BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bioteknologi secara sederhana sudah
dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi
pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju
yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan
tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas
baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan
reproduksi hewan. Bioteknologi
adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,
fungi,
virus,
dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini,
perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi
semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia,
komputer,
biologi molekular, mikrobiologi,
genetika,
kimia,
matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi
adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses
produksi barang dan jasa Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat,
terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya
berbagai macam teknologi semisal rekayasa
genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan,
pengembangbiakan sel induk, kloning,
dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan
penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang
pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke
ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada
jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan
menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan DNA rekombinan,
dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika
dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan
lingkungan. Penerapan bioteknologi pada masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian
lingkungan
hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi
yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat
toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang
melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning
dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari
bermacam-macam golongan.
Di zaman yang serba cepat dan
mengharuskan segala sistem yang begitu cepat pula karena didukung oleh populasi
menusia yang sangat cepat pula hal itu berimbas pada dunia pertanian. Sebagai
yang utama dalam masalah hidup ini menuntut sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan
pangan populasi manusia yang tidak terbendung secara cepat dan bagus tidak
hanya kuantitas tetapi kualitasnya juga. Dari hal-hal seperti itulah
bioteknologi di bidang pertanian juga mulai mengalami perkembangan Selama
kurang lebih empat dasawarsa terakhir, kita melihat begitu pesat perkembangan
bioteknologi di berbagai bidang. Pesatnya perkembangan bioteknologi ini sejalan
dengan tingkat kebutuhan manusia dimuka bumi. Hal ini dapat dipahami mengingat
bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan
manusia, mulai dari bidang pertanian, peternakan dan perikanan hingga kesehatan
dan pengobatan. Melalui bidang pertanian
dapat di hasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih
jika di bandingkan tanaman biasa , serta juga lebih tahan terhadap hama maupun
tekanan lingkungan . Bioteknologi mempunyai peranan yang sangat besar di dalam
budidaya tanaman , terutama dalam pengembangan dan penyediaan pupuk organic dan
pestisida sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
serta melipatgandakan hasil pertanian . Bioteknologi bidang pertanian juga
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap konservasi lahan dan
lingkungan . Keberadaan Kontroversi bioteknologi di bidang pertanian , dalam
prosesnya tidakdapat dipisahkan dari adanya unsure mikroba , dalam prosesnya
tidakdapat dipisahkan dari adanya unsure mikroba yang menjadi kunci dalam
pengembangan bioteknologi. Mikroba mampu menyemabkan perubahan kimiawi pada
berbagai bahan , jumlahnya yang besar di sertai kemampuan kimia yang beragam
menyebabkan banyak terjadi proses esensial di alam lingkungan , misalnya
mikroba mampu merombak , merusak atau membusukkan tanaman dan hewan yang mati.
Dari uraian di atas kami tertarik untuk mengaji lebih dala mengenai “Interaksi
mikroba dengan tanaman beserta siklus biogeokimia nya”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil
antara lain :
1.
Bagaimanakah interaksi antara tanaman dengan bakteri ?
2.
Bagaimanakah interaksi antara tanaman dengan fungi?
3.
Bagaimanakah interaksi antara tanaman dengan virus?
4.
Bagaimanakah siklus biogeokimia
nya ?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan pembuatan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui interaksi antara tanaman dengan bakteri.
2. Untuk mengetahui interaksi antara tanaman dengan fungi.
3. Untuk mengetahui interaksi antara tanaman dengan virus.
4. Untuk mengetahui siklus
biogeokimia nya.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat
dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Makalah
ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa yang lebih dalam tentang Interaksi
Mikroba dengan Tumbuhan serta siklus biogeokimiawi nya.
2. Bagi Umum
Dapat digunakan
sebagai bahan bacaan dan literatur bagi penulis-penulis berikutnya, sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Interaksi Mikroba Tanah dengan Tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Interaksi Bakteri dengan Tanaman
2.1.1
Interaksi yang Menguntungkan
Interaksi
antara bakteri Rhizobum dengan akar
kacang-kacangan
Tanaman kacang-kacangan seperti buncis, kedelai, akarnya
memiliki bintil-bintil berisi bakteri yang mampu menambat nitrogen udara,
sehingga nitrogen tanah yang telah diserap tanaman dapat diganti. Simbiosis
antara tanaman dan bakteri saling menguntungkn untuk kedua pihak. Bakteri
mendapatkan zat hara yang kaya energi dari tanaman inang sedangkan tanaman
inang mendapatkan senyawa nitrogen dari bakteri untuk melangsungkan kehidupannya.
Bakteri penghambat nitrogen yang terdapat didalam akar
kacang-kacangan adalah jenis bakteri Rhizobium.
Bakteri ini masuk melalui rambut-rambut akar dan menetap dalam akar tersebut
dan membentuk bintil pada akar yang bersifat khas pada kacang-kacangan. Bakteri
dalam genus Rhizobium merupakan
bakteri Gram negatif, berbentuk bulat memanjang, yang secara normal mampu
memfiksasi nitrogen dari atmosfer. Umumnya bakteri ini ditemukan pada nodul
akar tanaman Leguminoceae.
Rhizobium berasal
dari dua kata yaitu Rhizo yang artinya
akar dan bios yang berarti hidup.
Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob, organotrof, tidak berspora, pleomorf, gram negatif dan
berbentuk batang bentuk
batang, koloninya berwarna putih
berbentuk sirkular, merupakan penambat nitrogen yang hidup
di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar
legume, bersifat host spesifik satu spesies Rhizobium cenderung membentuk nodul
akar pada saat spesies tanaman legume saja.
Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila
berada di dalam bintil akar dari mitra
legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah
ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya. Suatu pigmen merah yang
disebut leghemeglobin dijumpai
dalam bintil akar
antara bakteroid dan selubung membrane yang mengelilinginya. Jumlah
leghemeglobin di dalam bintil akar
memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi.
Morfologi Rhizobium
dikenal sebagai bakteroid. Rhizobium
menginfeksi Leguminoceae melalui
ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulosa karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis
selulosa. Rhizobium yang tumbuh dalam bintil
akar leguminoceae mengambil nitrogen langsung dari udara dengan
aktifitas bersama sel tanaman dan
bakteri, nitrogen itu disusun menjadi senyawaan nitrogen seperti asam-asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan, bakteri dan tanaman disekitarnya. Baik bakteri maupun legume tidak dapat menambat
nitrogen secara mandiri,
bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak terdapat dalam tanah legum tersebut akan mati. Bakteri Rhizobium
hidup dengan menginfeksi akar tanaman
legum dan berasosiasi dengan tanaman tersebut, dengan menambat nitrogen.
Interaksi ini mengakibatkan terbentuknya nodul akar pada
tumbuhan kacang-kacangan. Terdapat beberapa spesies Rhizobium dan tanaman simbiosisnya yang dapat dilihat pada table
berikut ini.
Table 1 : Beberapa spesies rizobium dan
tanaman simbiosisnya
Spesies Rhizobium
|
Tanaman simbiosisnya
|
Rhizobium leguminaserum
Rhizobium phaseoli
Rhizobium trifoli
Rhizobium melioti
Rhizobium lupini
Rhizobium japonicum
Rhizobium sp.
|
Pea (Pisum sp.)
Kacang buncis (Phaseolus vulgaris)
Clover (Trifolium subteranim)
Alfafa (Medicago sativa)
Lupin (Lupinus sp.)
Kedelai (Glycine max)
Cowpea (Vigna sp.)
|
Adapun tahapan pembentukan nodul akar pada tanaman
kacang-kacangan akibat interaksi bakteri Rhizobium
adalah sebagai berikut :
1.
Pengenalan Pasangan yang Sesuai Pada
Tumbuhan dan Bakteri serta Penempelan Bakteri Terhadap Akar Tumbuhan.
Terjadinya bintil
akar diawali oleh
interaksi antara tanaman
dan bakteri Rhizobia. Akar
tanaman mengeluarkan sinyal yang akan mengaktifkan ekspresi gen
dari bakteri yang berperan pada
nodulasi. Setelah adanya sinyal tadi, bakteri (Rhizobia) akan mensintesis
sinyal yang menginduksi pembentukan
meristem nodul dan memungkinkan bakteri
untuk masuk ke dalam meristem tersebut melalui proses infeksi. Sinyal-sinyal kimia yang di sintesis oleh
bakteri itu pada dasarnya merupakan asam
amino termodifikasi (homoserin lakton) yang membawa subtituen rantai
asil yang bervariasi yang disebut asil
homoserin lakton (AHL).
Melalui pendeteksian dan reaksi terhadap senyawa-senyawa
kimia tersebut sel-sel tanaman secara individu dapat merasakan berapa banyak
sel yang mengelilingi mereka. Interaksi secara simbiosis terjadi karena adanya
pertukaran sinyal antara tumbuhan dan bakteri (Rhizobia). Tanaman mensekresikan
senyawa-senyawa flavonoid yang gugus fenolnya bersama dengan NodD (protein penggerak) dari bakteri
menginduksi ekspresi dari gen
pembentukan nodul dari Rhizobia (nod, nol, noe). Sebagai hasilnya,
Rhizobia memproduksi Nod factors.
Induksi Nod factors direspon oleh tanaman (yang salah satunya) dengan
pembentukan nodul.
Di sekitar bulu-bulu akar kacang-kacangan terkumpul sejumlah
besar bakteri Rhizobium baik secara
alami maupun secara buatan. Akibat terkumpulnya bakteri tersebut, bulu akar
akan mengeluarkan triftopan, yang oleh bakteri diubah menjadi indol asetat.
Kehadiran indo asetat menyebabkan bulu akar menjadi menkerut dan bakteri juga
menghasilkan enzim yang dapat melarutkan senyawa pektat yang terdapat didalam
vibril (selulosa) kulit bulu akar, sehingga bakteri dapat menempel pada buluh
akar.
2.
Invasi Bakteri ke dalam Buluh Akar
dan Terjadi Ancaman Infeksi.
Akibat adanya larutan pektat,
bakteri Rhizobium kemudian berubah
menjadi bulat dan kecil-kecil serta dapat bergerak. Senyawa pektat dapat
berikatan dengan selulosa sehingga dinding bulu akar menjadi tipis sehingga
dapat ditembus oleh bakteri rhizobium. Didalam bulu akar bakteri memperbanyak
diri, kemudian memasuki bagian akar dengan
membentuk benang infeksi, hingga koloni bakteri didapatkan pada setiap sel
akar.
3.
Berjalan Sepanjang Akar Utama
Melalui Tempat Infeksi
Setelah sampai di
tempat infeksi bakteri yang
dilepaskan dari benang infeksi ke dalam sitoplasma sel inang, bisa berubah
menjadi bengkak, berbentuk tidak teratur, struktur bercabang disebut
bacteroids.
4.
Pembentukan Bakteriod (Sel Bakteri
Perusak) dalam Sel Tumbuhan dan Terjadi Perkembangan Ke Keadaan Penambatan
Nitrogen
Di dalam bulu akar bakteri
memperbanyak diri kemudian memasuki bagian akar dengan membentuk benang infeksi
hingga koloni bakteri didapatkan pada setiap sel akar.
5.
Berlangsungnya Pembelahan Bakteri
Dan Sel Tumbuhan Maka Terbentuk Nodul Akar Matur.
Setelah sampai
ditempat infeksi bakteri yang dilepaskan dari benang infeksi ke dalam
sitoplasma sel inang, bisa berubah menjadi bengkak, berbentuk tidak teratur,
struktur bercabang disebut bacteroids. Bakteroid kemudian menjadi terkepung
tunggal atau dalam kelompok kecil oleh membran yang disebut membran peribacteroid.
Struktur ini disebut 'symbiosome'. Symbiosomes, pada kenyataannya, situs
fiksasi nitrogen. Pada titik ini, symbiosomes mengeluarkan hormon yang
memungkinkan sel polyploid untuk membagi cepat inti dari bintil dan sel-sel
diploid sekitarnya juga untuk membagi dan membedakan untuk menutupi nodul dalam
jaringan korteks dan untuk membentuk hubungan pembuluh darah dengan akar.
Hormon ini juga memungkinkan produksi leghaemoglobin yang melindungi enzim
fiksasi nitrogen dari oksigen. Komponen lain bintil spesifik juga diproduksi
untuk menyelesaikan proses bintil akar. Pada tempat infeksi ini, akan
berlangsung pembelahan bakteri dan sel tumbuhan, maka terbentuk nodul akar
matur.
Ø Genetic
pembetukan nodul: gen nod
Gen-gen yang melangsungkan
tahap-tahap spesifik dalam pembentukan nodul pada tumbuhan Leguminoceae oleh strain
Rhizobium disebut gen nod. Beberapa gen nod dari spesies Rhizobium yang berbeda disimpan dan
umunya berada pada plasmid yang disebut plasmid sym. Sebagai tambahan pada gen
nod yang langsung terlibat dalam nodulasi atau pembentukan nodul, gen sym
mengandung gen spesifisitas yang menahan
strain Rhizobium pada tumbuhan inang
tertentu. Selanjutnya, kemampuan nodulasi pada tumbuhan Leguminoceae tertentu dapat dipindahkan antar spesies Rhizobium melalui pemindahan plasmid sym
secara singkat. Sebagai contoh, ketika plasmid sym dari Rhizobium leguminosarum (yang memiliki inang kacang tanah)
dipindahkan ke Rhizobium trifolii
(yang memiliki inang semanggi), sel spesies Rhizobium
trifolii akan efektif membentuk nodul pada kacang tanah.
Ø Fiksasi
nitrogen oleh bakteri Rhizobium
Rhizobium yang tumbuh dalam bintil
akar mengambil nitrogen langsung dari udara
dengan aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadi
senyawan nitrogen seperti asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam
tumbuhan, bakteri dan tanah
disekitarnya. Baik bakteri maupun
leguminoceae tidak dapat menambat nitrogen secara mandiri bila Rhizobium tidak
ada dan nitrogen tidak terdapat dalam tanah leguminoceae tersebut akan mati.
Tumbuhan yang bersimbiosis dengan
rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia
dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat
dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen sama
sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar
melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman kacang
polong-polongan hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat
menambah kesuburan tanah.
Rhizobium didalam tanah berperan
dalam pengaturan siklus nitrogen yaitu melakukan fiksasi nitrogen dan
mengubahnya menjadi Ammonia (NH3). Dalam sel bakteri ini terdapat
sebuah alat yang berperan dalam biokatalis yaitu enzim nitrogenase. Enzim
inilah yang berperan dalam mengubah N2 menjadi NH3
Fiksasi nitrogen berlangsung dengan
bantuan kompleks enzim nitrogenase dengan reaksi sebagai berikut:
N2
+ 6e- à2NH3 (DG’0=+150
kkal/mol=+630Kj/mol.
2.1.2 Interaksi yang merugikan
Interaksi yang merugikan yaitu
adanya interaksi bakteri Pseudomonas
solanacearum yang menyebabkan penyakit
“Darah Pisang”. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Disebut
penyakit darah karena bila akar tinggal tanaman sakit dipotong maka keluar
cairan kental yang berwarna kemerahan dari bekas pembuluh. Penularan penyakit
ini dapat terjadi melalui bibit terinfeksi, serangga yang mengunjungi bunga,
alat-alat penangkasan dan kontak akar. Penyakit tanaman pisang mudah dikenali
dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Tanaman pisang yang terserang
pertumbuhan daunnya terhambat, cepat patah dan menjadi kuning, layu dalam waktu
yang relatif singkat.
2. Jika batang dipotong maka dalam
beberapa zat akan keluar cairan kental berwarna merah seperti darah.
3. Buah dari tanaman yang terserang
apabila dipotong atau dibelah terlihat ada getah kental berwarna coklat
kemerahan yang berbau busuk.
4. Anakan yang tumbuh pada rumpun yang
sakit akan segera menunjukan gejala daun menjadi layu, kering, kerdil dan
akhirnya mati.
Interaksi yang juga merugikan adalah
bateri Erwinia coratovora yang
menyebabkan penyakit layu pada tanaman terutama di daerah subtropis dan tropis.
Bateri ini termasuk ganas karena mampu merusak tanaman dalam waktu singkat.
Serangannya dapat menyebabkan melunaknya daun dan batang pada tanaman disertai
perubahan warna menjadi coklat sambil mengeluarkan bau busuk. Sedangkan bagian
tanaman yang diserang akan mengeluarkan lendir putih, kental dan lengket
tersebut kedalam jaringan.
Pada saat tanaman terluka, otomatis pengaruh cuaca, dan
hewan lainnya dapat masuk melalui lubang alami dan membawa bakteri Erwinia coratovora tersebut kedalam
jaringan yang terluka.
Bakteri yang masuk melalui luka ini
akan terus berkembang dalam ruang antar sel serta menghasilkan enzim pektoitik
yang dapat mencerna jaringan tanaman inang. Akibatnya tananman inang akan
mengalami penurunan dan lama-kelamaan akan mengalami pembusukan
Dengan didukungnya kelembapan yang
tinggi dan cuaca yang dingin perkebangbiakan bakteri akan lebh cepat sehingga
pathogen akan lebih cepat menyebar keseluruh tanaman yang pada akhirnya
menyebabkan busuk pada batang. Bila ini dibiarkan dalam waktu yang tidak lama dan
didukung oleh kondisi yang sesuai untuk perkembangan penyakit tersebut menjadi
sangat pesat yang akhirnya tanaman akan mengalami kematian.
2.2 Interaksi Fungi dengan Tumbuhan
Salah satu contoh interaksi tumbuhan yang bersifat biotik
adalah dengan jamur. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan yang saling
merugikan (parasitisme) karena menyebabkan pohon/tanaman menjadi sakit, atau
hubungan yang saling menguntungkan (mutualisme), misalnya mikoriza. Istilah
mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti fungi (mykes =
miko) dan akar (rhiza). Istilah ini diusulkan pertama kali oleh Albert Bernhard
Frank pada tahun 1885 untuk menjelaskan bentuk simbiosis antara fungi dan akar
tumbuhan.
2.2.1
Interaksi yang Menguntungkan
Mikoriza merupakan hubungan simbiosis mutualisme yang
terjadi antara fungi dengan akar tanaman. Fungi mendapatkan nutrien organik
dari tanaman sedangkan tanaman akan terlindungi dari tanaman patogen lain.
Fungi mikoriza memproduksi substansi allelopati yang bersifat toksik yang akan
menghambat pertumbuhan tanaman di sekitar tanaman tersebut sehingga mengurangi
kompetisi. Pada lingkungan yang basah mikoriza dapat meningkatkan nutrisi,
khususnya ketersediaan fosfat. Sedangkan pada daerah yang kering/gersang,
mikoriza membantu pengambilan air, peningkatan transpirasi (Ristiati, 2008).
Ketika berasosiasi dengan akar tanaman, jamur ini terus
berkembang dan selama itu pula berfungsi membantu tanaman. Adanya mikoriza,
resitensi akar terhadap gerakan air menurun, sehingga transfer air ke akar
meningkat. Keberadaan mikoriza menyebebkan keberadaan Pospat dalam tanaman
meningkat, sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan meningkat pula.
Adanya hifa eksternal menyebabkan tanaman bermikoriza lebih mampu mendapatkan
air daripada yang tidak bermikoriza.
Pada tanaman bermikoriza jumlah air yang dibutuhkan untuk
memproduksi 1 gram bobot kering tanaman lebih sedikit daripada tanaman yang
tidak bermikoriza. Tanaman mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan karena
pemakaian air yang lebih ekonomis. Pengaruh tidak langsung karena adanya
miselin eksternal menyebabkan mikoriza efektif dalam mengagregasi butir-butir
tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air meningkat. Aplikasi mikoriza
akan membantu proses penyerapan air yang terikat cukup kuat pada pori mikro
tanah, sehingga panjang musim tanam tanaman pada lahan kering diharapkan dapat
terjadi sepanjang tahun.
Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji
akan mendukung pula untuk perkecambahan spora mikoriza. Jamur mikoriza mempenetrasi
epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim dan selanjutnya
tumbuh menuju korteks. Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa
internal tumbuh dari korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara
eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak memungkinnya untuk terjadi
pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa eksternal berfungsi mendukung
fungsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara lainnya ke dalam
spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk
digunakan oleh tanaman.
Mikoriza ada yang ditemukan sebagai sumber biofertilizer
potensial yang dapat meningkatkan produktivitas budidaya tanaman. Biofertilizer
atau pupuk hayati semacam ini bersifat ramah lingkungan dan dapat mempertahankan
kualitas tanah secara berkelanjutan. Mikoriza mempunyai peran dalam mempercepat
suksesi pada habitat yang terganggu secara ekstrem.
Mikoriza yang menginfeksi akar tanaman berperan dalam
perbaikan nutrisi tanaman dan meningkatkan pertumbuhan, karena hifa yang
menginfeksi akar mempunyai kemampuan yang tinggi dalam meningkatkan kapasitas
penyerapan unsur hara fosfat, nitrogen, sulfur, seng, dan unsur esensial
lainnya. Dengan adanya mikoriza, laju penyerapan unsur hara oleh akar bertambah
hampir empat kali lipat dibandingkan dengan perakaran normal, demikian juga
luas penyerapan akar makin bertambah hingga 80 kali.
Mikoriza berperan juga sebagai bio-protektor terhadap
patogen tanaman, bio-remediator bagi tanah-tanah yang tercemar dan membantu
pertumbuhan tanaman pada tanah yang tercemar. Jamur mikoriza merupakan
asosiasi antara tanaman dan cendawan yang memiliki sifat dan peran yang unik
bagi tanaman, manusia, dan lingkungan hidup. Asosiasi ini diketahui memiliki
fungsi yang menguntungkan tanaman simbionnya.
Mikoriza dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis menurut Kabirun
(1994), yaitu endomikoriza dan ektomikoriza. Namun pada umumnya mikoriza lebih
banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan adanya penambahan kelompok
mikoriza yang merupakan bentuk peralihan dari kedua jenis tadi, yaitu
ektendomikoriza (Harley and Smith 1983).
1. Ektomikoriza
Ektomikoriza
biasanya ditemukan di daerah yang beriklim sedang, berasosiasi dengan tumbuhan
tingkat tinggi dan beberapa semak. Tumbuhan yang membentuk ektomikoriza antara
lain pohon cemara, oak, meranti,
kruing, kamper (jenis-jenis Dipterocarapaceae), pasang, mempening (jenis-jenis
Fagaceae), pinus, beberapa jenis Myrtaceae (jambu-jambuan) dan beberapa jenis
legum. Tumbuhan yang tumbuh pada hutan temperata yang tumbuh pada kondisi
dingin biasanya mengandung ektomikoriza, yang terdiri dari komponen fungi dari
Basidiomycetes, Ascomycetes atau Zygomycetes. Tetapi kebanyakan yang membentuk
mikoriza ialah Basidiomycetes (famili Amanitaceae, Boletaceae, Cortinariaceae,
Russulaceae, Tricholomataceae, Rhizopogonaceae, dan Sclerodermataceae).
Ektomikoriza tumbuh pada sekitar
akar tanaman yang akarnya
berada tidak jauh dari permukaan tanah terutama pada ujung akar,
selanjutnya terjadi penetrasi fungi dan mengganggu sebagian lamela tengah di
antara sel korteks, hal ini umumnya dijumpai pada jenis kayu cemara atau
tanaman berdaun jarum. Susunan hifa di sekeliling sel korteks ini disebut
jaringan Hartig. Ektomikoriza biasanya juga menyusun jaringan hifa dengan
sangat rapat pada permukaan akar, yang disebut selubung/mantel. Selubung ini
sering disebut dengan selubung Pseudoparenkim (Kabirun 1994).
Pada ektomikoriza, jamurnya seluruhnya
menyelubungi masing-masing cabang akar dalam selubung atau mantel hifa.
Hifa-hifa tersebut hanya menembus antar sel korteks akar (interselular) (Rao,
1994). Jenis fungi ini adalah Thelophora terrestris.
Banyak dari jamur ini menunjukkan inang spektrum luas. Demikian pula inang
yang sama mungkin diinfeksi oleh lebih dari satu jamur seperti misalnya Pinus sylvestris yang dari perakaran
mikoriza dapat dipisahkan sebanyak lebih dari 40 spesies fungi. Lebih dari 5000 spesies
fungi Basidiomycetes, banyak di antaranya yang membentuk Ektomikoriza. Miselium
secara luas memanjang ke luar sel dan meningkatkan nutrisi tumbuhan. Salah satu
fungi yang terpenting pada Ektomikoriza adalah Pisolitus tinctorius.
Bila fungi ini diinokulasikan ke dalam akar tumbuhan, pertumbuhannya menjadi
lebih cepat, dibandingkan dengan tumbuhan yang tidak diinokulasi fungi tersebut.
2. Endomikoriza
Endomikoriza merupakan
fungi yang tidak dapat berkembang tanpa tumbuhan inang, dan biasanya fungi ini
berasal dari kelompok Zygomycetes. Hubungan hifa fungi yang harus masuk ke sel
pada akar tanaman, kemudian tumbuh dalam sel/intraseluler dan membentuk
gumpalan (lilitan), sehingga membentuk pembengkakan.
Endomikoriza bersimbiosis dengan akar tanaman inang yang
berada relatif lebih dalam dari permukaan tanah. Perbedaan ektomikoriza dengan
endomikoriza dalam bersimbiosis dengan akar tanaman inang diilustrasikan dalam
gambar berikut ini:
Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar
serabut (feeder roots). Jamur ini tidak membentuk selubung luar yang padat,
namun membentuk miselium yang tersusun longgar pada permukaan akar. Jamur juga
membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga
sering disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Mycorrhiza), sebagai contoh
jenis Globus dan Acaulospora (Thorn 1997).
Arbuskular Mikoriza (AM) dicirikan dari adanya organ
Arbuskular. Organ Arbuskular dari Endomikoriza ini tumbuh dan berkembang dalam
sel kortek akar tanaman inang. Organ
Arbuskular ialah struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohon-pohon
kecil yang mirip haustorium (membentuk pola dikotom), berfungsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini mulai
terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa
lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding
sel inang.
Setelah itu hifa yang telah memasuki lapisan korteks,
sitoplasmanya akan mengalami perkembangan menjadi lebih padat dengan proses
kondensasi, kemudian menyebar di dalam
dan di antara sel vasikuler terbentuk setelah pembentukan arbuskular pada ujung
hifa, yaitu dengan berbagai bentuk (oval, spherikal atau lobed) yang berfungsi
sebagai organ penyimpanan makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang
berfungsi sebagai organ reproduksi dan struktur tahan.
Inang yang terlibat
dalam asosiasi endotrofik misalnya Phycomycetes (memiliki hifa tidak bersekat),
contohnya pada anggrek. Anggrek memiliki endomikoriza, contoh spesies anggrek
lainnya ialah dari genus Neottia, Limodorum, Epipogen, Coralliorhiza,
Galeola, Vanilla, Gastrodia, Didymoplexis bergantung dengan jamur,
namun hanya dalam tahap awal kehidupannya.
Apabila berkecambah,
biji anggrek menjadi terinfeksi oleh hifa dari dalam tanah, setelah penetrasi
jamur muncul dalam sel-sek korteks dalam bentuk kumparan, menyebabkan
pembengkakan dan disorganisasi sel-sel dan akhirnya mengalami disintegrasi
dalam sel-sel inang. Disintegrasi hifa didalam sel ini juga disebut
“tolifopagi” dan “ptiofopagi” yang merupakan cara pencernaan oleh inang yang
berbeda-beda. Dan proses ini mungkin terus berlangsung karena sel inang sudah
terinfeksi. Infeksi hanya terbatas pada sel-sel korteks akar atau pada bagian
sistem perakaran.
Fungi dapat memecah
lignin dan seluosa dan karena ikut menyumbang dalam pembusukan bahan organic.
Dalam hal ini, fungi tersebut berbeda dengan fungi ektomikoriza yang tergantung
dengan inangnya dalam hal nutrisi karbonnya. Anggrek bergantung pada fungi
untuk kebutuhan-kebutuhan awal kehidupannya.
3. Ektendomikoriza
Ektendomikoriza, merupakan bentuk
intermediet antara ektomikoriza dan endomikoriza.
Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis dan
adanya jaringan Hartig, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan
juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga
pengetahuan tentang mikoiza tipe ini sangat terbatas.
Mikoriza endotrofi
dijumpai pada tanaman gandum, jagung, buncis, jeruk dan tanaman komersial lain
serta jenis rumput-rumputan tertentu. Terdapat bukti bahwa, pada lingkungan
tumbuhan, mikoriza dapat meningkatkan persaingan antar tumbuhan tersebut. Pada
lingkungan yang basah Mikoriza dapat meningkatkan nutrisi, khususnya
ketersediaan fosfat. Sedangkan pada daerah yang kering/gersang, Mikoriza
membantu dalam pengambilan air, peningkatan transpirasi, dibandingkan dengan
tanpa adanya mikoriza pada tumbuhan. Dan ini akan memberikan manfaat dalam
penggantian energi yang diperlukan untuk fotosintesis tumbuhan.
2.2.2 Interaksi yang Merugikan
Sebagian besar penyakit pada tanaman disebabkan oleh jamur
etalen. Sebagian besar jamur yang menyerang tanaman budidaya adalah jamur
karat dan jamur api (Bartha, 1987). Banyak jamur yang beradaptasi dengan baik
sebagai etalen tumbuhan. Berikut adalah beberapa contoh interaksi tumbuhan
dengan jamur yang merugikan.
1. Karat Daun - Jamur Hemileia
vastatrix
Penyakit karat pada daun disebabkan oleh jamur, tanaman budidaya yang
paling sering terserang oleh jamur ini ialah tanaman kopi.
Proses infeksi jamur Hemileia vastatrix dimulai dari
adanya jamur Hemileia vastatrix yang melekat pada daun dan mulai
mengeluarkan hifa untik menginfeksi daun. Hifa-hifa yang dikeluarkan oleh jamur
ini terkadang sampai menutup stomata sehingga mengganggu proses fotosintesis.
2. Busuk Akar - Jamur Phytium sp
Busuk akar disebabkan oleh serangan jamur Phytium sp. Busuk
akar terjadi karena media tanam terlalu basah dan berkelembaban tinggi. Air
yang terlalu lama menggenang menyebabkan media menjadi becek dan dalam waktu
singkat menyebabkan akar menjadi busuk, daun menjadi pucat, layu lalu busuk.
3. Layu Fusarium - jamur Fusarium
oxysporum
Layu Fusarium yang menyerang tanaman cabai dan tomat. Penyakit ini
disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Gejala yang
ditimbulkan adalah memucatnya tulang daun terutama daun bagian atas kemudian
menggulunggnya daun yang lebih tua dan akhirnya layu secara keseluruhan.
Menggulungnya daun ini mengakibatkan kemampuan daun menerima cahaya matahari
menurun dan berdampak pada laju fotosintesis. Penurunan laju fotosintesis
berberdampak pada produktivitas tanaman tersebut (Endah, 2002).
Jamur Fusarium oxysporum menginfeksi melalui akar,
utamanya pada luka akar akibat dari serangan Nematoda puru akar,
pemindahan bibit dari penyemaian maupun akibat dari munculnya akar lateral.
Jamur ini akan berkembang dan menetap di berkas vaskuler. Jamur ini tidak
mengganggu proses trasportasi di berkas vaksuler karena hifa dari jamur ini
tidak cukup menyumbat aliran air pada jaringan xylem (Semangun, 2001).
Menurut Gaumann dan Jaag dalam Semangun (2001), penyebab kelayuan adalah
dibentuknya polipeptida yang disebut likomarasmin, toksin yang
dapat mengganggu permeabilitas membrane. Likomarasmin diangkut dalam badan
tumbuhan dengan cepat dan bersifat toksin. Ini mengubah permeabilitas sel
terhadap air dan salah satu pengaruhnya yaitu transpirasi tumbuhan yang cepat.
Laju traspirasi yang cepat dan tidak mampu diimbangi oleh laju transportasi,
maka akan terjadi kelayuan baik secara sementara maupun secara permanen (Sarna
dkk, 2007).
Selain itu jamur Fusarium oxysporum juga
menghasilkan asam fusarat. Asam fusarat dapat
menghambat pertumbuhan kalus dan tunas. Hal ini diduga karena terganggunya
permeabilitas membran sel, terhambatnya oksidasi sitokrom dan respirasi pada
mitokondria sehingga menghambat sintesis ATP, serta penurunan aktivitas fenol
(Purwati, dkk. 2007).
Menurut Waggoner dan Dimond dalam Semangun (2001), Fusarium
Oxysporum menghasilkan enzim pektolitik, terutaman pectin-metil-esterase
(PME) dan depolimerase (DP). PME mereduksi etal dari rantai pectin dan
menghasilkan asam pektat. DP memecah rantai asam pektat menjadi
poligalakturonida dengan dengan berbagai berat molekul.enzim tersebut
memecah bahan pectin dalam dinding sel pembuluh xylem dan pectin pada parenkim
xylem.
Pemecahan bahan pectin dari dinding sel mengakibatkan sel kehilangan
kekakuannya sehingga tanaman menjadi layu. Fragmen-fragmen asam pektat masuk ke
pembuluh xylem dan membentuk masa koloidal yang mungkin menggandung bahan
nonpektin dan dapat menyumbat pembuluh. Penyumbatan oleh fragmen asam pektat
dapat menghalangi proses penghantaran air dan nutrisi tanah.
Keadaan ini mengakibatkan tanaman mengalami kekurangan air, terlebih ketika
laju transpirasi tinggi. Kekurangan air mengakibatkan tekanan turgor sel
menjadi menurun dan menjadikan tanaman layu. Jika tidak segera teratasi,
tanaman akan mengalami layu permanen dan mati (Sarna dkk, 2007).
2.3 Interaksi
virus dengan tanaman
2.3.1
Interaksi yang merugikan
1.
Interaksi antara chilli veinal mottle virus dengan tanaman cabai
Virus tumbuhan sebagian besar mempunyai
materi genetic RNA (ss-RNA). Kaspidnya umumnya berbentuk
iksohedral/silindrikal. Virus tumbuhan dapat berpindah melalui perantara
serangga, fungi, nematoda, dan kontaminan dari mesin. Salah satu contoh virus
yang inangnya tumbuhan adalah ChiVMV (chilli veinal mottle virus).
Penyakit mosaik yang disebabkan oleh virus
merupakan salah satu factor pembatas penting dalam budidaya cabai. Beberapa
macam virus telah dilaporkan dapat menyerang berbagai kultivar cabai di
Indonesia (Duriat et al., 1995; Suryaningsih dkk., 1996), empat virus
penting di antaranya yaitu cucumber mosaic virus (CMV), chilli veinal
mottle virus (ChiVMV), potato virus Y (PVY) dan tobaco mosaic
virus (TMV) dapat menginduksi gejala mosaik (Nurdin, 1998), tiga di
antaranya ditemukan berasosiasi dengan penyakit mosaik yaitu TMV, CMV dan ChiVMV. Penyakit mosaic menjadi
penting karena kerugian yang ditimbulkannya cukup besar. Penurunan hasil panen
akibat penyakit mosaik pada tujuh kultivar cabai berkisar mulai dari 32 sampai
75% (Sulyo, 1984). Bahkan hasil penelitian Sari dkk. (1997) menunjukkan bahwa
serangan virus penyebab penyakit mosaic dapat menurunkan jumlah dan bobot buah
per tanaman berturut-turut sebesar 81,4 dan 82,3%. Penurunan produksi juga
semakin tinggi karena virus penyebab penyakit mosaik ini dapat dengan cepat
tersebar ke pertanaman di sekitar sumber virus sesuai dengan aktivitas kutu
daun (aphids) yang berfungsi sebagai vektornya.
Terjadinya
infeksi virus pada tanaman cabai dapat menurunkan pertumbuhan dan produksi
tanaman, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Syamsidi et al.,
1997). Tanaman cabai yang terinfeksi virus menunjukkan gejala mosaik; klorosis,
keriting, nekrotik, dan kerdil. Gejala mosaik yang terjadi,
dapat disebabkan oleh beberapa virus yang menyerang tanaman cabai secara
bersama-sama (sinergi). Penyakit virus mosaik pada tanaman cabai umumnya
disebabkan oleh gabungan beberapa patogen virus, yaitu CMV (Cucumber Mosaic
Virus), PVY (Potato Virus Y), TMV (Tobacco Mosaic Virus).
Beberapa virus yang umum menyerang tanaman cabai yaitu : virus CMV (Cucumber
mosaic virus), TMV (Tobacco mosaic virus ), TEV (Tobacco etch
virus), PVY (Potato virus Y), ChiVMV (Chilli Veinal Mottle Virus)
dan TYLCV (Tomato yellow leaf curl virus) (Semangun, 1994; dan Pracaya,
1994). Virus yang menginfeksi tanaman cabai juga menginfeksi tanaman spesies
lain. Lebih dari 1800 spesies tanaman dilaporkan dapat terserang virus yang
sama dengan virus yang menyerang tanaman cabai. Untuk mengendalikan virus yang
menyerang tanaman, hal yang sangat penting dilakukan adalah mendiagnosis virus
yang menyerang tanaman tersebut. Dengan hasil diagnosis tersebut, dapat
digunakan sebagai panduan untuk pemberantasan (eradikasi) beberapa sumber virus
yang potensial, sehingga tanaman cabai maupun tanaman dari spesies lain
terhindar dari infeksi virus yang menyerang tanaman cabai (Edwarson dan
Christie, 1997). Tanaman cabai seringkali terserang virus dengan menunjukkan
gejala mosaik, sehingga dapat menurunkan produksi buah cabai. Penyakit virus tersebut
pada umumnya tersebar karena adanya vektor misalnya, Myzus persicae (aphids),
Bemisia tabaci (lalat putih), Thrips tabaci (Pracaya, 1994). TMV
merupakan virus yang diketahui dapat ditularkan melalui benih (seed
transmission).
Virus menginfeksi tanaman dan berkembang biak dalam jasad
inang. Ketika ChiMV (chilli
veinal mottle virus) menulari tanamancabai, virus memasuki mekanis yaitu
melalui dinding sel tumbuhan pecah dan bereplikasi. ChiMV menulari tanaman cabai secara
mekanis melalui dinding sel yang pecah kemudian bereplikasi. Virus yang telah
bereplikasi tersebut menyebar ke sel tetangga melalui plasmodesmata. ChiMV
menghasilkan protein yang disebut dengan P30, protein ini menyebabkan membesarnya
plasmodesmata sehingga virus dapat bergerak dari ke sel sebagai suatu komplek
RNA.
Gejala yang terlihat yaitu gejala daun yang
memperlihatkan banyak daerah kecil berubah wama, yang kontras dengan warna
asalnya dan cenderung berupa lingkaran terang seperti cincin. Pola bagian hijau
yang bersiku kontras dengan wama kuning; daerah yang dikelilingi cincin
klorotik yang memberikan mosaik kuning di atas warna hijau. Jika daerah warna
yang berbeda jadi menyatu, akan menghasilkan gejala belang.
Virus dapat bertahan dan bersifat infektif
selama beberapa tahun. Virus bersifat sangat stabil dan mudah ditularkan dari
benih kepembibitan pada saat pengelolaan tanaman secara mekanis misalnya pada saat pemindahan bibit ke
pertamanan. Gejala serangan daun tanaman yangterserang menjadi berwarna belang
hijau muda sampai hijau tua. Ukuran daun relatif lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran daun normal. Jika yang diserang
tanaman muda, pertumbuhan tanaman akan terhambat dan akhirnya kerdil.
Virus ini mampu menular secara mekanis yakni melalui tangan manusia saat
memetik buah cabai, buah cabai yang tidak dicuci sebelum menggunakannya.
2.4
Siklus Biogeokimia
Siklus biogeokimia atau siklus
organik-anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus
unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan
reaksi-reaksi kimia
dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.
Semua yang ada di bumi baik makluk hidup maupun benda mati
tersusun oleh materi. Materi ini tersusun oleh antara lain: karbon (C), Oksigen
(O), Nitrogen (N), Hidrogen (H), Belerang atau sulfur (S) dan Fosfor (P).
Unsur-unsur kimia tersebut dimanfaatkan oleh produsen untuk membentuk bahan
organic dengan bantuan energi matahari atau energi yang berasal dari reaksi
kimia. Bahan organik yang dihasilkan adalah sumber bagi organisme. Proses makan
atau dimakan pada rantai makanan mengakibatkan aliran materi dari mata rantai
yang lain. Walaupun makluk dalam satu rantai makanan mati, aliran materi masih
tetap berlangsung terus. Karena mahluk hidup yang mati tadi diuraikan oleh
dekomposer yang ahkirnya akan masuk lagi ke rantai makanan berikutnya. Begitu
selanjutnya terus-menerus sehingga membentuk suatu aliran energi dan daur materi.
Biogeokimia merupakan pertukaran atau perubahan yang terus
menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Dalam suatu
ekosistem, materi pada setiap tingkatan trofik tak hilang. Materi berupa
unsur-unsur penyusun bahan organik di daur ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke
dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut
melibatkan mahluk hidup dan batuan (geofisik) sehingga disebut daur
biogeokimia. Fungsi daur biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang melibatkan
semua unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen
biotik maupun abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi tetap terjaga.
Berikut adalah macam-macam siklus biogekimia yang terdapat
pada interaksi antara mikroba dengan tanaman diantaranya :
1.
Siklus Nitrogen
Gas nitrogen ikatannya stabil dan sulit
bereaksi, sehingga tidak bisa dimanfaatkan secara langsung oleh makhluk hidup.
Nitrogen dalam tubuh makhluk hidup merupakan komponen penyusun asam amino yang
akan membentuk protein.
Selain itu, nitrogen diperlukan dalam pembentukan senyawa nitrogen, seperti
asam nukleat (ADN dan ARN). Meskipun 78% di udara terdapat nitrogen bebas, Nitrogen bebas
juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat atau
petir membentuk nitrat (NO3-).
Beberapa tanaman mempunyai nodul pada akarnya yang di
dalamnya terdapat bakteri pengikat nitrogen. Bakteri mengubah banyak nitrogen
menjadi asam amino yang dilepaskan ke jaringan tumbuhan. Tanaman dengan nodul
ini mampu hidup dalam kondisi tanah yang miskin nitrogen, misalnya ercis,
tanaman dengan daun menjari dan tanaman lain yang termasuk dalam keluarga
kacang-kacangan (legume). Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk asam amino
merupakan persenyawaan pembentuk molekul protein.
Tanaman tersebut menyerap nitrogen dalam bentuk nitrit
ataupun nitrat dari dalam tanah untuk menyusun protein dalam tubuhnya. Ketika
tumbuhan dimakan oleh herbivora, nitrogen yang ada akan berpindah ke tubuh
hewan tersebut bersama makanan. Ketika tumbuhan dan hewan mati ataupun sisa
hasil ekskresi hewan (urine) akan diuraikan oleh dekomposer menjadi amonium dan
amonia. Oleh bakteri nitrit (contohnya Nitrosomonas dan Nitrosococus) amonia akan diubah menjadi nitrit, proses ini disebut
sebagai nitritasi. Kemudian, nitrit dengan bantuan bakteri nitrat (contohnya Nitrobacter) akan diubah menjadi nitrat,
proses ini disebut sebagai proses nitratasi. Peristiwa proses perubahan amonia
menjadi nitrit dan nitrat dengan bantuan bakteri disebut sebagai proses
nitrifikasi. Adapula bakteri yang mampu mengubah nitrit atau nitrat menjadi
nitrogen bebas di udara, proses ini disebut sebagai denitrifikasi.
Proses-proses tersebut diuraikan seperti di bawah ini :
1.
Nitrifikasi
Proses
nitrifikasi berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama proses nitrifikasi
adalah oksidasi ammonium, konversi ammonium menjadi nitrit. Dilakukan oleh
bakteri pengoksidasi ammonium dari genus “Nitroso” kemudian nitrit dioksidasi
menjadi nitrat oleh bakteri pengoksidasi nitrit dari genus “Nitro”. Selain oksidasi oleh bakteri nitrifikasi
autotrof, mikroba lain juga dapat menghasilkan nitrit dan nitrat melalui proses
oksidasi enzimatik tetapi tidak terkait dengan pertumbuhan mikroba. Misalnya,
beberapa genus bakteri pengoksidasi metana mengandung membran yang mengikat
enzim monooksigenase metana yang dapat mengooksidasi ammonium maupun metana.
Nitrifikasi heterotrof yang paling banyak dijumpai adalah oksidasi ammonium
atau senyawa nitrogen oleh berbagai jenis bakteri heterotrof dan jamur.
Bakteri pengooksidasi ammonium yang
terkenal adalah Nitrosomonas tetapi,
pada tanah asam bakteri pengooksidasi ammonium yang dominan adalah Nitrosospira , sementara bakteri Nitrosolobus juga dijumpai pada beberapa
jenais tanah. Secara keseluruhan, reaksi konversi ammonium menjadi nitrit
adalah :
NH3 + 1,5 O2 -------> NO2- + H+ + H2O
Langkah pertama dalam reaksi tersebut
adalah konversi NH3 menjadi NH2OH atau Hidroksilamina
oleh enzim ammonia monooksigenase yang terikat pada membran yakni :
NH3 + O2 + 2H+
+ 2e- --------->NH2OH + H2O
Hidroksilamina kemudian dikonversi menjadi nitrit dengan
reaksi :
NH2OH
+ H2O -------->NO2- + 5H+ + 4e-
Bakteri
pengooksidasi nitrit yang terkenal adalah Nitrobacter
spp. Walaupun Nitrospira juga
dijumpai pada beberapa tanah oksidasi nitrit menjadi nitrat merupakan reaksi
satu langkah:
NO2- + 1,5 O2 ------->NO3-
Nitrit dioksidasi menjdi nitrat oleh nitrit
oksidoreduktase yang terikat pada membrane, yang memindahkan oksigen dari air
dan memmindahkan sepasang electron.
NO2- + H2O------>NO3-
+ 2H+ + 2e-
Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat
2 HNO3 + O2 2 HNO3 +
44 kkal.
Tabel 2. Bakteri
Nitrifikasi Khemoautotrof
Bakteri pengooksidasi NH3
Genus
|
Spesies
|
Nitrosomonas
|
europeae
|
eutropus
|
|
marina
|
|
Nitrosococus
|
nitrosus
|
mobilis
|
|
oceanus
|
|
Nitrosospira
|
briensis
|
Nitrosolabus
|
multiformis
|
Nitrosovibro
|
tenuis
|
Tabel
3. Bakteri
pengooksidasi NO2-
Genus
|
Spesies
|
Nitrobacter
|
urinogradskyi
|
bamburgensis
|
|
vulgaris
|
|
Nitrospina
|
grasilis
|
Nitrococcus
|
mobilis
|
Nitrospira
|
marina
|
2. Denitrifikasi
Bakteri denitrifikasi di dominasi oleh
genus Pseumonas dengan spesies Alcaligenus, Flavobakterium, dan juga genus Basilus. Reaksi denitrifikasi adalah sebagai berikut.
2NO3- + 5H2 + 2 H+ --------->N2 + 6H2O
2. Siklus fosfor
Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua
makhluk hidup membutuhkan fosfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat),
sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Di darat tumbuhan mengambil fosfat
yang terlarut dalam air tanah.. Semua mahluk memerlukan fosfat sebagai
pembentuk DNA, RNA, protein, energi (ATP), dan senyawa organik lainnya. Daur
fosfor lebih sederhana dari pada daur lainnya karena tidak melibatkan atmosfer.
Di alam daur fosfor sebagai berikut:
Di dalam tanah mengandung fosfat anorganik yang dapat
diserap oleh tumbuhan. Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumer sehingga fosfor
berpindah ke hewan. Tumbuhan mati, feses, dan urinnya akan terurai menjadi
fosfat organik. Oleh bakteri fosfat tersebut diubah menjadi fosfat anorganik
yang dapat diserap tumbuhan. Dan seperti biasa akan terulang.
Dan pada daur fosfor diperlukan pengurai untuk menguraikan tumbuhan yang mati menjadi fosfat anorganik. Fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus.
Daur sedimentasi disebut juga daur fosfor. Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan posfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Posfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat. Ion Fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah. Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan pospor kemudian diambil oleh tumbuhan.
Dan pada daur fosfor diperlukan pengurai untuk menguraikan tumbuhan yang mati menjadi fosfat anorganik. Fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus.
Daur sedimentasi disebut juga daur fosfor. Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan posfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Posfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat. Ion Fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah. Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan pospor kemudian diambil oleh tumbuhan.
Fosfor merupakan sumber energi primer bagi oksidasi mikroba.
Bakteri yang sangat efektif dalam melarutkan fosfor (bakteri pelarut fosfor)
dari batuan fosfat adalah Bacillus
megaterium var. Phosphaticum.
Bakteri ini dikemas dalam bentuk inokulum yang disebut fosfobakterin dan
diaplikasikan ke tanah untuk memacu pelarutan mineral fosfor. Selain itu ada
juga jamur mikoriza yang membentuk simbiosis dengan akar tanaman untuk memacu
serapan fosfor .
3.
Siklus Belerang
Belerang
atau sulfur merupakan unsur penyusun protein. Tumbuhan mendapat sulfur dari
dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ). Kemudian tumbuhan tersebut
dimakan hewan sehingga sulfur berpindah ke hewan. Lalu hewan dan tumbuhan mati
diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi sulfat lagi. Secara alami,
belerang terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Setiap daur
melibatkan unsur organisme untuk membantu menguraikan senyawa-senyawa menjadi
unsur-unsur. Dalam daur belerang misalnya, mikroorganisme yang bertanggung
jawab dalam setiap trasformasi adalah sebagai berikut :
1.
H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
2.
SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri
desulfovibrio.
3.
H2S → SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri
thiobacilli.
4.
S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme
heterotrofik aerobik dan anaerobik.
Mikroba berperan pada siklus sulfur terutama oksidasi dan
reduksi sulfur. Senyawa sulfur yang telah termineralisasi dapat ditransformasi
menjadi SO42- atau H2S oleh mikroba. Tahap
reduksi dari SO42- menjadi H2S dilakukan oleh
spesies bakteri Desulfovibrio, Desulfotomaculum, dan Desulfomas pada kondisi anaerob.
Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautrotrof anaerob seperti
Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Mikroorganisme pengoksidasi
sulfur banyak dijumpai dalam tanah, maka jumlahnya jarang sekali membatasi
oksidasi (Janzen dan Bettary, 1987). Organisme pengoksidasi yang bersifat
heterotrof seperti Arthrobacter dan Pseudomonas yang melakukan sebagian
besar oksidasi sulfur, memerlukan karbon organik untuk memenuhi kebutuhan
energi dan karbonnya. Pada kondisi tidak cukup karbon, mikroba autotrof
termasuk genus Thiobacillus, menjadi
lebih penting. Organisme ini memperoleh energinya dari sulfur anorganik dan
memperoleh karbon dari CO2.
Oksidasi Sulfur dilakukan oleh beberapa kelompok bakteri,
yang terkenal adalah bakteri sulfur hijau, bakteri sulfur ungu, dan bakteri
sulfur tidak berwarna (Thiobacillus). Bakteri sulfur hijau dijumpai pada
kondisi anaerob seperti lumpur dan air yang tidak ada oksigen. Bakteri ini
sebagian besar dijumpai di bawah lapisan bakteri sulfur ungu. Bakteri ini
bersifat fotolitotrof maupun anaerob dan mampu menggunakan sulfida sebagai
donor elektron. Dikenal empat genera bakteri sulfur hijau, yaitu Chlorobium, Prosthecohloris, Pelodictyon,
dan Clathrochloris. Sedangkan bakteri
ungu disebut juga Chromatiacaea.
Thiobacillus adalah bakteri aerob, gram negatif,
berbentuk batang. Oksidasi sulfur yang dilakukan oleh Thiobacillus dapat menjadi sangat penting secara komersial untuk
industri pertambangan. Timbunan batubara yang banyak mengandung Thiobacillus dapat menghasilkan produk
samping berupa asam sulfat. Hal ini menyebabkan drainase tambang asam dan dapat
menjadi masalah serius yang berkaitan dengan hilangnya biodiversitas dan
habitat
4.Siklus Karbon
Siklus karbon
adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer,
geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. Karbon diambil dari atmosfer dengan
berbagai cara :
Ø Ketika matahari
bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, dan
melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon
pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang
mengalami pertumbuhan yang cepat.
Ø Pada permukaan
laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih
mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh
sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke
kedalaman laut atau interior laut.
Ø Di laut bagian
atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi, organisme
membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme juga membentuk
cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh
lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah.
Ø Karbon dapat
kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:
v Melalui
pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi
eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau molekul
organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.
v Melalui
pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai senyawa
karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon
dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia
oksigen.
v Melalui pembakaran
material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung menghasilkan karbon
dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosil seperti
batu bara, produk dari industri perminyakan (petroleum), dan gas alam akan
melepaskan karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer.
Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di
atmosfer.
v Di permukaan
laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepas kembali
ke atmosfer.
v Erupsi vulkanik
atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut
termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang
dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang
hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat.
Ø Sumber
karbon bagi makhluk hidup di alam terdapat dalam bentuk karbondioksida (CO2),
terdapat di atmosfer maupun terlarut dalam air. Tumbuhan hijau memanfaatkan CO2
dalam fotosintesis untuk menyusun karbohidrat, protein, dan lemak. Melalui
respirasi tumbuhan, hewan, dan manusia, CO2 dilepaskan ke atmosfer.
Karbon dilepaskan juga pada proses pembusukan sisa tumbuhan dan hewan yang mati
oleh mikroorganisme serta pembakaran karbon organik seperti batu bara dan
minyak bumi.
Ø Mikroba
yang berperan dalam siklus karbon adalah mikroba metanogenetik. Bakteri
metanogenik berperan dalam siklus karbon dengan menghasilkan metan dari CO2.
Sebagian besar metan dilepas ke atmosfer atau direspirasi oleh bakteri metan.
Kebanyakan metan atmosfer dioksidasi oleh bakteri menjadi CO2 dan
air.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1.
Interaksi yang terjadi antara bakteri dengan tanaman antara lain interaksi yang
menguntungkan dan interaksi yang merugikan . Interaksi yang Menguntungkan yaitu
terjadinya interaksi antara bakteri Rhizobum
dengan akar kacang-kacangan. Dimana bakteri Rhizobum ini masuk melalui rambut-rambut akar dan menetap dalam
akar tersebut dan membentuk bintil pada akar yang bersifat khas pada
kacang-kacangan untuk menambat nitrogen dari udara. Interaksi yang merugikan
yaitu adanya interaksi bakteri Pseudomonas
solanacearum yang menyebabkan penyakit
“Darah Pisang”. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum.
2.
Interaksi yang terjadi antara fungi
dengan tanaman antara lain interaksi yang menguntungkan dan interaksi
yang merugikan. Interaksi yang Menguntungkan adalah terjadi hubungan simbiosis
mutualisme yang terjadi antara fungi dengan akar tanamanyang disebut dengan
Mikoriza. Pada umumnya mikoriza lebih banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Ektomikoriza
biasanya ditemukan di daerah yang beriklim sedang berasosiasi dengan tumbuhan
tingkat tinggi dan beberapa semak, endomikoriza
merupakan fungi yang tidak dapat berkembang tanpa tumbuhan inang, dan biasanya
fungi ini berasal dari kelompok Zygomycetes dan ektendomikoriza
yang merupakan bentuk intermediet antara ektomikoriza dan endomikoriza.
3. Interaksi
yang terjadi antara virus dengan tanaman
adalah interaksi yang merugikan contoh nya Interaksi antara chilli veinal mottle virus dengan tanaman cabai, dengan ciri-ciri klorosis, keriting, nekrotik,
dan kerdil.
4. Siklus
biogekimia yang terdapat pada interaksi antara mikroba dengan tanaman
diantaranya :
·
Siklus Nitrogen, dalam siklus
nitrogen terdapat proses nitrifikasidan proses denitrifikasi. Dimana proses
nitrifikasi berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama proses nitrifikasi
adalah oksidasi ammonium, konversi ammonium menjadi nitrit. Dilakukan oleh bakteri
pengoksidasi ammonium dari genus “Nitroso” kemudian nitrit dioksidasi menjadi
nitrat oleh bakteri pengoksidasi nitrit dari genus “Nitro”. Kemudian Proses Denitrifikasi Bakteri denitrifikasi di
dominasi oleh genus Pseumonas dengan spesies Alcaligenus, Flavobakterium, dan juga genus Basilus.
· Siklus fosfor
Di
dalam tanah mengandung fosfat anorganik yang dapat diserap oleh tumbuhan.
Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumer sehingga fosfor berpindah ke hewan.
Tumbuhan mati, feses, dan urinnya akan terurai menjadi fosfat organik. Oleh
bakteri fosfat tersebut diubah menjadi fosfat anorganik yang dapat diserap
tumbuhan.Tumbuhan mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4
). Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga sulfur berpindah ke hewan.
Lalu hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi
sulfat lagi. Lalu hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S
atau menjadi sulfat lagi.
· Siklus
Karbon
Siklus karbon adalah siklus
biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer,
hidrosfer, dan atmosfer bumi. Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara, salah satu contohnyaadalah Ketika matahari
bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, dan
melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon
pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang
mengalami pertumbuhan yang cepat.
informasi bermanfaat
BalasHapus