri. Bentuk koloni sangat bervariasi tergantung pada arah pembelahan dan jenis bakterinya. Pada kondisi yang memungkinkan bakteri akan membelah diri dengan sangat cepat. Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel.  Hasil penelitian mengenai proses pembelahan sel memperlihatkan hal-hal berikut:
-          Terdapat kenaikan jumlah bahan inti yang terpisah menjadi dua unit, satu untuk masing-masing sel anakan
-          Dinding sel dan membrane sel tumbuh ke arah luar dan membrane sel tumbuh meluas ke dalam sitoplasma pada suatu titik di tengah-tengah sel. Pada perbatasan tersebut  disintesis dua lapisan bahan dinding sel.
-          Pembentukan mesosom menjadi lebih jelas. Mesosom mempunyai kaitan dengan pembentukan septum dan juga memungkinkan perpautan dengan daerah inti.
Perkembangbiakan secara seksual dilakukan tanpa melibatkan gamet dan peleburan sel, tetapi berupa pertukaran materi genetic atau DNA. Materi genetic dapat berpindah dari satu bakteri ke yang lain tanpa menghasilkan zigot. Proses perpindahan materi genetic ini sering disebut rekombinasi genetic. DNA hasil pertukaran materi genetic yang mengandung gen kedua induk disebut DNA rekombinan. Rekombinasi genetic dapat dilakukan dengan tiga metode sebagai berikut:
a.       Transformasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain. Pada proses transformasi tersebut DNA bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Diduga transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada bakteri Pneumococci yang menyebabkan Pneumonia dan pada bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi. Proses ini pertama kali ditemukan pada Streptococus pneumonia oleh Frederick Grifith tahun 1982. Pengamatannya menunjukkan bahwa ada dua macam tipe koloni pada bakteri tersebut yaitu koloni halus (tipe S atau smooth) yang bersifat patogen dan koloni kasar (tipe R atau rought) yang non patogen. Dalam percobaannya ditemukan jika campuran bakteri tipe S yang telah dimatikan dengan pemanasan dan sel tipe R hidup disuntikkan pada tikus maka tikus akan mati dan dari bangkai tikus dapat diisolasi bakteri tipe S yang hidup. Griffith mengatakan bahwa ada substansi yang berasal dari bakteri tipe S (mati) diambil oleh bakteri tipe R (hidup) sehingga tipe R ke tipe S inilah yang disebut dengan transformasi. Cara transformasi ini hanya terjadi pada beberapa spesies saja. Contohnya : Streptococcus pnemoniaeu, Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas.

b.      Transduksi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetik dari sel bakteri satu ke bakteri lain dengan perantaraan virus (bakteriofage). Selama transduksi, kepingan ganda DNA dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage. Bila virus–virus baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang nonvirulen (menimbulkan respon lisogen) memindahkan DNA dan bersatu dengan DNA inangnya, Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal dengan partikel transduksi (transducing particle). Proses inilah yang dinamakan Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua Lederberg pada tahun 1952.

3. Konjugasi
Konjugasi adalah pemindahan bahan genetic dari suatu sel bakteri yang bertindak sebagai donor kepada sel bakteri yang bertindak sebagai resipien. Bakteri yang memindahkan bahan genetiknya disebut bakteri donor, sedangkan penerimanya disebut bakteri resipien. Bahan genetic yang dipindahkan dari bakteri donor akan bergabung dengan bahan genetic bakteri resipien sehingga terjadi perubahan sifat. Jika baktri resipien membelah akan dihasilkan sel anakan bakteri dengan sifat baru. Pemindahan ini dikode oleh plamid. Plasmid adalah unsure genetis ekstra kromosomonal (diluar kromosom) dan dapat melangsungkan replikasi di dalam sitoplasma sel bakteri. Plasmid adalah potongan bundar DNA yang merupakan gen tambahan. Bila plasmid ini dapat bereplikasi dan terpadu ke dalam kromosom bakteri disebut episom. Hal ini membedakan episom dari plasmid, karena plasmid tidak terpadu ke dalam kromosom. Pada bakteri gram negative, misalnya Escherichia coli, konjugasi terjadi dengan cara perlekatan antara sel donor dengan sel resipien melalui phili sex atau faktor F (faktor kesuburan atau fertility faktor). Pada bakteri gram positif, misalnya Streptococus faeccalis, perlekatan antara sel donor dan resipien tidak melalui phili.
2.2    Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah semua komponen dari suatu organism secara teratur. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organism yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti dengan pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa. Pada organism uniseluler pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar, substansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak (Aguskrisno, 2011). Pertumbuhan untuk mikroba mengacu pada perubahan di dalam pertambahan massa sel dan bukan perubahan pada individu.
Selama fase pertumbuhan seimbang, pertambahan massa bakteri berbanding lurus dengan pertambahan komponen seluler yang lain seperti DNA, RNA, dan protein. Dengan demikian setiap kali sel membelah maka jumlah sel dalam populasi bakteri akan menjadi dua kali lipat dari jumlah sel semula. Jika jumlah sel mula-mula adalah satu, maka populasi akan bertambah secara geometrik (Purnomo, 2004):
Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel menjadi dua sel sempurna disebut waktu generasi. Waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah/massa sel semula disebut doubling time atau waktu penggandaan. Waktu penggandaan tidak sama antara berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa hari tergantung kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu.

2.3  Fase-fase pada Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme
Pada pertumbuhan mikroba terdapat empat fase pertumbuhan adalah sebagai berikut (Budiyanto, 2010):
1.        Fase Adaptasi (fase Lag)
Fase Lag merupakan fase adaptasi. Pada fase ini terjadi reorganisasi konstituen makro dan mikro molekul. Ada yang lama ada juga yang cepat. Tergantung kondisi lingkungan. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a.       Medium dan lingkungan pertumbuhan
            Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang tersedia dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.
b.      Jumlah inokulum
            Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi. Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: (1) kultur dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nuriennya terbatas, (2) mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan komposisi sama seperti sebelumnya.
2.        Fase Perbanyakan (Eksponensial)
Fase Eksponensial merupakan fase pertumbuhan sebenarnya. Jika dilihat dalam kurva akan dilihat kenaikan jumlah mikroba berdasarkan bertambahnya waktu. Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :
a)      Nutrien di dalam medium sudah berkurang.
b)      Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
3.        Fase stasioner
Pada fase ini penambahan dengan pengurangan jumlah mikroba hampir sama. Sehingga di kurva dapat dilihat berupa garis lurus. Hal ini disebabkan karena mulai menipisnya jumlah nutrisi dalam médium yang ditempati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.
4.        Fase Kematian
Ada kalanya setelah fase stasioner jumlah mikroba menurun. Mikroba menghasilkan metabolisme skunder yang hasilnya menjadi toxic untuk mikroba lainnya. Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian karena beberapa sebab yaitu:
a.       Nutrien di dalam medium sudah habis.
b.      Energi cadangan di dalam sel habis.
Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba.

Fase Pertumbuhan
Ciri
Lag (lambat)
Tidak ada pertumbuhan populasi karena sel mengalami perubahan komposisi kimiawi dan ukuran serta bertambahnya substansi intraseluler sehingga siap untuk membelah diri.
Logaritma atau eksponensial
Sel membela diri dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali lipat, keadaan pertumbuhan seimbang.
Stationary (stasioner/tetap)
Terjadinya penumpukan racun akibat metabolisme sel dan kandungan nutrien mulai habis, akibatnya terjadi kompetisi nutrisi sehingga beberapa sel mati dan lainnya tetap tumbuh. Jumlah sel menjadi konstan.
Death (kematian)
Sel menjadi mati akibat penumpukan racun dan habisnya nutrisi, menyebabkan jumlah sel yang mati lebih banyak sehingga mengalami penurunan jumlah sel secara eksponensial.
Tabel 2 Ciri-ciri dari setiap fase pertumbuhan mikroba
2.4  Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
Faktor lingkungan baik yang abiotik dan biotik merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba (Syariffauzi, 2006)
v  Faktor abiotik diantaranya :
o   Konsentrasi nutrien
            Konsentarasi nutrien sangat menentukan kecepatan transport nutrient ke dalam sel. Pada konsentrasi rendah, transpor lebih sulit dilakukan sehingga mempengaruhi ketersediaan nutrient di dalam sel.
o   Temperatur
            Temperatur mempengaruhi pertumbuhan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat pekak terhadap temperatur. Berdasarkan temperature minimum, optimum dan maksimum, mikroba dapat digolongkan menjadi tiga kelompok.
-          Mikroba termofilik (politermik) : batas temperatur minimum dan maksimum anatara 400C  sampai dengan 800C sedangkan temperature optimumnya 550C – 650C 
-          Mikroba mesofilik (mesotermik):  batas temberatur antara 50C – 600C sedangkan temperatur optimumnya antara 250C – 400C.
-          Mikroba psikrofil (oligotermik): batas temperatur antara 00C - 300C sedangkan temperature optimumnya antara 100C – 200C
o   pH
            Enzim, transpor elektron dan sistem transpor nutrient pada membran sel mikroba sangat peka terhadap pH, dimana mikroba pada  umumnya menyukai pH netral (pH 7), kecuali jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah . Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan, mikroba dapat digolongkan menjadi :
-          Mikroba asidofilik : pH antara 2,0 – 5,0
-          Mikroba mesofilik : pH antara 5,5 – 8,0
-          Mikroba alkalifilik : pH antara 8,4 – 9,5

o   Tekanan osmosis
            Tekanan osmosis sangat erat hubungannya dengan kandungan air, dimana konsentrasi zat terlarut akan menetukan tekanan osmosis suatu larutan.  Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut semakin tinggi pula tekanan osmosis tersebut. Demikin pula sebaliknya, tekanan osmosis mempengaruhi sel mikroba karena berkaitan dengan air bagi sel mikroba. Mikroba yang tahan pada tekanan osmosis tinggi disebut mikroba osmofilik, misalnya khamir yang tumbuh dalam sirup. Sedangkan mikroba yang tahan pada kadar garam tinggi disebut dengan halofilik. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
o   Oksigen
            Meskipun banyak mikroba yang tidak dapat tumbuh bila tidak tersedia oksigen tetapi ada pula mikroba yang tidak dapat tumbuh bila ada oksigen bebas. Berdasarkan keperluan oksigen ini maka mikroba ada yang bersifat aerob, anaerob anaerob fakultatif dan mikroaerofil.
o   Senyawa toksik
            Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Zn, Li, dan Pb walaupun pada kadar yang sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroba karena ion-ion logam berat bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut daya oligodinamik.
o   Radiasi
            Umumnya cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Jika energi radiasi diabsorpsi oleh mikroba akan menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel. Energi radiasi sinar x, sinar γ dan terutama sinar ultra violet banyak digunakan untuk sterilisasi, pengawetan bahan makanan dan untuk mendapatkan muatan.
v  Faktor biotik di antaranya
1.      Hubungan antara spesies
Di alam, mikroba tidak tumbuh dalam kultur murni. melainkan tumbuh bersama mikroba bahkan organism lainnya. Oleh karena itu, dapat terjadi saling mempengaruhi antar mikroba satu dengan yang lainnya.
a.       Mutualisme
Mutualisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana masinmasing spesies mendapat keuntungan. Contoh : bakteri Rhizobium dengan Leguminosae
b.      Komensalisme atau metabiosis
Komensalisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana satu spesies mendapat keuntungan sedang yang lain tidak diuntungkan. Contoh : Saccharomyces dengan Acetobacter
c.         Parasitisme
Parasitisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana satu pihak diuntungkan sedangkan yang lainnya dirugikan. Contoh : bakteriofage dengan bakteri
d.      Antagonisme/Antibiosis/Amensalisme
Antagonisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana salah satu akan terhambat atau terbunuh pertumbuhannya karena senyawa yang dihasilkan oleh spesies yang lain. Contoh : pigmen biru Psedomonas deruginosa
e.       Sinergisme
Sinergisme merupakan hubungan antara spesies dimana kegiatan masing-masing berupa suatu urut-urutan yang saling menguntungkan.
contoh : pembuatan tape yang mengandung Aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula dan  Acetobacter.
f.       Kompetisi
Kompetisi merupakan bentuk hubungan antar spesies dimana terjadi persaingan karena adanya keperluan akan zat makanan yang sama. spesies yang dapat bertahan yang akan mengalami pertumbuhan paling subur. Misalnya bila persediaan oksigen dalam suatu medium berkurang, maka bakteri aerob akan dikalahkan oleh bakteri aerob fakultatif. Jika persediaan oksigen habis, maka pertumbuhan bakteri anaerob fakultatif akan berhenti sedang bakteri anaerob akan tumbuh subur.
2.      Bebas Hama
Hewan percobaan yang bebas mikroba disebut mengalami kehidupan aksenik atau tanpa benda-benda asing. Hewan aksenik yang telah diinfeksi dengan suatu jasad disebut gnotobiosis. Misalnya marmut gnotobiosis yang diinfeksi dengan Entamoeba histolytica tidak menderita penyakit disentri karena di dalam usus marmot gnotobiosis tidak terdapat bakteri yang berfungsi sebagai makanan Entamoeba histolytica. Bakteri tersebut tidak mampu berkembang biak sehingga tidak mampu menyebabkan penyakit.

2.5 Pengukuran Populasi Mikroba
            Pada umumnya pertumbuhan populasi mikroba dapat dilakukan dengan mengukur jumlah sel, massa sel, atau kegiatan metabolisme sel. Untuk membuat kurva pertumbuhan, sebelumnya harus dilakukan penghitungan (Ristiati, 2000).
            Untuk menghitung jumlah sel dapat dilakukan dengan metode:
1.      Lempeng agar (viable count)
2.      Penggunaan ruang penghitung (penghitungan langsung)
3.      Penggunaan turbidometer
1.      Lempeng Agar (Viable Count)
Penghitungan dengan menggunakan lempeng agar dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan beberapa tabung yang berisi aquades steril sebanyak 9 ml. Masing-masing tabung kemudian ditambahkan 1 ml sampel yang akan diperiksa secara bertahap yaitu:
ü  1 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung pertama, hingga konsentrasi larutan di dalam tabung pertama menjadi 10-1.
ü  Tuangkan 1 ml larutan di tabung pertama ke tabung kedua, hingga konsentrasi larutan di dalam tabung kedua menjadi 10-2 demikian seterusnya hingga tercapai larutan dengan konsentrasi terendah.
Dari tiap-tiap tabung kemudian diambil 1 ml larutan dan ditanamkan ke dalam cawan petri yang berisi media padat. Pertumbuhan koloni yang kemudian timbul pada tiap-tiap cawan dihitung.di dalam penghitungan harus diperhatikan kerapatan pertumbuhankoloni, jangan terlalu rapat dan jangan terlalu jarang. Diperlukan adanya pemilihan cawan petri yang ditumbuhi koloni paling tinggi kemungkinannya untuk dihitung.
Dari gambar di atas terlihat cawan yang paling memungkinkan untuk dihitung adalah cawan dengan pengenceran 10-3 yang menghasilkan jumlah koloni 159 sel sehingga penghitungan menjadi:
            159 x 103 = 1,59 x 105 sel/ml, dimana:
            159 = jumlah bakteri dalam cawan
            103 = faktor pengenceran
            1,59 x 105 = jumlah mikroba per ml sampel dari bahan sel
2.      Penggunaan ruang penghitung Petroff-Hausser
Pada penghitungan langsung dengan penggunaan ruang penghitung Petroff-Hausser, hasil pengenceran tidak ditanamkan ke dalam cawan petri yang berisi media tetapi diteteskan ke dalam ruang penghitung. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan di bawah mikroskop dalam kolom-kolom penghitung. Missal didapatkan 12 sel maka penghitungan jumlah sel adalah:
12 x 25 x 50 x 103 = 1,5 x 107 sel/ml
Di mana 12 = jumlah sel yang terhitung dalam 1 kotak, 25 = jumlah kotak pada ruang penghitung, 50 = volume tiap kotak (mm3) dan 103 = pengenceran sampel.
3.      Penggunaan turbidometri
Pengukuran ini didasarkan atas asumsi bahwa apabila sinar diarahkan kepada suspense sel bakteri maka jumlah sel bakteri di dalam suspense berbanding lurus dengan jumlah cahaya yang dihamburkan, atau berbanding terbalik dengan cahaya yang diteruskan. Ukuran kekeruhan dinyatakan dengan nilai O.D (Optical density). Untuk mengukur nilai O.D suatu populasi bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar