Senin, 25 Juni 2012

Kemoterapi


2.1 Pengertian dan Sejarah Kemoterapi
      Kemoterapi dapat didefinisikan sebagai obat – obatan kimiawi yang digunakan untuk memberantas penyakit infeksi akibat mikroorganisme seperti bakteri, fungi, virus, dan protozoa (plasmodium, amuba, trichomonas dll), juga terhadap infeksi oleh cacing tanpa merusak tuan rumahnya. Obat – obatan tersebut berkasiat memusnahkan parasit tanpa merusak jaringan.
      Pustaka kuno menguraikan sediaan kemoterapi zama dulu, tetapi banyak diantaranya merupakan obat yang tak berguna yang disertai dengan takhyul dan sihir. Namun, beberapa dari senyawa itu ternyata mempunyai nilai menurut proses coba – coba selama bertahun – tahun. 
      Sejak jaman purbakala, orang kuno telah mempraktekkan fitoterapi (phytos yang artinya tanaman) dengan jalan mencoba – coba. Orang yunani dan aztec di meksiko menggunakan masing – masing pakis pria (Filix mas) dan minyak chenopodi untuk membasmi cacing dalam usus. Orang hindu sudah beribu–ribu tahun lalu mengobati lepra dengan minyak chaulmogra dan di cina serta di pulau mentawai sumatra barat sejak dahulu kala borok ditangani dengan jamur – jamur tertentu sebagai pelopor antibiotika. Orang cina dan vietnam sejak dua ribu tahun lalu menggunakan tanaman qinghaosu yang mengandung artesiminin untuk mengobati malaria, sedangkan suku – suku indian di amerika selatan memanfaatkan kulit pohon kina. Pada abad ke-16, air raksa mulai digunakan sebagai kemoterapeutika pertama terhadap sifilis.
      Kemoterapi modern mulai berkembang pada akhir abad ke-19. Saat itu, peneliti dr Robert Koch dan dr Louis Pasteur membuktikan bahwa banyak penyakit diakibatkan oleh bakteri dan protozoa. Dr Paul Ehrlich adalah sarjana pertama yang melontarkan konsepsi dan istilah kemoterapi dan indeks terapi. Pada penelitiannya dengan jaringan dan bakteri yang diwarnai dengan anilin dan metilenbiru, ia menemukan khasiat bakterizid dari zat – zat tersebut. Pada tahun 1891, ia berhasil menyembuhkan binatang yang telah terinfeksi parasit malaria dengan metilenbiru. Dan, pada tahun 1907, ditemukan obat anti spirokheta arsfenamin (salvarsan) yang merupakan obat standar sifilis pada waktu itu sampai kemudian terdesak oleh ditemukannya penisilin. Kemoterapeutika penting yang disintesa atas dasar zat – zat warna adalah obat malaria pamaquin dan mepakrin (1930).
      Dengan penemuan sulfonamida (1935) kemungkinan terapi yang ada hingga saat itu hanya terbatas pada infeksi protozoa dan spirokheta sangat diperluar dengan adanya bakteri lain. Antara lain, banyak penyebab penyakit fatal seperti radang selaput otak (meningitis) dan radang paru – paru (pneumonia) mulai dapat ditanggulangi dan disembuhkan dengan terapi sistemis, yakni melalui peredaran darah.
      Titik – titik puncak dalam perkembangan selanjutnya, yang membuka babak baru dalam pengobatan sistemis penyakit infeksi adalah diintroduksinya penisilin (1941) dengan khasiat dan toksisitas sangat selektif. Antibiotikum pertama diusul oleh banyak antibiotika lain, seperti kloramfenikol dan kelompok cefalosporin, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, polipeptida, linkomisin, dan rafimisin. Selain sulfonamida, dikembangkan juga kemoterapeutika sintesis, seperti senyawa nitrofuran (1944), asam nalidiksat (1962), serta turunannya (fluorkinolon, 1985), dan obat – obatan protozoa (kloroquin, proguanil, metronidazol, dll). Dewasa ini banyak zat antimikroba baru telah diperkembangkan, yang mampu menyembuhkan hampir semua infeksi mikroba, kecuali infeksi dengan kebanyakan virus.

2.2 Jenis-Jenis Kemoterapi
2.2.1 Antibiotika
        Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup. Antibiotika merupakan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
        Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh Profesor Howard W. Florey dan Dr. Ernst B. Chain.
        Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Beberapa cara telah digunakan secara luas untuk mengisolasi organisme penghasil antibiotik yang berasal dari berbagai tempat alami. Pada satu cara yang paling sederhana, tanah dari kebun atau lapangan biasa disuspensikan dalam air steril kemudian diinokulasikan di atas permukaan pelat agar nutrisi yang steril. Sejumlah besar koloni mikroba biasanya akan ditemukan setelah beberapa hari diinkubasi dalam temperatur kamar. Beberapa dari mikroorganisme ini memproduksi antibiotik dan menghambat pertumbuhan organisme lainnya pada pelat tersebut. Hal ini menghasilkan suatu daerah jernih di sekitar koloni yang memproduksi antibiotik, yang kemudian dipilih untuk penelitian lebih lanjut. Selain antibiotik yang dapat diperoleh secara alami, antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis atau semi sintetis.
        Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki antibiotik sehingga dapat digunakan sebagai obat kemoterapi yaitu:
1) aktivitas spesifik yang tinggi sehingga hanya sejumlah kecil antibiotik yang diperlukan untuk menghambat infeksi organisme
2) peredaran dalam tubuh yang cukup cepat dan eksresi setelah waktu tertentu
3) jarang terjadi efek samping yang tidak dikehendaki dan efek ini harus terpulihkan
4) dapat diberikan dengan pengobatan lain yang mungkin harus diterima oleh pasien
5) potensi anti bakteri yang cukup sehingga mikroorganisme yang resisten tidak akan terbentuk selama pengobatan
6) kesesuaian yang memungkinkan penggunaan dalam berbagai bentuk sediaan, termasuk pemberian secara oral
7) stabil secara kimia pada waktu diproses menjadi produk yang murni dan dalam bentuk sediaan
8) ketersediaannya dengan harga yang cukup rendah
        Meskipun hanya sedikit antibiotik yang memiliki semua sifat diatas, beberapa hampir mempunyai sifat tersebut. Ampisilin mempunyai aktivitas spesifik cukup tinggi, beredar cepat dalam tubuh bila diberikan secara oral, cukup stabil dalam pembuatan dan sediaan, serta relatif tidak mahal. Namun, berdasarkan data yang diperoleh, sekitar 8% orang di Amerika yang sensitif terhadap Penisilin G juga sensitif terhadap Ampisilin dan hal ini merupakan langkah mundur utama dalam penggunaannya. Di lain pihak, beberapa antibiotik yang tidak mampu memenuhi sebagian besar persyaratan di atas masih digunakan secara klinik karena tidak ada alternatif lain yang baik. Termasuk diantaranya daktinomisin, kromomisin A3, dan mitramisin yang digunakan untuk pengobatan kanker.
       
Mekanisme kerja Antibiotika
        Mekanisme kerja antibiotika antara lain :
1. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosis dari plasma, akhirnya sel akan pecah (penisilin dan sefalosporin)
2. Menghambat sintesis membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya, hingga bersifat lebih permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel dapat keluar (kelompok polipeptida)
3. Menghambat sintesis protein sel, akibatnya metabolisme sel terganggu serta sel tidak terbentuk sempurna (kloramfenikol, tetrasiklin)
4. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak dapat berkembang (rifampisin)


Efek samping penggunaan antibiotika
            Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan  terjadi reaksi hipersensitif atau alergi seperti gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi shock, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang rentan hipersensitif tidak diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).
2. Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
3. Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus, saluran pernafasan dan urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans. Selain antibiotik, obat yang menekan sistem kekebalan tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan supra infeksi.  Khususnya, anak-anak dan orangtua sangat mudah dijangkiti supra infeksi ini.


Penggolongan antibiotika berdasar aktivitasnya
        Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas:
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow  spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif)
2. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif.
Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenicol.

Kelompok antibiotika
        Beberapa kelompok antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit di masyarakat yaitu:
1. Golongan Penisilin
        Antibiotik pertama yang ditemukan dari Alexander Fleming tahun 1928 di London yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey untuk penggunaan sistemik dengan menggunakan biakan Penisilium notatum. Akibat kebutuhan penisilin dalam jumlah besar pada saat perang dunia II, kemudian digunakan Penisilium chrysogenum yang dapat menghasilkan Penisilin lebih banyak.
        Penisilin termasuk antibiotik golongan betalaktam karena mempunyai rumus bangun dengan struktur seperti cincin ?-lactam yang merupakan syarat mutlak untuk menunjukan khasiatnya. Jika cincin menjadi terbuka misalnya oleh enzym ? lactamase (penisilinase) maka khasiat anti bakteri (aktivitas) antibiotik penisilin menjadi lenyap.

Mekanisme kerja:
            Penisilin merintangi/menghambat pembentukan/sintesis dinding sel bakteri sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka bertambahnya plasma atau air yang terserap melalui osmosis akan menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi mati.
Resistensi:
            Pemakaian yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri terutama golongan Stafilococcus dan Eschericia coli menjadi resisten terhadap penisilin. Resistensi bakteri ini terbentuk dengan cara membentuk enzim ?-lactamase yang pembentukannya dikode dalam plasmid. Sebelumnya hanya bakteri Stafilococcus dan Eschericia coli yang memiliki kemampuan tersebut namun gen dari bakteri tersebut ditransfer ke bakteri lain dengan mekanisme seksual sehingga banyak bakteri telah memiliki kemampuan ini dan resistensi telah disebarluaskan dengan cepat.
Efek samping:
            Efek samping yang sering timbul akibat pemakaian antibiotik penisilin yaitu reaksi alergi karena hipersensitif. Reaksi alergi terhadap terapi penisilin disebabkan oleh terbentuknya protein asing dalam tubuh yang bersifat antigenic. Protein serum diasilasi oleh penisilin dan hasilnya yang berupa protein penisiloil adalah suatu zat  antigenik yang menyebabkan produksi antibody bersangkutan. Apabila seorang pasien yang telah diobati dengan penisilin menunjukkan gejala respon alergi, dapat diberikan suntikan penisilinase yang dimurnikan, yang akan menghancurkan antibiotik dengan jalan mengubahnya menjadi asam penisiloat.
Derivat (turunan) Penisilin
            Berdasarkan perkembangannya, terbentuk derivat-derivat penisilin seperti di bawah ini :
a. Penisilin spektrum sempit :
1) Benzil penisilin = Penisilin  G
Tidak tahan asam lambung, sehingga pemberian secara oral akan diuraikan oleh asam lambung, karena itu penggunaannya secara injeksi atau infus intra vena.
2) Penisilin V = Fenoksimetil Penisilin
Penisilin ini tahan asam lambung, pemberian sebaiknya dalam keadaan sebelum makan.
3) Penisilin tahan Penisilinase
Derivat ini hampir tidak terurai oleh penisilinase, tapi aktivitasnya lebih ringan dari penisilin G dan penisilin V. Umumnya digunakan untuk kuman-kuman yang resisten terhadap obat-obat tersebut. Contohnya kloksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin.
Kombinasi kloksasilin dengan asam klavulanat menghasilkan efek sinergisme dengan khasiat 50 kali lebih kuat, efektif terhadap E. coli, H. influenza dan Staphylococcus aureus. Asam klavulanat adalah senyawa ?-lactam dari hasil fermentasi Streptomyces clavuligerus.
b. Penisilin spektrum luas:
1) Ampisilin 
Spektrum kerjanya meliputi banyak kuman gram positif dan gram negatif yang tidak peka terhadap penisilin-G. Khasiatnya terhadap kuman-kuman gram positif lebih ringan daripada penisilin-penisilin spektrum sempit. Banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi atau peradangan pada saluran pernafasan (bronkitis), saluran penceranaan (desentri), dan infeksi saluran kemih.
2) Amoksilin
Spektrum kerjanya sama dengan ampisilin, tetapi absorbsinya lebih cepat dan lengkap. Banyak digunakan terutama  pada bronkitis menahun dan infeksi saluran kemih.
Obat Generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping.
1.         Benzil Penisilin (Penisilin G).
Indikasi          
Infeksi tenggorokan, otitis media, streptococus endo karditis, meningo  kokus, meningitis, pnemonia dan profilaksis amputasi pada lengan dan kaki.
Kontra indikasi
Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin
Efek  samping
Reaksi alergi berupa urtikaria, nyeri sendi, syok anafilaktik, diare.
Sediaan
Benzatin Penisilin G (generik) Injeksi
2. Fenoksi Metil Penisilin (Penisilin V)
            Indikasi
Tonsilitis, otitis media, demam rematik, profilaksis infeksi pneumokokus.
Kontra indikasi dan efek samping sama dengan Benzil Penisilin.
Sediaan
Phenoxymethyl Penicillin (generik),      tablet 250mg, 500mg.
3. Ampisilin
            Indikasi
Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronkitis kronis, salmonelosis,  gonorrhoe.
Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap penisilin
Efek samping
Mual,diare, ruam, kadang-kadang kolitis
Sediaan
Ampisilin (generik) Kapsul 250mg,          Kaptab 500mg serbuk injeksi, sirup  kering.
Cara penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 25o C
4. Amoksisilin
            Indikasi
(lihat ampisilin), juga untuk profilaksis endokarditis dan terapi tambahan     
Kontra indikasi dan efek samping sama dengan ampisilin.
Sediaan
Amoksisilin (generik), kapsul 250 mg, kaptab 500mg, serbuk injeksi , sirup kering.
Cara penyimpanan
Dalam botol tertutup rapat.
5. Co Amoksiklav (amoksisilin-asam klavulanat).
Kontra Indikasi dan Efek Samping sama dengan ampisilin.
Sediaan
Coamoksiklav (generik), kaptab
 Spesialite obat-obat penisilin.
 NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1
Benzilpenisilin
Prokain Penisilin G Meiji
Meiji Indonesia
Panadur LA
Sunthi Sepuri
2
Penisilin V
Fenocin
Dumex Alpharma Indonesia
Ospen
Novartis Indonesia
3
Kloksasilin
Ikaclox
Ikapharmindo
4
Ampicillinum
Penbritin
Beecham
Omnipen
Wyeth
Viccilin
Meiji
5
Amoksisillin
Amoxil
Beecham
(Amoxicillinum)
Topcillin
Dankos
Ospamox
Biochemi
6
Co-Amoxyclav
Augmentin
Beecham
Clavamox
Kalbe Farma

2. Golongan Sefalosforin
       Sefalosporin diperoleh dari biakan Cephalosporinum acremonium. Seperti halnya penisilin, daya antimikrobanya terletak pada cincin ? lactam, dengan mekanisme kerja berdasarkan perintangan sintesis dinding sel.
       Walaupun aktivitasnya luas, namun sefalosporin bukan merupakan obat pilihan pertama untuk penyakit manapun, karena masih terdapat obat – obat lain yang kurang lebih  sama khasiatnya dan jauh lebih murah harganya.
       Efek samping yang terpenting pada penggunaan oral berupa gangguan lambung-usus dan reaksi reaksi alergi seperti penisilin, yakni rash, urticaria, anafilaksis. Alergi silang sering terjadi dengan derivat penisilin.
Mekanisme kerja:
            Bersifat bakterisida dengan spektrum kerja luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif, termasuk E.coli, Klebsiella dan Proteus. Sefalosporin resisten terhadap asam penghidrolisis dari penisilanase dan kemampuannya relatif rendah untuk mengikat serum.
Obat Generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Sefaklor
Indikasi
Infeksi bakteri gram positif dan gram negatif
Kontra indikasi
hipersensitiv terhadap sefalosporin, porfiria
Efek samping
diare dan kolitis, mual muntah, sakit kepala
Sediaan
Cefaclor (generik) kapsul 250mg, 500mg
2. Sefadroksil
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan
Cefadroksil (generik), kapsul 250mg, 500mg, sirup kering.
3. Sefotaksim
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan
Cefotaxime (generik) serbuk inj
4. Seftazidim
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan
Ceftazidime (generik) serbuk injeksi
5. Seftriakson
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan
Ceftriaxone (generik) serbuk injeksi.
6. Sefuroksim
Indikasi
Profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap Haemophilus. influenzae, dan N.gonorrhoeae.
Kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan
Cefuroxime (generik) serbuk injeksi.
7. Sefaleksin
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan
Cephalexin (generik) kapsul 250 mg, 500mg
8. Sefradin
Indikasi
Profilaksis bedah (lihat sefaklor).
Kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan
Cephradin (generik) kaps 250mg, 500mg,     sirup kering.
9. Sefazolin
Indikasi
Profilaksis bedah (lihat sefaklor).
Kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan
Sefazolin (generik), serbuk inj
Spesialite obat-obat golongan sefalosporin.
NO
GENERIK dan LATIN
DAGANG
PABRIK
Sefadroksil
Duricef
Bristol-Myers Squib
Cefat
Sanbe Farma
Sefotaksim
Claforan
Hoechst
Clacef
Dexamedica
Sefaleksin(Cephalexinum)
Tepaxin
Takeda
Cefabiotic
Bernofarm
Ospexin
Novartis
Seftriaxone
Rocephin
Roche
Sefradin(Cephadrinum)
Velocef
Bristol-Myers Squib
Ceficin
Kalbe Farma
Sefazolin
Cefacidal
Squib
Sefaklor
Ceclor
Tempo
Cloracef
Ethica
Sefuroksim
Cefurox
Prafa
Kalcef
Kalbe Farma
Zinnat
Glaxo Wellcome
Seftazidim
Ceftum
Dexamedica

3. Golongan Aminoglikosida
       Golongan ini ditemukan dalam rangka mencari anti mikroba untuk mengatasi kuman gram negatif. Tahun 1943 berhasil diisolasi suatu turunan Streptomyces griseus yang menghasilkan streptomisin, yang aktif terutama terhadap mikroba gram negatif termasuk terhadap basil tuberkulosis.
            Kemudian ditemukan lagi berbagai antibiotik lain yang bersifat mirip streptomisin sehingga antibiotik ini dimasukan dalam satu kelompok yaitu antibiotik golongan aminoglikosida. Golongan ini mempunyai 2 atau 3 gugusan amino pada rumus molekulnya.
Mekanisme kerja
            Aktivitasnya adalah bakterisida berdasarkan dayanya untuk penetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses transkripsi dan translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga sintesis proteinnya dikacaukan.
Penggolongan
Berdasarkan rumus kimianya digolongan sebagai berikut :
a) Steptomisin
            Diperoleh dari steptomyces griseus oleh Walksman pada tahun 1943 dan sampai sekarang penggunaannya hampir terbatas hanya untuk tuberkulosa.
            Toksisitasnya sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke-8 yang melayani organ keseimbangan dan pendengaran. Gejala-gejala awalnya adalah sakit kepala, vertigo, mual dan muntah. Kerusakan bersifat bersifat revesible, artinya dapat pulih kembali kalau penggunaan  obat diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya.
            Resistensinya sangat cepat sehingga dalam penggunaan harus dikombinasi dengan INH dan PAS Na atau rifampisin. Pemberian melalui parenteral karena tidak diserap oleh saluran cerna. Derivat streptomisin, dehidrostreptomisin, menyebabkan kerusakan organ pendengaran lebih cepat dari streptomisin sehingga obat ini tidak digunakan lagi sekarang.
b) Neomicin
            Diperoleh dari Streptomyces fradiae oleh Waksman. Tersedia untuk penggunaan topikal dan oral, penggunaan secara parenteral  tidak dibenarkan karena toxis. Karena baik sebagai antibiotik usus (aktif terhadap bacteri usus) maka digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi. Penggunaan lokal banyak dikombinasikan dengan antibiotik lain (polimiksin B, basitrasin) untuk menghindari terjadinya resistensi.
c) Kanamisin
            Diperoleh dari Streptomyces Kanamyceticus oleh Umezawa pada tahun 1955. Persediaan dalam bentuk larutan atau bubuk kering untuk injeksi. Pemakaian oral hanya kadang-kadang diberikan untuk infeksi usus, atau membersihkan usus untuk persiapan pembedahan.
            Berkhasiat bakteriostatik pada basil TBC, bahkan yang resisten terhadap streptomisin sehingga menjadi obat pilihan kedua bagi penderita TBC. Juga digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih oleh pseudomonas (suntikan) Efek sampingnya gangguan kesimbangan dan pendengaran, toksis terhadap ginjal.
d) Gentamisin
            Diperoleh dari Mycromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap infeksi oleh kuman garam negatif seperti Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter yang dapat menyebabkan penyakit antara lain meningitis, osteomielitis pneumonia, infeksi luka bakar, infeksi saluran kencing, telinga, hidung dan tenggorokan.
            Sebaiknya penggunaan gentamisin secara sistemis hanya diterapkan pada infeksi-infeksi yang berat saja, dan penggunaan gentamisin secara topikal khususnya di lingkungan rumah sakit dibatasi agar tidak terjadi resistensi pada kuman-kuman yang sensitif.
            Efek sampingnya gangguan keseimbangan dan pendengaran toksis terhadap ginjal
Sediaan           : dalam bentuk injeksi dan salap (topikal)
Obat generik   :  Gentamisin (generik) Cairan inj. 10 mg/ml, dan 40 mg/ml.
e) Framisetin
            Diperoleh dari Streptomyces decaris. Rumus kimia dan khasiatnya mirip Neomisin. Hanya di gunakan secara lokal saja, misalnya salap atau kasa yang diimpragnasi.
.NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1. 1
Kanamisina Sulfat
Kanabiotic
Kanarco
Kanoxin
Berno Farma
Ponco
Dumex Alpharma
2. 2
Gentamisina
Ottogenta
Pyogenta
Sagestam
Garamycin
Otto
Kalbe Farma
Sanbe Farma
Schering
3. 3
Tobramisina Sulfat
Tobryne
Nebcin
Fahrenheit
Tempo Scan Pasific
4. 4
Neomisin Sulfat
Neobiotic
Bernofarm
(Neomycini Sulfat)
5. 5
Framisetin
Sofra Tulle
Darya Varia
(Framycetin)
Daryant-Tulle
Darya Varia
6. 6
Streptomisin (Streptomycini)
Sterptomycin Meiji
Meiji
7. 7
Amikasin (Amikacini)
Amikin
BMS

4. Golongan Kloramfenikol
       Kloramfenikol diisolasi pertama kali  pada tahun 1974 dari Streptomyces venezuelae. Merupakan antibiotik dengan spektrum luas dan memiliki daya antimikroba yang kuat maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun 1950 ketika diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal.
       Karena toksisitasnya, penggunaan sistemik sebaiknya dicadangkan untuk infeksi berat akibat Haemophilus influenzae, demam tifoid, meningitis, abses otak dan infeksi berat lainnya. Bentuk tetes mata sangat bermanfaat untuk konjungtivitis bakterial.
       Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sangat sulit larut dalam air (1 : 400) dan rasanya sangat pahit, maka untuk anak-anak digunakan bentuk esternya yaitu K-Palmitat dan K -Stearat/ Suksinat yang tidak pahit rasanya dan dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam tubuh bentuk ester akan diubah menjadi kloramfenikol aktif.
Mekanisme kerja
       Menghambat sintesis protein bakteri. Polimerisasi asam amino menjadi polipeptida dihambat.
Efek samping
* Kerusakan sumsum tulang belakang yang mengakibatkan pembuatan eritrosit terganggu sehingga timbul anemia aplastis.
* Gangguan gastrointestinal: mual, muntah, diare,
* Gangguan neuron: sakit kepala, neuritis optik, neuritis perifer
* Pada bayi atau bayi prematur dapat menyebabkan gray sindrome.
Penggunaan
            Kloramfenikol merupakan drug of choice = obat pilihan untuk thypus-abdominalis dan infeksi parah meningitis, pneumonia (disebabkan Haemophilus influenzae). Sebaiknya tidak diberikan pada bayi prematur untuk menghindari gray sindrom karena enzim perombakan di hati bayi belum aktif, ibu hamil dan menyusui.
            Derivat kloramfenikol ialah tiamfenikol, dipakai sebagai pengganti kloramfenikol karena dianggap lebih aman (namun belum terdapat cukup bukti untuk itu)
Obat Generik
* Kloramfenicol (generik) Kapsul 250 mg, suspensi 125 mg/5 ml
* Tiamfenicol (generik) kapsul 250 mg,  500 mg.
NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1
Kloramfenicol
Chloramex
Dumex Alpharma ind
Colme
Interbat
Colsancetine
Sanbe
Kalmicetin
Kalbefarma
Kemicetine
Carloerba / Dankos
2
Tiamfenikol
Biothicol
Sanbe
Urfamycin
Zambon
Thiamycin
Interbat
Thiambiotic
Prafa

5. Golongan Tetrasiklin
       Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semi sintetis dari klortetrasiklin.
            Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, bersifat bakteriostatik dan mekanisme kerjanya dengan jalan menghambat sintesa protein bakteri. Penggunaan saat ini semakin berkurang karena masalah resistensi.
Sifat kimia
            Berwarna kuning, bersifat amfoter dan mudah terurai oleh cahaya menjadi anhidro dan epi tetrasiklin yang toksis untuk ginjal. Tetrasiklin yang  telah mengalami penguraian mudah dilihat dari sediannya yang berwarna kuning tua sampai coklat tua. Tetrasiklin harus disimpan.di tempat yang kering, terlindung dari cahaya.
            Dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) membentuk kompleks yang inaktif, maka tetrasiklin tidak boleh diminum  bersama dengan susu dan obat yaitu obat antasida.
Penggunaan 
            Tetrasiklin banyak digunakan untuk mengobati bronchitis akut dan kronis, disentri amoeba, pneumonia, kolera, infeksi saluran empedu. Penggunaan lokal sering dipakai karena jarang menimbulkan sensitasi.
Efek samping
* Mual, muntah-muntah, diare karena adanya perubahan pada flora usus.
* Mengendap pada jaringan tulang dan gigi yang sedang  tumbuh (terikat pada kalsium) menyebabkan gigi menjadi bercak-bercak coklat dan mudah berlubang serta pertumbuhan tulang terganggu.
* Foto sensitasi
* Sakit kepala, vertigo
Peringatan/larangan
* Tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah 8 tahun, ibu hamil dan menyusui
* Tidak boleh diberikan pada  pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati.
Kontra indikasi
            Penderita yang hipersensitif terhadap tetrasiklin
Anggota golongan tetrasiklin yang lain
* Klortetrasiklin, diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu
* Oksitetrasiklkin (generik), cairan injeksi 50 mg/ vial : diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu
* Doksisiklin, bersifat long akting, absorbsi tidak dihambat baik oleh makanan maupun susu
* Minosiklin, dianjurkan untuk meningitis, bronchitis dan jerawat. Pemberian secara oral.
.NO
GENERIK
NAMA DAGANG
PABRIK
1
Tetrasiklin
Dumocycline
Dumex Alphara ind
Super Tetra
Darya Varia
Tetra Sanbe
Sanbe
2
Doxycycline
Dotur
Novartis Indonesia
Interdoxin
Interbat
3
Oxytetracycline
Teramycin
Pfizer Indonesia.
4
Minosiklin
Minocin
Phaphros.

6. Golongan Makrolida
       Kelompok ini memiliki rumus bangun berupa cincin lakton besar (makro) yang terikat pada turunan gula (1,2). Kelompok antibiotik ini terdiri dari eritromisin dan spiramisin
a) Eritromisin
       Dihasilkan oleh Streptomyces erythreus. Berkhasiat sebagai bakteriostatik, dengan mekanisme kerja merintangi sintesis protein bakteri. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam (mudah terurai oleh asam lambung) dan kurang stabil pada suhu kamar. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung maka dibuat tablet salut selaput atau yang digunakan jenis esternya (stearat dan estolat) .
       Karena memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin, maka obat ini digunakan sebagai alternatif pengobatan pengganti penisilin, bagi yang sensitif terhadap penisilin.
Sediaan: Erytromisin (generik) kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering 200 mg/5 ml
b) Spiramisin
       Spektrum kegiatannya sama dengan eritromisin, hanya lebih lemah. Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan mulut, tenggorokan dan saluran pernafasan lebih baik dari Eritromisin.
Sediaan :  Spiramisin (generik) tabl. 250 mg, 500 mg.

NO
GENERIK
NAMA DAGANG
PABRIK
1
Erytromisin
Erysanbe
Sanbe
Erythrocyn
Abbot Indonesia
2
Spiramisin
Rovamycine
Rhone Poulenc Ind
Spiradan
Dankos
3.
Roxythromycin
Rulid
Hoechst
4
Azithromycin
Zithromax
Pfizer
Zycin
Interbat

7. Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
- Rifampisin
     Antibiotik yang dihasilkan dari Streptomyces mediterranei. Berkhasiat bakteriostatik terhadap mikobakterium tuberculosa dan lepra. Penderita dengan pengobatan rifampisin perlu diberitahu bahwa obat ini dapat menyebabkan warna merah pada urin, dahak, keringat dan air mata, juga pemakai lensa kontak dapat menjadi merah permanen.
- Asam fusidat
    Dihasilkan oleh jamur antara lain Fusidum coccineum. Merupakan satu-satunya antibiotik dengan rumus steroid Aktifitasnya mirip penisilin tetapi lebih sempit. Berkhasiat bakteriostatik berdasarkan penghambatan sintesis protein bakteri. Khususnya dianjurkan pada radang sumsum tulang, biasanya obat ini dikombinasikan dengan eritromysin atau penisilin

NO
GENERIK
NAMA DAGANG
PABRIK
1
Rifampicin
Kalrifam
Kalbe Farma
Rifam
Dexamedica
Rifamtibi
Sanbe Farma
2
Asam fusidat
Rucidin
Leo Pharmaceutical

8. Golongan lain-lain
Kelompok ini terdiri dari :
* Linkomisin
* Klindamisin
* Golongan Kuinolon
a) Linkomisin
       Berasal dari Streptomyces lincolnensis,  memiliki khasiat bakteriostatik terhadap gram positif dengan spektrum lebih sempit dari eritromisin. Merupakan obat pilihan ke kedua bagi kuman yang resisten terhadap penisilin khususnya pada radang tulang (osteomielitis)
b) Klindamisin
       Merupakan derivat linkomisin. Sejak tahun 1981 digunakan sebagai lotion untuk pengobatan jerawat.
 c) Golongan Kuinolon :
       Obat golongan ini bekerja dengan jalan menghambat pembentukan DNA kuman. Interaksi golongan kuinolon, bila muncul tanda inflamasi atau nyeri pada tendon, maka pemakaian obat harus dihentikan dan tendon yang sakit harus diistirahatkan sampai gejala hilang. Golongan ini terdiri dari :
1) Asam Nalidiksat
    Efektif untuk infeksi saluran kemih. Preparat : Asam nalidiksat (generik ) tablet 500 mg. Di Indonesia saat ini,  juga beredar asam pipemidat
2) Ofloksasin.
    Digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran nafas bawah, gonorrhoe. Kontra indikasi : untuk pasien epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal, wanita  hamil/ menyusui. Sediaan: Ofloksasin (generik) tabl 200 mg, 400 mg
3) Siprofloksasin
    Terutama aktif terhadap kuman gram negatif termasuk salmonella dan shygella. Meskipun aktif terhadap kuman gram positif seperti Str. pneumonia tapi  bukan merupakan obat pilihan utama untuk  Streptococcus pneumonia. Siprofloksasin terutama digunakan untuk infeksi saluran  kemih, saluran cerna (termasuk Thypus abdominalis) dan gonorrhoe. Tidak dianjurkan untuk anak remaja yang sedang dalam pertumbuhan. Dapat menimbulkan tremor, gagal ginjal, sindrom Steven Johnson dan lain-lain. Hati-hati untuk pengendara karena dapat menurunkan kewaspadaan. Sediaan: Ciprofloksasin (generik ) tablet 200 mg, kaptab 500 mg
4) Norfloksasin
Indikasi: efektif untuk infeksi saluran kemih
Kontra Indikasi: dapat menimbulkan anoreksia, depresi, ansietas dan lain– lain.
Perhatian: hati-hati pada pengendara karena dapat mengurangi kewaspadaan.
Spesialite obat-obat golongan Kuinolon.
NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1
Ciproflokxacin
Ciproxin
Bayer
Baquinor
Sanbe Farma
2
Ofloxacin
Tarivid
Kalbe/Daichi
3
Lincomycin
Lincocin
Up John
4
Nalidixic Acid
Negram
Sanofi

2.2.2 Anti Tuberkulosis (Tuberkulostatistika)
        Anti tuberculosis adalah obat-obat atau kombinasi obat yang diberikan dalam jangka waktu tertentu untuk mengobati penderita tuberkulosis.
        Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, yang pada umumnya dimulai dengan membentuk benjolan-benjolan kecil di paru-paru dan ditularkan lewat organ pernafasan. Kuman TBC pertama kali ditemukan oleh dr Roberet Koch (1882).
        Selain paru-paru, organ tubuh lain yang dapat dijangkiti kuman TBC adalah tulang, ginjal, kulit dan otak. Sampai saat ini di Indonesia penyakit TBC masih merupakan penyakit rakyat yang banyak mengambil korban, hal ini disebabkan:
* Masih kurangnya kesadaran untuk hidup sehat.
* Perumahan yang tidak memenuhi syarat.(ventilasi dan masuknya cahaya matahari)
* Kebersihan/hygiene
* Kurang gizi/gizi tidak baik.
Penularan kuman TBC dapat melalui:
* Saluran pernafasan (sebaiknya penderita menutup mulut dengan sapu tangan ketika batuk atau bersin.
* Lewat makanan dan minuman
        Penularan TBC dapat dihindari dengan cara menggunakan desinfektan pada sapu tangan atau barang-barang yang digunakan, dan mengusahakan agar ruangan tempat penderita mempunyai ventilasi yang baik.
        Cara pencegahan TBC adalah dengan memberikan vaksinasi sedini mungkin pada bayi-bayi yang baru lahir. Vaksin yang digunakan adalah vaksin BCG (Basil Calmette Guerin). Untuk menentukan seseorang terinfeksi oleh basil TBC atau tidak biasanya dilakukan dengan reaksi Mantoux , yaitu penyuntikan yang dilakukan dilengan atas dengan tuberkulin (filtrat dari pembiakan basil TBC). Bila ditempat penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang tersebut tidak terinfeksi TBC.
Pengobatan
        Sebelum ditemukan obat-obat yang dapat memusnahkan penyebab penyakit, bentuk pengobatan terbatas pada terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan menghilangkan demam, istirahat total di sanatorium dan diet makanan bergizi yang kaya lemak dan vitamin A.
        Obat TBC yang pertama kali ditemukan adalah streptomisin, disusul kemudian dengan PAS dan INH. Sampai tahun 1970-an kombinasi standar untuk pengobatan TBC menggunakan ketiga obat di atas. Sesudah tahun 1970 kombinasi standar untuk TBC menjadi  INH, ethambutol dan rifampisin.
        Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas bermasyarakat seperti biasa karena tidak lagi menularkan kuman TBC. Basil TBC terkenal sangat ulet dan sulit ditembus zat kimia (obat) karena dinding sel bakteri mengandung banyak lemak dan lilin (wax), sehingga pengobatan TBC memerlukan periode waktu yang cukup lama .
        Tujuan pengobatan kombinasi :
* Mencegah resistensi
* Praktis karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal.
* Mengurangi efek samping.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan Efek samping
1. Rifampisin
Indikasi
Pengobatan,tuberkulosis, lepra,meningitis
Kontra indikasi
Pasien kelainan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping
Mual,muntah, diare, pusing, ganguan penglihatan
Peringatan
Perlu penerangan rifampisin menyebab-kan warna merah pada urin, tinja, liur, dahak keringat,dan air mata.
Sediaan
Rifampisin (generik), kapsul 300mg, 450mg, kaptab 600mg
2. Ethambutol
Indikasi
Tuberkulosis dengan kombinasi bersama obat lain
Kontra indikasi
anak dibawah 6 thn, neuritis optik, gangguan visual.
Efek samping
Neuritis optik, buta warna merah/hijau, neuritis perifer
Sediaan
Etambutol (generik), tabl 250mg, 500mg
Cara penyimpanan
Wadah kedap udara
3. Isoniazid
Indikasi
Tuberkulosis, kombinasi dengan obat lain. Khasiat tuberkulostatik paling kuat dibanding obat lain.
Kontra indikasi
Penyakit hati, gangguan fungsi ginjal
Efek samping
Neuropati perifer (ganguan saraf dengan gejala kejang-kejang) yang dapat dicegah dengan pemberian pyridoxin (vitamin B6). INH kalau digunakan sebagai obat tunggal,  resistensinya sangat cepat.
Sediaan
INH (generik) , tabl 100mg,300mg
4. Pyrazinamid
Indikasi
Tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain, khasiatnya diperkuat oleh isoniazida
Kontra indikasi
Penderita ganguan hati
Efek samping
Hepatotoksik (menimbulkan kerusakan hati) terutama pada dosis lebih dari         2 g/hari
Sediaan
Pyrazinamide (generik), tbl 500mg)
Cara penyimpanan
Wadah kedap udara terlindung dari sinar
Spesialite obat-obat TBC.
       
GENERIK dan LATIN
DAGANG
PABRIK
        1
Isoniazid (Isoniazidum)
INH Ciba
Novartis Indonesia
       
Isonex
Dumex
        2
Rifampisin (Rifampicinum)
Rifabiotic
Bernofarm
       
Rifamtibi
Sanbe
        3
Pyrazinamid (Pyrazinamidum)
Pezeta
Novartis Indonesia
        4
Ethambutol
Cetabutol
Soho
       
Kalbutol
Kalbe farma
       
Etibi
Rocella
        5
Isoniazida+Vit B6
Pehadoxin
Phapros
       
Inoxin
Dexa Medica
        6
INH+Vit B6+Ethambutol
Intam 6
Rhone P
       
Meditam
Medikon
       
Mycotambin-INH Forte
UAP
        7
Rifampicin+INH
Rimetazid
Biochemie
       
Ramicin-Iso
Westmont
       
       
2.2.3 Anti Lepra (Leprostatika)
        Lepra atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang terutama merusak jaringan-jaringan saraf. Pembangkitnya Mycobacterium leprae ditemukan oleh dokter Norwegia Hansen (1873), memiliki sifat-sifat yang mirip dengan basil TBC, yaitu sangat ulet karena mengandung banyak lemak dan lilin yang sukar ditembusi obat, juga pertumbuhannya lambat sekali setelah waktu inkubasi yang lama, lebih kurang satu tahun.
        Di Indonesia terdapat kurang lebih 100.000 pasien lepra yang diobati di sejumlah rumah sakit khusus (Leproseri) yang diawasi oleh Lembaga Kusta Departemen Kesehatan.
Pencegahan
        Tes Lepromin adalah suatu injeksi intrakutan dari suspensi jaringan lepra dan digunakan untuk menetapkan apakah  seseorang memiliki daya tangkis cukup terhadap lepra bentuk – L. Hasil tes negatif berarti orang tersebut sangat peka untuk infeksi dengan bentuk tersebut.
        Pada tahun 1965 telah dibuktikan di Uganda, bahwa vaksinasi BCG memberikan perlindungan  yang lumayan terhadap infeksi dengan bentuk – L.
Pengobatan
        Sejak dahulu kala obat satu-satunya terhadap lepra adalah minyak kaulmogra, yang efektif untuk meredakan gejala-gejalanya tanpa menyembuhkan penyakit.
        Pada tahun 1950 ditemukan dapson yang mampu menghentikan pertumbuhan basil lepra, yang kemudian lama-kelamaan akan dimusnahkan oleh sistem tangkis tubuh sendiri. Kemudian ditemukan leprostatika lain antara lain thiambutosin, klofazimin dan rifampisin.
        WHO menganjurkan sebagai terapi pilihan pertama suatu kombinasi dari dapson dengan rifampisin atau klofazimin selama sekurang-kurangnya 6 bulan. Kemudian disusul dengan monoterapi dapson selama 5 – 7 tahun pada bentuk tuberkuloid, dan seumur hidup pada bentuk – L dan borderline.
Efek samping
        Yang terpenting adalah reaksi lepra yaitu suatu reaksi alergi yang diakibatkan oleh basil mati yang berjumlah besar di dalam jaringan-jaringan. Gejala-gejala berupa demam tinggi, radang dan nyeri sendi, rasa lelah dan habis tenaga, khusus pada bentuk – L terjadi benjol-benjol merah kebiruan. Semula diduga bahwa reaksi-reaksi ini merupakan efek samping khusus dari dapson, tetapi kemudian ternyata dapat juga ditimbulkan oleh leprostatika lainnya kecuali klofazimin.
        Untuk mengatasi gejala-gejala ini, obat lepra sering dikombinasi dengan asetosal atau sedativa, atau jika lebih hebat bisa diberikan zat supresif (penekan) seperti kortikosteroid. Obat lepra tidak boleh dihentikan atau dikurangi dosisnya berhubungan meningkatnya bahaya resistensi.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Dapson : diaminodifenilsulfon (DDS) )
Rumus bangun obat ini mirip sulfonamida :
R-NH-C6H4-SO2-R. 
Spektrum  kerja kurang lebih sama, namun kegiatannya lebih kurang 10 kali lebih kuat, sekaligus lebih toksis.
Indikasi
Leprostatik kuat berdasarkan persaingan terhadap PABA
Kontra indikasi
-
Efek samping
Sukar tidur dan anemia ringa, demikian pula agranulositosis.
Sediaan
Dapson (generik) tablet 50mg,100mg.
Cara penyimpanan
Terlindung dari sinar
Lama pengobatan
Dapson tidak mematikan baksil lepra, maka meskipun gejala-gejala klulit dan luka-luka dalam beberapa bulan lenyap, kuman masih tetap berada dalam selaput lendir, kulit dan saraf. Karena itu terapi harus diteruskan hingga kuman lenyap sama sekali dari jaringan-jaringan tersebut untuk bentuk-T kurang lebih 3 tahun, dan untuk bentuk – L setelah kurang  lebih 5 tahun
2. Rifampisin
        Antibiotik ini merupakan obat satu-satunya yang bekerja leprosid terhadap basil lepra. Kerjanya lebih cepat dan efektif dari pada dapson. Dalam waktu 3-4 minggu bentuk – L yang ganas sudah menjadi tidak bersifat menular lagi. Resistensi dapat timbul dalam waktu singkat.
        Indikasi, kontra indikasi dan efek samping sama seperti obat anti TBC.
3. Klofazimin
        Obat ini memiliki khasiat leprostatik yang sama kuatnya dengan dapson. Setelah pengobatan beberapa bulan sebagian besar basil di dalam mukosa dan kulit dimusnahkan, kecuali di tempat-tempat yang sulit, misalnya saraf dan otot-otot polos yang memerlukan waktu lebih lama. Sama dengan waktu yang diperlukan dapson untuk mengeluarkan seluruh kuman mati dari jaringan.
        Klofazimin juga berkhasiat anti radang dan mencegah terjadinya benjol-benjol pada bentuk -L.
        E.Samping  : gatal-gatal dan kulit kering, juga gangguan lambung-usus, terjadi ,warna coklat kehitaman pada lesidan kulit yang terkena sinar mata hari, perubahan warna rambut dll
        Sediaan Generik: -
Spesialite obat-obat anti lepra.
GENERIK dan LATIN
DAGANG
PABRIK
        1
Diamino Difenil Sulfon (DDS)
Dapson
Indofarma
        2
Clofazimine
Lamprene
Novartis
       
       
2.2.3 Anti Jamur (Antimikotika)
      Antimikotika yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Antibiotika : griseofulvin dan antibiotika-polyen (amfoterisin B, nistatin, dan natamisin), yang pada umumnya bekerja fungistatis. Mekanisme kerjanya adalah melalui pengikatan diri pada ergosterol yang mutlak dibutuhkan jamur untuk pembentukan dinding selnya. Akibatnya adalah kerusakan membran sel dan peningkatan permeabelitasnya, sehingga komponen intraseluler yang penting untuk kehidupan sel merembes keluar. Akhirnya sel-sel tersebut mati.
1. Griseofulvin
Griseofulvin dihasilkan oleh Penicillium Griseofulvum dan pada gangguan oral berkasiat fungistatis terhadap banyak dermatosit. Mekanisme kerjanya melalui penghambatan sintesa RNA. Resorpsinya di usus kurang baik, karena sukar sekali melarut, tetapi dapat diperbaiki dengan menggunakan serbuk yang sangat halus (microfine) atau diminum dengan makanan berlemak. Sebagian besar zat dikeluarkan lewat tinja dalam keadaan utuh. Bagian yang terserap akan mendifusi ke dalam lapisan tanduk (keratin) dari kulit (stratum corneum), kuku, dan akar rambut. Maka, griseofulvin efektif untuk mengobati infeksi kulit dan kuku yang menahun, meskipun penyembuhannya belangsung sangat lambat, yakni lebih kurang 2-3 bulan, bahkan membutuhkan satu tahun untuk menyembuhkan infeksi  kuku. Hal ini disebabkan waktu penyembuhan tergantung pada jangka waktu penggantian jaringan yang terinfeksi oleh jaringan baru.
Efek sampingnya berupa sakit kepala, gatal-gatal, (urtikania), dan kepekaan terhadap cahaya (fotosensitasi), juga gangguan hati. Griseofulvin mengurangi aktivitas antikoagulansia dan memperkuat kerja alcohol. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena resiko efek teratogen dan keguguran. Zat ini dapat mengganggu pembentukan kromosom pada waktu pembelahan sel.
2. Amfoteresin B
Amfoteresin B dihasilkan oleh Streptomycetes nodosus bersama dengan derivatnya, yaitu Amfoteresin A yang kurang aktif. Spectrum kerja dan penggunaannya mirip dengan nistatin. Amfoterisin B dapat digunakan sebagai obat sintemis (oral dan i.v. sebagai infuse) maupun local terhadap infeksi oleh Candida.
Efek sampingnya yang terpenting adalah gangguan fungsi ginjal (nefrotoksis). Data pengguanaannya pada waktu hamil masih kurang cukup.
3. Nistatin: Mycostatin
Nistatin berasal dari Streptomyces noursei. Resorpsinya di usus praktis tidak ada, begitu pula tidak diserap oleh kulit atau mukosa. Sering kali digunakan pada candidiasis usus atau guna mencegahnya pada terapi dengan antibiotika berspektrum luas yang buruk resorpsinya (tetrasiklin). Juga sewaktu terapi dengan kortikosteroida, dan pada candidiasis mulut (stomatitis, sariawan) atau vagina (vaginitis), secara local digunakan sebagai salep atau krem.
Efak sampingnya pada dosis oral tinggi biasanya berupa mual atau muntah. Zat ini dapat digunakan pada waktu hamil.
4. Natamisin: pimarisin
Natamisin dihasilkan oleh Streptomyces nataliensis. Resorpsinya dari usus tidak baik, maka penggunaannya secara oral untuk membentuk efek tablet vaginal pada candidiasis sudah dihentikan. Kasiatnya terhadap parasit Trichmonas, yang juga sering mengakibatkan vaginitis. Zat ini terutama digunakan sebagai tablet vaginal dan salep.
Efek sampingnya pada penggunaan local berupa iritasi kulit dan mukosa. Natamisin dapat digunakan pada waktu hamil.
b. Derivate imidazol : mikonzol, ketokonazol, klotrimazol bifonazol, ekonazol, isokonazol dan tiokonazol (Trosyd). Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan pada enzim sitokrom P450, sehingga sintesa ergosterol dirintangi dan terjadinya kerusakan membrane sel. Pada penggunaan sistemis, sisem ensim manusia juga dapat dirintangi yang bertanggung jawab atas efek samping tertentu. Bekerja fungistatis dan bakteriostatis lemah terhadap kuamn Gram-positif. Obat ini terutama digunakan sebagai obat local kecuali ketokonazol yang juga dapat diguanakan secara sistemis.
1. Mikonazol: Daktarin,
Derivat imidazol ini berkasiat fungisid kuat dengan spectrum kerja lebar sekali, lebih aktif dan efektif terhadap dermatofit biasa dan Candida daripada fungistatiska lainnya. Kurang berkasiat terhadap Aspergillus. Zat ini juga bekerja bakterisid pada dosis terapi terhadap sejumlah kuman gram-positif, kecuali basil-basil Doderlrin yang terdapat dalam vagina. Resorpsinya dari usus hanya ringan dengan BA ca 25 %, maka mikonazol terutama digunakan untuk mengobati infeksi kulit dan kuku. Penggunaannya juga sebagai krem/tablet vagina, yang dapat digunakan oleh wanita hamil.
Efek sampingnya dapat berupa iritasi, reaksi alergi, dan rasa terbakar di kulit.
* Isokonazol (Gyno/Travogen) adalah isomer dari mikonazol dengan kasiat dan penggunaan yang sama. Zat ini terutama digunakan untuk candidiasis vagina (keputihan) dalam bentuk krem 1% dan dosis tunggal tablet vagina dari 600mg malam hari.
* Ekonazol (Gyno/Pevayl) adalah derivate mikonazol, spectrum kerjanya lebih kurang sama, hanya lebih aktif terhadap Aspergillus. Zat ini terutama digunakan pada candidiasis; pada infeksi kulit, salep atau serbuk 1%. Ekonazol dapat digunakan pada waktu hamil.
2. Ketokonazol: nizoral,
Spectrum kerjanya mirip dengan mikonaznol dan meliputi banyak fungi pathogen (ragi, dermatofit, termasuk Pityrosporon ovale). Zat ini digunakan pada infeksi jamur sistemis yang parah dan kronis, secara local pada ketombe hebat. Namun, tidak efektif terhadap infeksi oleh Aspergillus. Resorpsinya dari lambung-usus praktis lengkap pada pH di bawah 3. Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit tak aktif; eksresinya terutama melalui empedu dan tinja.
Efek sampingnya adalah gangguan alat cerna (mual, muntah, diare), nyeri kepala, pusing-pusing, dan gatal-gatal. Yang lebih serius adalah sifat hepatotoksisitasnya, karena mengakibatkan hepatitis pada 1 per 2.000-10.000 pasien, terutama bila digunakan lebih dari 14 hari. Pada dosis tinggi (lebih dari 600 mg seharinya), dapat menghambat sintesa hormone testosterone, yang mengakibatkan terganggunya produksi sperma dan impotensi. Wanita hamil dan yang menyusui tidak dianjurkan menggunakan obat ini, karena, data mengenai efek teratogennya masih memuaskan.
3. Klotrimazol:
Derivat imidazol ini memiliki spectrum fungistatis yang relative lebih sempit daripada mikonazol. Pada vaginitis Candida dianjurkan malam hari tablet vaginal 200mg selama 3 hari atau single dose 1 tablet vaginal dari 500mg. pada infeksi kulit (panu), krem atau losion 1% dengan cacatan jangan dikenakan pada selaput lender atau mata. Dapat digunakan pada waktu hamil.
* Bifonazol (Mycospor) adalah derivate imidazol yang berkasiat terhadap beberapa jenis jamur (antara lain Malassesia furfur, penyebab panu) dan ragi (Candida) yang pathogen bagi manusia, serta terhadap beberapa kuman gram positif. Sedikit zat diresorpsi tubuh,sedangkan daya kerjanya berlangsung lebih kurang 48 jam. Dapat digunakan sebagai obat luar pada waktu hamil.
c. Derivate triazol: flukonazol, itrakonazol, dan terkonazol (Gyno-Terazol).
Pada umumnya juga bekerja fungistatis dengan mekanisme kerja seperti imidazol, tetapi bersifat lebih selektif bagi system enzim jamur manusia. Bekerja terhadap dermatofit dan Candida itrakonazol juga terhadap aspergillus. Flukonazol dan itrakonazol khusus digunakan secara sistemis, terkonazol khusus secara vaginal. Wanita hamil tidak dianjurka minum obat-obat ini, karena pada hewan ternyata merugikan janin. Efek sampingnya yang utama berupa gangguan lambung-usus, sakit kepala dan pusing-pusing, gangguan haid, dan reaksi alergi kulit. Pada penggunaan lebih lama dari 1 bulan dilaporkan rontok rambut dan kerusakan hati.
1. Itrakonazol: Sporanox, Trisporal.
Zat ini berkasiat fungisid luas terhadap dermatofit dan ragi pathogen, juga terhadap Aspergillus. Itrakonazol menghambat metabolism dari antihistaminika long acting terfenadin dan astemizol, maka jangan digunakan bersamaan untuk menghindari gangguan ritme jantung.
Efek sampingnya sedikit seperti gangguan fungsi hati dan ginjal.
Pada vaginitis candida 1dd 200 mg selama 3 hari.
2. Flukonazol: Diflucan.
Efektif terhadap candidiasis mulut, kerongkongan, dan vagina. Resorpsinya dari saluran pencernaan baik dan cepat. Zat ini hanya sedikit dimetabolisasi; ekskresinya lewat urin dan 80% dalam bentuk utuh.
Efek sampingnya berupa umum. Harus waspada bila ada gangguan fungsi ginjal.
d. Asam-asam organis : asam benzoate, salisilat, propionate, kaprilat, dan undesilinat
1. Asam salisilat:
Asam organis ini berkasiat fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Zat ini juga bekerja keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-10%. Bila dikombinasikan dengan obat lain, misalnya kortikosteroida, asam salisilat meningkatkan penetrasinya ke dalam kulit.
2. Asam benzoate
Asam ini dan ester hidroksinya dalam konsentrasi 0,1% berkasiat fungistatis dan bakteriostatis lemah. Biasanya zat ini digunakan bersamaan dengan asam salisilat yang bekerja keratolytis, juga sebagai zat pengawet untuk bahan makanan dan minuman (0,5-1 mg/ml), dan krem (1-5 mg/ml), serta sebagai asam maupun ester-ester Nipagin dan Nipasol. Daya pengawetnya hanya efektif pada pH di bawah 5. Nipagin = metiloksibenzoat; Nipasol = propiloksibenzoat.
3. Asam undesilenat
Zat ini bersifat fungistatis terhadap banyak dermatofit dan terutama digunakan terhadap kutu air (tinea pedis) dalam kosentrasi 5-10%. Kegiatannya paling kuat pada lingkungan asam.
Asam salisilat lainnya adalah Asam propionate dan asam kaprilat (caprylic acid), juga bersifat bakteriostastis. Asam kaprilat digunakan oral pada candidiasis sistemis. Sediaan: tingtur 5%, salep dan serbuk.
4. Tolnaftat
Tolfanat berkasiat fungistatis terhadap banyak dermatofit, antara lain panu,tetapi tidak efektis candida,
5. Haloprogin.
Haloprogin berkasiat fungisid terhadap epidermofiton, Pitirosporum, Trichophyton dan Candida. Kadang-kadang terjadi sintesis dengan timbulnya gatal-gatal, perasaan terbakar, dan iritasi kulit. Zat ini digunakan sebagai krem atau larutan 1% terhadap panu dan terutama kutu air (Tinea pedis) dengan persentase penyembuhan lebih kurang 80%, sama dengan tolnaftat.
6. Naftifin: Exoderil
Senyawa alilamin ini digunakan sebagai krem 1% untuk mrngobati, antara lain panu dan infeksi kuku.
7. Siklopirok: Batrafen.
Senyawa hidroksipiridon ini berspektrum luas. Senyawa ini berkasiat fungisid terhadap Candida albicans dan Trichophyton rubrun, fungistatis terhadap Malassezia furfur (panu), bekerja bakteriostatis lemah. Mekanisme kerjanya diperkirakan sama dengan zat imidazol, yaitu terhadap membrane plasma dari sel jamur. Mungkin juga mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan transport dari asam-asam amino dan ion-ion melalui membrane sel. Siklopiroks khusus digunakan secara dermal..
8. Terbinafin: Lamisin.
Terbinafin adalah senyawa naftilamin yang bekerja fungisid, anatara lain terhadap Malassezia furfur, penyebab panu, juga bekerja fungiststis terhadap Candida. Zat ini digunakan lenih banyak terhadap kuku kapur daripada griseofulvin, karena efeknya lebih kuat dan waktu pengobatannya lebih singkat. Juga digunakan sebagai obat luar (krem 1%) untuk mengobati panu dan Tinea Capitis pada anak-anak.
Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sintesa ergosterol di membrane sel yang mengakibatkan sel mati.
Efek sampingnya pada penggunaan oral adalah gangguan saluran cerna, (mual dan diare).
2.2.4 Anti Parasit
1. Amubiasis
            Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica, suatu parasit bersel tunggal. Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus hidupnya, yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan yang banyak terjangkit adalah Negara (sub) tropis dengan tingkat sosio-ekonomi yang rendah dan kondisi kebersihan yang belum memadai. penyebarannya melalui makanan yang terinfeksi dan juga dapat berlangsung melalui kontak seksual. Bila tidak diobati (dengan tepat), penyakit dapat menjadi sistemis dan menjalar ke organ – organ lain, khususnya hati.


1) Bentuk - bentuk entamoeba
Entamoeba histolytica mempunyai beberapa bentuk yaitu bentuk-minuta dan bentuk-histolitika
a) Bentuk-minuta
     Amebiasis intestinalis menularkan penyakit langsung dari orang ke orang atau melalui makanan dan air minum yang telah terifeksi kista, yaitu bentuk inaktif amoeba. Kista diliputi oleh suatu membrane pelindung yang ulet, tahan getah lambung, dan dapat hidup di luar tubuh. Di dalam usus halus, kista berkembang menjadi bentuk aktif, yakni trofosit yang terutama hidup dari kuman – kuman usus besar dan memperbanyak diri dengan pembelahan. Trofozoit biasanya hidup di colon sebagai komensal non-patogen, yakni membentuk kista tanpa merugikan tempat hidupnya. Kemudian kista – kista ini meninggalkan tubuh lewat tinja bersama trofozoit yang tak berubah.
    

b) Bentuk-histolitika
Amebiasis hati ini dalam keadaan tertentu, trofozoit dapat memasuki dinding usus dan mengalami perubahan yakni, tumbuh menjadi lebih kurang dua kali lebih besar. trofozoit besar ini menembus dinding usus dan melalui vena porta menjalar ke organ – organ lain, antara lain jantung, paru – paru, dan otak, kususnya hati. di sini, trofozoit hidup dari eritrosit dan sel – sel jaringan yang dilarutkan olehnya melalui fagositosis. Penyakit ini sangat serius dan dapat menjalar ke paru – paru bila tidak segera diobati seringkali berakibat fatal.
2) Pengobatan
Obat amubiasis dapat dibagi berdasarkan efektivitasnya terhadap bentuk Entamoeba dalam dua kelompok besar yaitu zat amebisida-kontak dan zat amebisida-jaringan
a) Obat amebisida-kontak berdaya mematikan dengan jalan kontak langsung bentuk minuta dalam rongga usus, tetapi tidak dalam hati. Obat – obat ini terdiri dari beberapa senyawa kimia, yakni :
* senyawa nitroimidazol : metronidazol, tinidazol, dll. Obat ini aktif terhadap bentuk jaringan dan dapat dianggap obat amubisida umum. Di samping itu, senyawa ini jug berkhasiat terhadap protozoa lain, misalnya Trichomonas vaginalis dan Giardia lamblia.
* diloksanida : khusus digunakan untuk mematikan kista pada pembawa amuba, tidak untuk disentri amuba.
* kliokinol : karena efek sampingnya terhadap mata, maka obat ini tidak dianjurkan lagi oleh WHO.
* antibiotika : tetrasiklin, eritromisin, azitromisin, dan paromomisin. Kerjanya tidak langsung, tetapi melalui pemusnahan bakteri usus sehingga amuba tidak dapat hidup. Paromomisin berkhasiat langsung amebisid.
b) Obat amebisid jaringan berkhasiat terhadap bentuk histolitik di dinding usus dan jaringan lain, yaitu zat nitroimidazol, emetin, dan klorokuin. Macam-macam obat amebisida menurut tempat kerjanya :
1. Amebisida bekerja langsung, terutama di lumen usus.
o derivat kuinolin : diiodohidroksikuin, iodoklorhidrok-sikuin, kiniofon.    
o derivat arsenikal : karbason, asetarsol, glikobiarsol.
o golongan amida : klefamid, diloksanid furoat.
o alkaloid : emetin bismuth-iodid.     
2. Amebisida bekerja tak langsung, di lumen usus dan dinding usus melalui pengaruhnya terhadap bakteri. Contohnya : tetrasiklin, eritromisin dB.
3. Amebisida jaringan.
o bekerja terutama di dinding usus dan hati : emetin, dehidroemetin.
o bekerja terutama di hati : klorokuin.
4. Amebisida bekerja di lumen dan jaringan.
Derivat-derivat nitroimidazol : niridazol, metronodazol, tinidazol, ornidazol dan seknidazol (turunan terbaru).
Berdasarkan manifestasi klinis.
a) Amebiasis asimtomatik (carrier atau cyst passer)
            Penderita amebiasis asimtomatik sebaiknya diobati karena dapat menjadi amebiasis klinis atau invasi ke organ-organ ekstra intestinal lainnya setiap saat.
            Pilihan utama : diloksanid furoat  atau diiodohidroksikuin Alternatif : diloksanid furoat atau diiodohidroksikuin ditambah oksitetrasiklin, ditambah klorokuin.
b) Amebiasis intestinal ringan-sedang
Pada penderita ini ditemukan ulkus mukosa usus besar yang dapat mencapai lapisan submukosa, dapat mengakibatkan gangguan peristaltik usus dengan manifestasi klinis disentri tetapi tidak berat sehingga belum memerlukan cairan dan elektrolit parenteral. Karena ditemukan trofozoid di dalam lumen dan dinding usus besar maka obat amebisid yang rasional adalah amebisid jaringan dan luminal seperti nitroimidazol.
Pilihan utama : diloksanid furoat, ditambah oksitetrasiklin dan klorokuin. Alternatif : metronidazol, diloksanid furoat atau diiodohidroksikuin.
c) Amebiasis intestinal berat.
            Pada stadium ini penderita memerlukan terapi cairan dan  elektrolit parenteral atau bahkan transfusi darah. Selain pengobatan di atas (b) dapat ditambahkan emetin/ dehidroemetin im/sk dalam (tidak intravena) dengan memantau jantung melalui EKG atau kadar enzim jantung (terutama pada pemberian emetin). Pemberian amebisid parenteral juga dianjurkan pada stadium ini mengingat keadaan umum pasien serta gejala klinis berupa mual, muntah bahkan penurunan kesadaran
d) Abses hati amebiasis
            Penderita perlu dirawat inap. Farmakoterapi rasional adalah pemberian golongan nitroimidazol selama 10 hari Sebaliknya, bila dengan metronidazol sudah menunjukkan perbaikan klinis maka dilanjutkan dengan pemberian klorokuin selama 2-3 minggu untuk mencegah kegagalan pengobatan abses hati di kemudian hari. Antibiotika hanya digunakan jika didapatkan infeksi bakterial pada abses hati; hal ini jarang terjadi.
e) Ameboma dan amebiasis ekstra intestinal lainny.
Golongan nitroimidazol merupakan obat pilihan dan dapat ditambah dengan hidroemetin/emetin selama 10 hari. Namun klorokuin tidak dapat dipakai karena konsentrasinya di jaringan selain hati tidak cukup efektif untuk mengeradikasi E. histolytica. Pemberian amebisid luminal dianjurkan bersamaan dengan terapi di atas.
3) Obat lain
a) Emetin/dehidroemetin
Dehidroemetin mempunyai toksisitas lebih rendah dibanding emetin, namun potensi dan half timenya juga lebih rendah, maka diperlukan dosis lebih tinggi untuk mencapai efek terapeutik yang diharapkan. Emetin membunuh E. histolytica secara langsung dan lebih efektif terhadap bentuk trofozoid daripada kista. Kadarnya tertinggi di jaringan hati, hal yang sangat berarti bagi pengobatan amebiasis hati. Pemberian obat ini hanya pada penderita amebiasis ekstraintestinal yang tidak responsif terhadap metronidazol mengingat efek sampingnya yang cukup mengkhawatirkan.
            b) Klorokuin
Absorbsi klorokuin di usus halus sangat baik dan lengkap (kadar di hati 200-700 kali di plasma), sehingga kadar dalam kolon sangat rendah. Oleh karena itu perlu ditambah amebisid luminal untuk menghindari relaps. Pada penelitian ditemukan bahwa kadar klorokuin setelah diabsorbsi tertinggi di dalam jaringan hati; maka sangat baik untuk terapi abses hati amebiasis. Dosis klorokuin untuk dewasa dengan amebiasis ekstra intestinal 4x250 mg (garam klorokuin), atau 150 mg basa klorokuin sehari selama 2 hari pertama kemudian dilanjutkan dengan 2x250 mg/hari selama 2-3 minggu.
            c) Derivat 8-hidroksikuinolin
Beberapa derivat ini yang berperan dalam pengobatan amebiasis adalah diyodohidroksikuin (iodokuinol), yodoklorhidroksikuin (kliokuinol), broksikuinolin, klorkuinadol dan kiniofon. Golongan amebisid ini memperlihatkan efeknya langsung terhadap E.histolytica dalam lumen usus dan tidak efektif untuk amebiasis jaringan. Namun efektif untuk trofozoid maupun kista. Jadi baik sekali untuk pengobatan carrier/cyst passer.
            d) Golongan nitroimidazol
Yang mempunyai efek amebisid adalah metronidazol, tinidazol dan ornidazol. Dua obat terakhir mempunyai efek samping yang lebih ringan dibanding metronidazol selain half timenya yang cukup panjang (14 jam dan 12-13 jam). Golongan ini merupakan obat pilihan untuk amebiasis intra dan ekstra intestinal. Amebisid ini efektif untuk amebiasis hati.
Keuntungan lain, adalah mampu membunuh kuman-kuman anaerob yang sering terdapat pada kasus-kasus abses. Efek samping yang sering dijumpai ialah mual, muntah, nyeri ulu hati, pusing, glositis, stomatitis, penurunan nafsu makan, dan gangguan darah terutama jika diberikan pada orang muda dan penderita yang rendah daya tahannya serta lama pemberian lebih dari 7 hari. Kontraindikasi pada penderita dengan riwayat penyakit darah, ibu hamil trimester pertama.
e) Diklosanit furoat
Saat ini merupakan amebiasid luminal terbaik, karena efektif membunuh trofozoid dan kista di lumen usus (80%- 85%), dengan efek samping yang relatif kecil. Bahkan pada carrier, amebisid ini digunakan secara tunggal untuk kasus-kasus amebiasis ekstra intestinal dikombinasi dengan amebisid jaringan. Dosis pemberian 3x500 mg/hari selama 10 hari atau 20 mg/kgbb./hari dalam dosis terbagi .
f) Tetrasiklin
Tetrasiklin mempunyai efek terapi yang kurang kuat terhadap E. histolytica, namun efeknya terhadap kuman-kuman usus besar cukup berguna untuk mengobati amebiasis intestinal ringan sampai sedang. Dosis yang dianjurkan 4x250mg/hari selama 5 hari, dilanjutkan dengan 4x500 mg selama 5 hari. Sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil serta anak kurang dari 8 tahun.
g) Paromomissin
Merupakan golongan aminoglikosida yang sangat buruk absorbsinya di usus, sehingga konsentrasi di lumen usus cukup tinggi untuk membunuh E.histolytica. Karena merupakan antibiotika, maka memiliki juga efek antibakterial di dalam kolon. Efek sampingnya antara lain: mual, muntah, ototoksik, dan nefrotoksik, sehingga dikontraindikasikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan pendengaran. Dosis pemberian 25-35 mg/kgbb./hari atau 3 x 500 mg/hari selama 5-10 hari.
2. Malaria
        Malaria merupakan penyebab utama kematian pada Negara berkembang. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh empat spesies plasmodium yaitu plasmodium falcifarum, P. vivac, P. malariae, dan P. ovale. Perkembangbiakkan malaria adalah meliputi siklus aseksual dan seksual. Siklus aseksual terjadi dalam tubuh manusia, yang dimulai dengan masuknya sporozoit melalui gigitan nyamuk anofeles betina yang terinfeksi parasit. Selain itu infeksi dapat terjadi melalui transfusi darah yang tercemar parasit. Sporozoit dalam tubuh akan berkembang melalui fase preeritrosit, fase eritrosit, dan fase hepatis. Siklus seksual ini dimulai dengan merozoit yang berdiferensiasi menjadi gamet jantan dan betina bila berpindah ke nyamuk pada saat nyamuk mengigit pasien. Hal ini disebut fase gametosit. Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu yaitu Anopheles. Malaria dapat menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat. Gejala malaria antara lain demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala, mual dan muntah.
1) Jenis-jenis penyakit Malaria
    Malaria dapat dibedakan pada jenis parasit malaria yang menjadi penyebab malaria yaitu protozoa dari jenis Plasmodium. Parasit malaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anophheles yang habitat hidupnya adalah tempat-tempat basah dan lembab.
Jenis-jenis Malaria digolongkan menjadi 4, yaitu:
* Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demam muncul setiap hari ketiga. Merupakan penyebab kira-kira 43% kasus malaria pada manusia
* Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap hari keempat. Menyebabkan kira-kira 7% malaria didunia.
* Malaria tropica, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, merupakan malaria yang paling patogenik dan seringkali berakibat fatal. Jenis penyakit malaria ini adalah yang terberat, karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll. Penderita Malaria jenis ini mengalami demam tidak teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan kematian yang mendadak.
* Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium ovale. Malaria jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.


2) Daur hidup
Manusia merupakan hospes antara tempat plasmodium mengandakan skizogoni (siklus aseksual), sedangkan nyamuk Anopheles merupakan vektor dan hospes definitif.


3) Pengobatan
a) Kloroquin
Kloroquin adalah obat malaria yang mempunyai aktivitas yang besar terhadap semua bentuk aseksual, tetapi tidak berkhasiat sebagai obat pencegah kambuh. Kerja ikutan dari kloroquin antara lain mual-mual dan gatal. Dosis biasa: Sebagai obat penyembuh: oral, permulaan 800 mg sekaligus, kemudian 1 x sehari 400 mg selama 2 hari berikutnya. Sebagai obat pencegah: 1 x seminggu 400 mg. Obat-obat paten yang mengandung kloroquin:
1. Tablet kloroquin, produksi Kimia Farma Tiap tablet mengandung kloroquin bifosfat 100 mg.
2. Mexaquin tablet, produksi Konimex.Tiap tablet mengandung kloroquin difosfat 100 mg & 200 mg
b) Pamaquin
Merupakan satu-satunya obat yang mempunyai khasiat langsung terhadap gametocyt. Di samping itu mereka juga dapat merusakkan bentukbentuk E.E. sekunder, sehingga berguna sebagai obat pencegah kambuh. Keberatan pemakaian obat ini ialah sifat racunnya yang dapat mengakibatkan sianosis (kulit menjadi biru karena pembuluh darah balik tertahan) dan leukopenia (berkurangnya sel-sel darah putih). Dosis biasa: Sebagai pencegah kambuh: oral selama 14 hari 3 x sehari 10 mg Pamaquin basa.
c) Primaquin
Sering digunakan sebagai bentuk garamnya, yaitu garam HCl atau garam difosfatnya.Khasiatnya sama seperti pamaquin, tetapi lebih aktif dan tidak begitu beracun.Obat-obat paten yang mengandung Primaquin:Tablet Primaquin, produksi Kimia Farma. Tiap tablet mengandung Primaquin difosfat yang setara dengan primaquin basa 15 mg.
d) Proguanil
Digunakan sebagai obat pencegah kausal dan obat penyembuh. Kerja ikutannya boleh dikatakan hampir tidak ada atau ringan sekali, sayangnya dapat mengakibatkan resistensi terhadap jenis plasmodium tertentu. Dosis: Sebagai penyembuh: Oral 1 — 3 x sehari 100 mg, selama 10 hari. Sebagai pencegah: Oral 1 x sehari 100 mg dimulai 1 minggu sebelum datang ke daerah malaria sampai 4 minggu setelah meninggalkannya. Obat-obat paten yang mengandung proguanil: Paludrin tablet, produksi ICI. Tiap tablet mengandung 100 mg Proguanil HCI.
e) Pirimethamin
Pirimethamin mempunyai khasiat yang sama dengan proguanil, tetapi jauh lebih besar khasiatnya. Terutama digunakan sebagai obat pencegah. Pirimethamin dalam dosis yang besar dapat mengakibatkan gangguan pem-bentukan sel-sel darah merah. Dosis biasa: sebagai obat pencegah: Oral 1 x seminggu 25 mg. Obat paten yang mengandung pirimethamin: Tablet Daraprim, produksi Welcome. Tiap tablet mengandung pirimethamin 25 mg.
            Obat malaria yang dikenal umum adalah:
1. Obat standar: Klorokuin dan Primakuin. Klorokuin efefktivitasnya sangat tinggi terhadap Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.
2. Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin). Kombinasi SP sangat efektif untuk mengobati penderita malaria oleh Plasmodium falciparum yang sudah resisten kloroluin.
3. Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus).
4. Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc).
5. Obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif.
3. Helmintiasis
       Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia. Walaupun tersedia obat – obat baru yang lebih spesifik dengan kerja lebih efektif, eradikasi penyakit cacing masih tetap merupakan suatu masalah karena kondisi social ekonomi di beberapa bagian dunia. Pada umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius, tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang merupakan suatu faktor ekonomis sangat penting. Di negara – negara berkembang, termasuk Indonesia, penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum. 
1) Jenis Cacing
Cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni :
a. Platyhelminthes. Ciri-cirinya bentuk pipih, tidak memiliki rongga tubuh dan berkelamin ganda (hemafrodit). Cacing yang termasuk golongan ini adalah cacing pita (Cestoda) dan cacing pipih (Trematoda).
- Cacing pita (Cestoda) : Taenia, Echinococcus. Parasit ini memiliki kelamin ganda (hermafrodit), berbentuk pita yang bersegmen, dan tidak memiliki saluran cerna.
- Cacing pipih (Trematoda) : Schistosoma, Fasciola, dan lain – lain. Umumnya cacing ini berbentuk seperti daun dan juga bersifat hermafrodit, kecuali spesies schistosoma yang berbentuk lebih memanjang dan memiliki kelamin terpisah. Schistosoma ditulari oleh bentuk aktifnya. Fasciola khusus terdapat pada domba dan menimbulkan antara lain pembesaran hati, jarang sekali menulari manusia
a. Nematoda (roundworms). Ciri-cirinya bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran cerna dan kelamin terpisah. Infeksi cacing ini disebut ancylostomiasis (cacing tambang), trongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis (cacing gelang) dan trichuriasis (cacing cambuk).
       Beberapa jenis cacing sangat potensial untuk menimbulkan infeksi pada anak-anak. Dan untuk selanjutnya mereka akan menjadi sumber penularan bagi infeksi berikutnya yang sangat potensial. Keadaan yang demikian inilah yang menyebabkan infeksi akibat parasit cacing sukar diatasi secara tuntas. Penderita yang tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, merupakan sumber penularan bagi orang-orang dekat di sekitarnya
* Cacing gelang.  Cacing betinanya yang panjangnya kira-¬kira 20-30 cm ini mampu bertelur 200.000 telur per harinya. Dalam waktu lebih kurang 3 minggu telur ini akan berisi larva yang bersifat infektif, yang dapat menjadi sumber penularan jika secara tidak sengaja mencemari makanan/minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai parasit dalam usus halus, sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh kita dan menimbulkan kerusakan pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare dan gangguan penyerapan sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada keadaan yang berat, larva dapat masuk ke paru sehingga membutuhkan tindakan operatif.
* Cacing cambuk (Trichuris trichiura). Cacing ini juga menghisap sari makanan yang kita makan. Dia menghisap darah dan hidup di dalam usus besar. Cacing betinanya bisa bertelur 5 ribu-10 ribu butir per hari. Biasanya infeksi cacing ini menyerang pada usus besar. Infeksinya sering menimbulkan perlakaan usus, karena kepala cacing dimasukkan ke dalam permukaan usus penderita. Pada infeksi yang ringan biasanya hanya timbul diare saja. Tetapi pada infeksi yang berat, hampir pada sebagian besar permukaan usus besar dapat ditemukan cacing jenis ini. Akibatnya diare yang terjadi juga relatif berat dan dapat berlangsung terus menerus. Karena juga dapat menyebabkan perlukaan usus, maka anemia sebagai komplikasi perdarahan merupakan akibat yang tidak begitu saja dapat dianggap ringan. Inilah sebetulnya akibat-akibat infeksi cacing yang tidak pernah kita perkirakan selama ini dan proses yang merugikan itu berlangsung terus tanpa kita sadari. Infeksi cacing biasanya menimbulkan anemia.
* Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Inilah cacing yang paling ganas, karena ia menghisap darah. Cacing betinanya bisa bertelur 15 ribu-20 ribu butir per hari. Penularannya cepat, karena larva cacing tambang sanggup menembus kulit kaki dan selajutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus. Cacing dewasa bertahan hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini menimbulkan perlukaan pada permu-kaan usus, sehingga perdarahan dapat terjadi secara lebih berat dibanding dengan infeksi cacing jenis lainnya. Perdarahan yang lebih berat ini disebabkan karena mulut (stoma) cacing mengerat permukaan usus. Bahkan satu ekor cacing saja dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005¬0,34 cc sehari. Mengingat itu semua, maka infeksi cacing tambang merupakan penyebab anemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak, sehingga dapat mempengaruhi daya tahan tubuhnya dan menurunkan prestasi belajarnya. Telur cacing gelang yang masuk ke pencernaan akan menetas menjadi larva. Larva ini menembus dinding usus halus menuju jantung dan paru-paru. Cacing gelang menyebabkan gizi buruk dan membuat anak tidak nafsu makan, karena nutrisinya direbut cacing. Cacing betinanya bisa bertelur mencapai 200 ribu butir per hari. Cacing dewasa dapat bertahan hidup 6-12 bulan.
* Cacing kremi. Cacing ini mirip kelapa parut, kecil-kecil dan berwarna putih. Awalnya, cacing ini akan bersarang di usus besar. Saat dewasa, cacing kremi betina akan pindah ke anus untuk bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa gatal.  Bila balita menggaruk anus yang gatal, telur akan pecah dan larva masuk ke dalam dubur. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kuku, sebagian lagi menempel di sprei, bantal atau pakaian. Lewat kontak langsung, telur cacing menular ke orang lain. Lalu siklus cacing dimulai lagi.
2) Daur Hidup
       Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.


3) Pengobatan
       Komposisi obat cacing dalam kelompok broad spectrum berarti obat cacing tersebut dapat digunakan untuk beberapa atau segala jenis cacing antara lain :
1. Mebendazole. Zat ini mampu membunuh beberapa jenis cacing secara perlahan dengan menghambat sintesis mikrotubulus dan menghalangi kemampuan cacing untuk memanfaatkan glukosa. Selain itu ia juga bekerja dengan menghancurkan sitoplasma yang teradapat dalam sel usus sehingga cacing tak mendapatkan makanan maka akan mati. Penggunaan obat cacing berkomposisi mebendazole efektif untuk mengatasi cacing cambuk, cacing gelang, cacing tambang dan cacing kremi. Nilai lebih dari zat ini adalah ia tidak mudah diserap oleh tubuh dan hanya menyerang cacing saja sehingga tidak mempengaruhi konisi tubuh penderita.
2. Pirantel pamoat. Komposisi obat ini bekerja dengan cara menghambat neuromuskuler yang membuat cacing menjadi tak berdaya secara tiba-tiba sehingga cacing tak mampu lagi menempel pada dinding usus, akibatnya cacing akan otomatis keluar bersama feses atau muntah. Obat cacing yang mengandung zat ini berguna untuk mengatasi jenis cacing tambang, cacing kremi dan cacing gelang.
3. Piperazine. Piperazine adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen dan bersifat larut dalam air. Zat ini bekerja dalam usus dengan melumpuhkan cacing sehingga cacing keluar bersama kotoran. Obat cacing ini bermanfaat mengatasi cacing gelang dan cacing kremi.
4. Albendazole. Senyawa ini bekerja dengan melakukan degenartif sel usus cacing sehingga cacing tak mampu menyerap glukosa dari manusia dan membuat cacing menguras habis toko glikogen mereka sebagai pengganti energi. Hal ini membuat cacing lemah dan kemudian mati. Obat ini untuk mengatasi cacing pipih, cacing cambuk dan cacing kremi.
       Pada kelompok obat cacing narrow spectrum bertujuan untuk mengobati infeksi cacing yang disebabkan oleh satu jenis cacing. Adapun cara kerja obat ini secara umum langsung membunuh cacing yang menjadi sasarannya. Beberapa komposisinya adalah:
1. Niklosamide. Obat ini bekerja dengan langsung membunuh cacing pita bahkan lebih sering kemudian menghancurkannya sehingga cacing akan langsung keluar bersama kotoran. obat cacing ini biasanya berbentuk tablet kunyah yang efektif hanya bagi cacing pita.
2. Pyrvinium. Zat ini bekerja efektif hanya khusus untuk infeksi yang disebabkan oleh cacing kremi.
3. Befenium hidroksinaftoat. Obat cacing ini khusus dipergunakan untuk membunuh cacing tambang.

2.2.5 Anti Virus
        Virus (dalam bahasa latin dan sanskerta : visham = racun) merupakan mikro-organisme hidup yang terkecil, dengan ukuran antara 20-300 mikron. Di luar tubuh manusia kerap kali virus berbentuk seperti kristal tanpa tanda hidup, sangat ulet yaitu tahan asam dan basa, serta tahan suhu-suhu rendah dan tinggi sekali. Jika keadaan sekitarnya baik, seperti dalam tubuh manusia atau hewan, kristal tersebut ‘bernyawa’ kembali dan memperbanyak diri.
Penggolongan Virus
        Virus yang paling sering mengakibatkan penyakit pada manusia dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yakni virus DNA dan virus RNA, dengan masing-masing DNA dan RNA di dalam intinya.
b. Virus DNA
     Virus DNA meliputi antara lain kelompok Herpes : Herpes simplex (penyebab antara lain penyakit kelamin), Herpes zoster (penyebab sinanhnaga, “shingles”), dan Vericella zoster (cacar air). Juga virus  Epstein-Barr (demam kelenjar), cytomegalovirus = CMV (pada pasien AIDS) dan Human papillomavirus (HPV), yang menjadi penyebab kutil genital dan kanker cervix.
c. Virus RNA
     Virus RNA terpenting adalah HIV (penyebab AIDS), virus-virus hepatitis (penyakit kuning), rhinovirus (selesma), dan poliovirus (penyebab lumpuh pada anak-anak poliomyelitis). Begitu pula virus influenza (flu), rotavirus (diare), virus rubella (“rode hand”) dan bermacam-macam paramyxovirus.
Interferon
            Interferon adalah glycoprotein yang diproduksi oleh sel-sel tertentu dan T-limfosit selama infeksi virus. Ada 3 tipe interferon manusia yakni alfa-, beta-, dan gamma-interferon, yang sejak 1985 telah diperoleh murni dengan jalan teknik rekombinan DNA. Pada proses ini, sepotong DNA dari lekosit yang mengandung gen interferon, dimasukkan dalam plasmid kuman E.coli, dengan demikian kuman ini mampu memperbanyak DNA tersebut dan mensintesa interferon.
            Interferon-alfa dan –beta (IFN-?/?) dibentuk oleh bermacam-macam sel sebagai reaksi terhadap infeksi viral. Fungsinya mencegah infeksi lebih lanjut dengan jalan menduduki reseptor-reseptor khas di membrane-membran sel sehat, sehingga tidak dapat dipenetrasi oleh virus. Di samping berkhasiat virustatis, juga berdaya cytostatis (antitumor), yakni menghambat pertumbuhan sel-sel tumor dan menstimulasi sel-sel makrofag dan NK-cells (Natural Killer cells), yang dapat mendeteksi sel-sel tumor (dan sel-sel yang diinvasi virus) untuk kemudian memusnahkannya. IFN-alfa digunakan antara lain pada hepatitir dan jenis-jenis leukemia tertentu, sedangkan IFN-beta khusus pada MS (multiple sclerosis).
            Interferon-gamma (IFN-?) (dan limfokin-limfokin lain) dibentuk oleh limfo-T, dan berfungsi mengatur proses-proses imun. Khasiat antiviralnya lemah dibandingkan IFN-? dan IFN-?.
Penyakit-Penyakit Virus Penting
1. HIV dan AIDS
            AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau sindrom cacat kekebalan dapatan merupakan epidemic mikroorganisme terpenting dari abad ke-20, yang untuk pertama kalinya disinyalir di AS pada awal tahun 1980-an. Penyebabnya adalah HIV (Human Immunodeviciency Virus), yang menurut perkiraan sudah lama sekali terdapat pada binatang liar.

            HIV adalah virus-RNA yang termasuk kelompok retrovirus. Virus-virus ini berciri memiliki enzim reverse-transcriptase (RT) yang setelah masuk ke dalam limfosit mampu mentranskripsi RNA-nya menjadi DNA. Lalu DNA ini diinkorporasi ke dalam genom sel limfosit-T, yang diperintahkan untuk memperbanyak virus : sel-sel tersebut akan mati. Jadi, HIV seakan-akan mengubah limfosit menjadi pabrik untuk memproduksi virus-virus baru.
            Penularan Terjadi terutama melalui darah, mani, dan cairan vagina, akibat penggunaan jarum suntik terinfeksi, dan tranfusi darah serta kontak seksual tanpa pelindung (kondom) dengan seorang pembawa-HIV. Atau, virus dapat ditularkan pada bayi oleh ibu seorang positif, selama hamil atau persalinan, juga melalui air susu.
            Gejala-gejala AIDS yang mencolok adalah diare berat, rasa sangat letih, susut bobot badan, suprainfeksi hebat dengan fungi (Candidiasis mulut/tenggorokan) dan virus Herpes dan CMV). Karena sistem imun pasien sudah menjadi sangat lemah, maka berbagai infeksi kuman sekunder dapat menghinggapinya.
Virustatika yang kini tersedia untuk terapi AIDS termasuk dua kelompok yakni :
* reserve-transcriptase Blockers (RTI) :
zidovudin, didanosin, zalcitabine, stavudin, dan lamivudin (1,2,3), juga nevirapin. Obat-obat ini (1998) berkhasiat menghambat enzim RT, sehingga sintesis DNA viral (bertolak dari RNA) dan multiplikasinya dicegah. Di samping itu, obat-obat ini di dalam DNA viral yang sudah terbentuk menghambat perpanjangan selanjutnya dari rantai DNA. Hanya bekerja virustatis, virus-virus laten tidak dimatikan.
1.a. Zidovudin, didanosine, zalcitabine, stavudin, dan lamivudin adalah derivate nukleosida yang sebagai prodrugs di di dalam sel diubah menjadi msing-masing trifosfatnya. Kombinasi dari 2 atau 3 obat ini dapat mencegah/memperlambat terjadinya resistensi.
1.b. Nevirapin (Viramune) termassuk suatu kelompok baru yakni NNRTI (nonnucleotidreverse transcriptase inhibitors)
* Protease blockers (PI) :
indinavir, ritonavir dan saquinavir (5,6), nelvinavir (viracept), aprinavir (agenerase) dan lopinavir (kaletra). Obat-obat ini bekerja pada fase akhir dari multiplikasi virus dan efeknya terhadap HIV lebih kuat daripada penghambat RT. Senyawa ini menghambat enzim protease yang mencegah poliprotein besar yang terbentuk oleh DNA viral menjadi protein-protein lebih kecil untuk digunakan bagi pembangunan virus baru.


2. Virus Herpes
      Herpes Simlpex Virus ( HSV) dikenal dalam dua bentuk, tipe I dan tipe II. HSV-I menghinggapi terutama muka, mata, mulut, dan sekitarnya. HSV II kebanyakan terdapat di daerah kelamin. Pada infeksi HSV(virus herpes simpleks) tipe I obat anti virus Asiklovir memberikan hasil yang baik untuk infeksi oral-labial. Pada HSV ensefalitis, pemberian anti virus asikovir injeksi dapat meningkatkan survival rate. Untuk HSV tipe 1 yang menimbulkan kerato-konjungtivitis, dapat diberikan an virus lokal pada mata seperti idoksuridin 0.15.
      Mekanisme kerja analog purin dan pirimidin pada obat jenis asiklovir, yaitu asiklovir dimetabolisme oleh enzim kinase virus menjadi senyawa intermediet. Senyawa intermediet asiklovir (dan obat obat seperti idosuridin, sitarabin,vidaradin, dan zidovudin) dimetabolisme lebih lanjut oleh enzim kinase sel hospes menjadi analog nukleotida, yang bekerja menghambat replikasi virus.
      Pada infeksi HSV tipe 2 biasanya menimbulkan herpes genitalis. Bentuk primer dari herpes genitalis dapat diobati dengan obat anti virus asiklovir yang menghasilkan penyembuhan dan hilangnya rasa nyeri lebih cepat.
      Bentuk herpes genitalis kambuhan/rekuren tidak dapat dihambat oleh obat anti virus asikovir. Pemberian oral memberikan efek sedang.
3. Infeksi virus Varicella-zoster (‘Chickenpox”)
      Bentuk lazim pada anak-anak biasanya ringan dan tidak membutuhkan obat anti virus. Ada kalanya penyakitnya memberat, tertutama pada pasien yang disertai defisiensi imunologis. Untuk ini diberikan obat anti virus asiklovir secara injeksi selama 5-7 hari.
4. Hepatitis
      Hepatitis (radang hati) dapat ditimbulkan oleh banyak sebab tetapi paling sering terjadi karena infeksi oleh virus-virus hepatitis. Sebab-sebab lain hepatitis adalah virus demam kuning dan penyumbata saluran empedu (antara lain akibat batu empedu), zat-zat kimia atau obat-obat tertentu, dan minum terlalu banyak alkohol.
      Untuk infeksi hepatitis B kronis digunakan obat anti virus Entecavir untuk perawatannya.Untuk infeksi kronis hepatitis C menggunakan obat anti virus interferon-a. Yang sekarang sudah berkembang dengan penambahan PEG agar lebih efektif PEG interferon dan pemakaiannya dipermudah dengan peralatan khusus pula.
5. Influenza
      Influenza disebabkan oleh virus RNA yang dapat hidup pada manusia, kuda, babi, ikan paus, ayam, itik, burung. Infeksi terjadi melalui inhalasi dari tetesan air liur (pada waktu bersin, batuk, berbicara). Masa inkubasinya 1-3 hari.
      Pengobatan untuk infeksi antivirus pada saluran pernapasan termasuk influenza tipe A & B, Virus Sinsitial Pernapasan (RSV). Obat-obat tersebut antara lain:
* Amantadin dan Rimantadin
            Amantadin & rimantadin memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi keduanya terbatas hanya pada influenza A saja. Mekanisme kerja obat ini yaitu, Amanatadin dan rimantadin merupakan antivirus yang bekerja pada protein M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2 merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses uncoating. Hal ini menyebabkan destabilisasi ikatan protein serta proses transport DNA virus ke nucleus. Selain itu, fluks kanal ion M2 mengatur pH kompartemen intraseluler, terutama aparatus Golgi.
* Inhibitor Neuraminidase ( Oseltamivir, Zanamivir )
            Merupakan obat amtivirus dengan mekanisme kerja yang sama terhadap virus influenza A dan B. Keduanya merupakan inhibitor neuraminidase; yaitu analog asam N-asetilneuraminat (reseptor permukaan sel virus influenza), dan desain struktur keduanya didasarkan pada struktur neuraminidase virion.
     Mekanisme kerja obat ini yaitu, Asam N-asetilneuraminat merupakan komponen mukoprotein pada sekresi respirasi, virus berikatan pada mucus, namun yang menyebabkan penetrasi virus ke permukaan sel adalah aktivitas enzim neuraminidase. Hambatan terhadap neuraminidase mencegah terjadinya infeksi. Neuraminidase juga untuk penglepasan virus yang optimal dari sel yang terinfeksi, yang meningkatkan penyebaran virus dan intensitas infeksi. Hambatan neuraminidase menurunkan kemungkinan berkembangnya influenza dan menurunkan tingkat keparahan, jika penyakitnya berkembang.
    
2.2.6 Anti Neoplastika (sitostatika)
Pengertian kanker
            Kanker atau karsinoma (Yunani = karkinos = kepiting) adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas (maligne). Akibatnya adalah terbentuknya suatu kelompok sel yang mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat (proliferasi) dan tidak tertahankan serta mengakibatkan pembengkakan atau benjolan,  yang disebut tumor atau neoplasma (neo = baru;  plasma = bentukan). Sel-sel kanker ini menginfiltrasi ke dalam jaringan-jaringan sekitarnya dan memusnahkannya. Tumor setempat ini seringkali menyebarkan sel-selnya melalui saluran darah dan limfe ke tempat-tempat lain dari tubuh (metastase), dimana berkembang neoplasma sekunder. Gejala umum dari penyakit-penyakit kanker adalah nyeri yang sangat hebat, penurunan berat badan mendadak, kepenatan total (cachexia), dan berkeringat malam.
            Jenis-jenis kanker yang dikenal banyak sekali dan hampir semua organ dapat dihinggapi penyakit ganas ini, termasuk limfe, darah, sumsum, dan otak. Bentuk-bentuk neoplasma menurut jaringan tempat neoplasma berasal, yaitu :
a. Adenoma  : benjolan maligne pada kelenjar, misalnya pada prostat dan mamma
b. Limfoma  : kanker pada kelenjar limfe, misalnya penyakit (non) Hodgkin dan p. Burkitt yang berciri benjolan rahang
c. Sarkoma   : neoplasma ganas yang berasal dari pembuluh darah, jaringan ikat, otot, atau tulang.
d. Leukimia  : kanker darah yang berhubungan dengan produksi leukosit yang abnormal tinggi dan eritrosit sangat berkurang
e. Myeloma   : kanker pada sumsum tulang, misalnya penyakit Kahler dengan pertumbuhan liar sel-sel plasma di sumsum. Sel plasma termasuk leukosit dan membentuk antibodi
f. Melanoma : neoplasma kulit yang luar biasa ganasnya, terdiri dari sel-sel pigmen yang dapat menyebar dengan sangat pesat.
            Sebab-sebab kanker, menurut para ahli, lebih dari 80% dari semua tumor pada manusia diakibatkan oleh pengaruh zat-zat karsinogen. Zat karsinogen adalah zat yang dapat mengakibatkan tumor. Zat karsinogen dapat berasal dari obat-obatan maupun makanan. Obat-obatan yang mengandung karsinogen antara lain zat alkilasi, azatioprin, doksorubisin, daunorubisin, dan prokarbazin. Beberapa zat karsinogen terkenal berasal dari makanan adalah : Nitrosamin, Nitrat, Benzpiren, Asam desoksikholat, aflatoksin, dan zat-zat pewarna.
Pengobatan
Pengobatan kanker dikenal beberapa cara, antara lain:
1. Operasi / pembedahan, yaitu dengan mengangkat sel-sel kanker sehingga tidak terjadi perluasan daerah yang terkena kanker, misalnya pada kanker kulit.
2. Radiasi / penyinaran, yaitu dengan melakukan penyinaran pada daerah yang terdapat sel-sel kanker dengan menggunakan sinar radio aktif.
3. Kemoterapi, yaitu pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat menghambat atau membunuh sel-sel kanker.
4. Terapi hormon. Hormon dan antihormon tertentu digunakan pada kanker yang pertumbuhannya tergantung dari hormon, terutama zat-zat anti-estrogen (tamoksifen) pada kanker mamma dan endometrium, serta zat anti-androgen (flutamida, nilutamida) pada kanker prostat.
5. Imunoterapi adalah pengobatan gangguan maligne dengan zat-zat stimulator sistem-imun, antara lain interferon, interleukine-2, atau LAK-cells

Sitostatika
Cytostatica atau oncolytica (Yun. kytos = sel, stasis = terhenti, ongkos = benjolan, lysis = melarutkan) adalah zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas (maligne). Kombinasi dari dua atau lebih sitostatika kerapkali digunakan, yakni yang  memiliki titik kerja di dalam sel yang berlainan, Dengan demikian daya kerjanya diperkuat dan terjadinya resistensi dapat dihindarkan. Beberapa kombinasi terkenal adalah :
* MVPP          = mustin, vinkristin, prokarbazin, dan prednisolon pada limfoma non-Hodgkin yang bermetastase
* VMCP          = vinkristin, melfelan, cisplatin, dan prednisolon pada myeloma
* FAM            = fluorurasil, adriamisin, dan mitomisin pada kanker lambung
* CAF             = cyclofosfamida, adriamisin, dan fluorurasil pada kanker mamma yang sudah    menyebar

Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya, sitostatika dapat dibagi dalam beberapa golongan :
1. Zat – Zat Alkilasi
2. Antimetabolit
3. Antimitotika
4. Antibiotika
5. Obat-Obat Lainnya
1) Zat-Zat Alkilasi
                        Yang terpenting adalah klormethin dan derivatnya, tiotepa dan busulfan. Obat-obat ini juga disebut radiomimetikam, karena kerjanya mirip dengan  efek penyinaran dengan sinar-sinar ionisasi. Obat-obat ini terutama digunakan pada kanker korion, limfogranuloma dan leukimia.
a) Klormethin
    Merupakan sitostatika pertama yang digunakan (1946) terhadap kanker limfogranuloma dan leukemia akut. Kerjanya pendek sekali karena dalam darah terurai dalam beberapa menit.
* Klorambusil
Adalah derivat klormertin dengan cincin aromatik, khasiat dan penggunaannya sama. Daya kerjanya lebih lambat dan efek sampingnya lebih ringan.
* Siklofosfamid
Adalah derivat klormetin dengan cincin fosfat, yang baru aktif setelah dioksidasi di hati. Selain merusak sumsum tulang, seringkali mengakibatkan kerontokan rambut dan radang  mukosa kandung kemih dengan perdarahan.
* Melfalan
Adalah derivat klormetin yang mengandung fenilalanin, kerjanya jauh lebih lama lebih kurang 6 jam. Banyak digunakan pada kanker sumsum tulang. Efek samping perintangan produksi megkaryocyt di sumsum tulang, yang membentuk pelat-pelat darah.
b) Thiotepa
    Memiliki daerah indikasi yang lebih luas daripada derivat-derivat mustin, yaitu juga pada kanker yang sudah tersebar, maupun pada jenis-jenis kanker lain yang gagal pengobatannya dengan penyinaran.
c) Busulfan
    Berkhasiat spesifik terhadap sumsum tulang, maka khusus digunakan pada leukemia kronis guna menekan produksi leukosit.
d) Lomustin
    Mampu  mengalkilasi dan menghambat berbagai proses di dalamsel. Karena sifatnya yang lipofil dan mudah melintasi sawar otak, maka obat ini merupakan obat pilihan pertama pada tumor otak.
2)         Anti metabolit
            Antimetabolit  menghambat jalur metabolisme yang penting untuk sel kanker agar tetap hidup atau berkembang dengan cara menghambat jalur folat, purin, pirimidin, dan nukleosida pirimidin yang dibutuhkan untuk sintesis DNA.
            Tidak ditemukan adanya kekhasan jalur metabolisme untuk sel kanker, namun antimetabolit dapat dipakai untuk membunuh sel tumor tanpa membunuh tuan rumah, karena adanya perbedaan dalam fraksi pertumbuhan sel seperti diuraikan terdahulu. Antimetabolit mempunyai spektrum pemakaian yang lebih sempit dibandingkan dengan obat antikanker dari kelas lain.
a) Merkaptopurin
    Terutama digunakan pada leukemia akut pada anak-anak, juga dalam hal MTX atau  zat-zat alkilasi tidak efektif lagi.
* Azathioprin
      Dalam tubuh dirombak menjadi merkaptopurin. Banyak digunakan sebagai imunosupresivum pada transplantasi ginjal dan organ-organ lain guna memperkecil bahaya penolakan organ-organ baru oleh tubuh si penerima.
b) Fluorouracil
    Digunakan pada tumor-tumor lambung, usus besar atau (kolon) dan poros usus (rektum). Efek samping sama dengan MTX.
* Sitarabin
      Berkhasiat virustatik terhadap virus-virus DNA. Digunakan pada leukemia akut pada anak-anak.
3)         Anti Mitotika
            Zat ini mencegah pembelahan sel dengan merintangi pembelahan inti sel.
a) Vinblastin
     Merupakan alkaloid tanaman Vinca rosea bersama derivatnya vindesin dan vinkristin. Terutama digunakan bila radioterapi atau sitostatika lainnya tidak efektif. Efek samping utama neuritis perifer, mual, muntah, rambut rontok dan obstipasi.
* Vindesin
  Khasiat kurang lebih sama dengan vinblastin, tetapi kurang menekan sumsum tulang dan neurotoksis. Digunakan antara lain pada leukemia akut pada anak-anak dan pada kanker buah dada.
* Vinkristin
  Digunakan pada leukemia akut pada anak-anak, umumnya dikombinasikan dengan obat lain, misalnya merkaptopurin dan prednison. Efek samping sama dengan vinblastin, polineuritis lebih cepat terjadi dan terapi harus segera ditunda hingga gejala -  gejala lenyap. Depresi sumsum tulang praktis tidak terjadi.
c) Podofilin
     Damar ini diperoleh dari akar tanaman Podophyllum peltatum yang antara lain mengandung zat antimitotik podolifotoksin. Dua glikosida semisintetisnya adalah teniposida dan etoposida                  
* Teniposida
Digunakan pada limfoma Hodgkin, kanker otak dan kandung kemih.
* Etoposida
Digunakan antara lain pada kanker testis dan ovarium.
4)         Antibiotika
     Sejumlah antibiotik (metabolit mikroba) telah memperlihatkan aktiviats terhadap kanker, pada saat ini aktinomisin adalah yang terefektif secara klinik. Terutama digunakan pada kanker korion yang sudah metastasis, biasanya dikombinasikan dengan klorambusil dan MTX. Efek samping sama dengan sitostatika lain yakni gangguan darah, lambung-usus dan rambut rontok.
a) Mitomisin
     Sangat toksis untuk sumsum tulang, maka pengawasan darah seksama harus dilakukan bila obat-obat lain tidak efektif.
b) Doksorubisin
     Digunakan khusus pada leukemia akut dan limfogranouloma yang tidak dapat diobati dengan sitostatika lain, biasanya dengan vinkristin dan prednison.
* Daunorubisin
     Merupakan derivat doksorubisin dengan khasiat dan efek samping yang sama. Urin dapat berwarna merah seperti doksorubisin.
5)         Obat-Obat Lainnya
     Obat-obat lain yang digunakan pada kanker terdiri dari kortikosteroida, hormon kelamin, prokarbazin dan asparaginase.
a) Kortikosteroida
     Hampir pada semua kombinasi obat pada terapi kanker mengandung prednison atau turunannya, karena efeknya langsung terhadap sel-sel kanker sendiri dan menghasilkan pengaruh yang baik seperti demam menurun, perasaan nyaman, tumor menjadi ringan, nafsu makan bertambah, dan sebagainya.
b) Hormon-hormon kelamin
     Kerapkali digunakan dengan hasil yang baik, pada jenis-jenis kanker yang tergantung dari hormon, yang pertumbuhannya dapat dihambat oleh androgen atau estrogen, atau anti hormon, misalnya estrogen diberikan pada kanker prostat (guna meniadakan efek hormon pria). Androgen diberikan pada kanker payudara.
c) Prokarbazin
     Dianjurkan sebagai obat pilihan kedua pada limfogranuloma, dalam kombinasi dengan klormethin, vinkristin dan prednison.
d) L-Asparaginase
     Enzim ini diperoleh dari pembiakan bakteri E.coli. Pada leukemia tertentu sel-sel kanker tidak dapat membentuk 1-asparagin yang diperlukannya untuk sintesis proteinnya. Maka zat ini menggunakan asparagin tersebut sehingga sel-sel kanker terhenti perkembangannya. Efek samping mual, muntah, gangguan SSP dan hati, alergi. Hanya digunakan pada leukemia akut dan sebagai obat pilihan kedua.
e) Cisplatin
    Terutama digunakan pada kanker testis dalam kombinasi dengan vinkristin dan bleomisin, serta pada kanker ovarium.
f) Interferon
    Daya sitostatiknya telah dibuktikan untuk beberapa bentuk kanker. Selain itu juga berdaya anti virus dan dianjurkan sebagai pencegah influensa sampai 24 jam sesudah terjadinya infeksi.
Spesialite obat-obat sitostatika.
NO
GENERIK dan LATIN
DAGANG
PABRIK
1
Dokosorubisin Hidroklorida
Adiamycin RD
Carlo Erba
(Doxorubici Hydrochloridum)
2
Fluorourasil
Adrucil
Carlo Erba
(Fluorouracilum)
3
Bleomisin Sulfat
Bleocin
Kalbe Farma
(Bleomicini Sulfas)
4
Sisflatin(Cisflatinum)
Cisplatin
Kalbe Farma
5
Siklofosfamida
Endoxan
Asta
(Cyclophosphamidum
6
Metotreksat(Methotrexatum
Farmitrexat
Carlo Erba
7
Sitarabin (Cytarabin)
Erbabin
Kalbe Farma
8
Vinkristin Sulfat
Krebin
Kalbe Farma
(Vincristini Sulfas)
9
Vinblastin Sulfat
Vinblastine Sulphate DBL
Tempo Scan Pasific
(Vinblastini Sulfas)