2.1 Prinsip Nutrisi Mikroba
Berdasarkan cara-cara
pengambilan nutrient maka mikroba dapat dibagi atas jasad osmotrof dan jasad
fagotrof. Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan, misalnya
bakteri dan fungi, sedangkan jasad fagotrof mengambil nutrien secara
fagositosis lalu dicerna di dalam vakuola makanan, misalnya protozoa, jasad
osmotrof mengeluarkan eksoenzim untuk memecah molekul besar misalnya protease
untuk memecah protein menjadi asam amino, amilase untuk memecah pati menjadi
gula, lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam
amino, gula, asam lemak, dan gliserol diserap ke dalam sel untuk digunakan.
·
Nutrisi
yang dierlukan mikroba
Mikroba
memerlukan nutrien sebagai sumber materi dan energy untuk menyusun komponen sel
seerti genom, membrane plasma dan dinding sel. Bentuk nutrient yang diperlukan
bermacam-macam, tergantung jenis mikrobanya, misalnya kebutuhan karbon untuk
jasad fotoautotrof dalam bentuk CO2, sedangkan bagi jasad
kemoorganotrof dalam bentuk bahan organik. Dengan mengetahuia keperluan nutrien
mikroba para ilmuwan dapat melakukan penelitian untuk menentukan peranan
mikroba di alam dan kegunaannya dalam kehidupan manusia. Uraian berikut akan
membahas mengenai tipe nutrisi yang dijumpai diantara mikroba.
1.
Kegiatan sel seperti biosintesis
komponen sel, transport nutrient ke dalam sel dan motilitas memerlukan energy.
Berdasarkan sumber energy, mikroba dibagi atas jasad fototrof yang menggunakan
oksidasi senyawa kimia sebagai sumber energy. Dan jasad kemotrof yang
menggunakan oksidasi senyawa kimia sebagai sumber energy. Terleas dari sumber
energy yang digumakan, mikroba akan mengubah energy yang diperoleh menjadi
senyawa pembawa energy yaitu ATP yang dapat dipakai untuk kegiatan sel. Ada 2
kelompok bakteri fototrof yaitu sianobakteri dan bakteri fotosintetik. Kedua
kelompok ini mengubah energy cahaya menjadi ATP melalui proses fotosintesis.
Mikroba khemotrof mengoksidasi senyawa kimia seperti glukosa atau ammonium,
kemudian energy yang dilepaskan diubah menjadi ATP dalam proses fermentasi atau
respirasi.
2.
Semua jasad hidup memerlukan karbon
sebab unsurmkarbon terdapat dalam semua mikromolekul penyusun sel seperti
rotein, karbohidrat, asam nukleat dan lipid. Berdasarkan sumber karbon, mikroba
dapat digolongkan atas jasad heterotrof dan autotrof. Jasad autotrof bila menggunakan karbondioksida sebagai
sumber karbon, bila jasad tersebut memperoleh energinya dari cahaya disebut
fotoautotrof, dan bila jasad tersebutmemperoleh energinya dengan cara
mengoksidasi senyawa kimia maka disebut kemoautotrof. Jasad heterotrof
menggunakan bahan organic sebagai sumber karbon.
3.
Semua jasad hidu memerlukan sulfur
(blerang) dan fosfor. Sulfur dipergunakan untuk
membentuk asam amino metionin dan sistein serta koensim. Mikroba
memperoleh sulfur dalam bentuk garam sulfat, H2S, granula sulfur,
thiosulfat atau dalam bentuk bahan organic (sistein dan metionin). Fosfor
dipergunakan membentuk asam nukleat, fosfolipid dan koensim. Mikroba dapat
mengambil fosfor dalam bentuk organic dan anorganik. Garam fosfat adalah yang
paling sering digunakan sebagaisumber fosfat meskiun dapat pula memakai
nukleotida.
4.
Semua jasad hidup memerlukan nitrogen
sebab nitrogen dipergunakan untuk mensintesis asam amino, nukleotida dan
vitamin. Keerluan akan nitrogen dapat dipenuhi dalam berbagai bentuk seperti
protein atau polipeptida, garam nitrat atau amonium bahkan ada mikroba yang
dapat mengambil dalam bentuk N2 seperti Rhizobium dan Azotobacter.
5.
Semua jasad hidup memerlukan beberapa
unsure logam, natrium, kalium, kalsium, magnesium, mangan, besi, seng, tembaga
dan kobalt untuk pertumbuhannya yang normal. Mineral ini diperlukan untuk
aktivitas enzim dan molekul yang lain misalnya Mg sebagai penyusun klorofil, Co
untuk aktivitas enzim nitrogenase, dan Fe merupakan komponen sitokrom.
6.
Semua jasad hidup memerlukan vitamin
(senyawa organik yang penting untuk pertumbuhan). Kebanyakan vitamin berfungsi
membentuk substansi yang mengaktivasi enzim.meskipun semua bakteri membutuhkan
vitamin di dalam proses metaboliknya yang normal, beberapa mampu mensintesis
seluruh keperluan vitaminnya dari senyawa-senyawa lain di dalam medium. Yang
lain tidak akan tumbuh kecuali bila ditambahkan satu atau lebih vitamin ke
dalam mediumnya, seperti Leuconostoc
mesentroides tidak mampu mensintesis beberapa asam amino dan vitamin
sehingga harus ditambahkan dalam keadaan jadi ke dalam mediumnya.
7.
Oksigen merupakan unsure yang terdaat
dalam molekul hayati seperti asam amino, nukleotida, gliserida dan molekul
lain. Keperluan akan oksigen dipenuhi bersamaan dangan masuknya nutrient lain
sepertirotein dan lipid. Disamping itu, oksigen dalam bentuk O2 juga
diperlukan untuk menjalankan respirasi aerobic.
8.
Semua jasad hidu memerlukan air bagi
kehiduan karena semua aktivitas metabolism terjadi dalam lingkungan air.
Ketersediaan air yang dapat digunakan dalam mikroba sering dinyatakan dengan
aktivitas aair (Aw). Aktivitas air suatu bahan dapat dihitung dengan menentukan
kelembaban relatifnya (RH). Untuk bakteri, semua nutrient harus ada dalam
bentuk larutan sebelum dapat memasuki bakteri tersebut.
·
Kondisi
fisik yang dierlukan untuk pertumbuhan
Selain
menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga perlu disediakan
kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroba tidak hanya
bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukan respon yang berbeda
terhadap kondisi fisik di lingkungannya. Untuk berhasilnya kultivasi mikroba
diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai. Ada 5
arameter lingkungan yang utama yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan
mikroba yaitu temperature, kelembaban (RH), kadar oksigen, pH dan osmosis.
·
Temperatur
Karena
semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dank arena laju
reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperature, maka pola pertumbuhan mikroba
sangat dipengaruhi oleh temperature. Temperature juga mem pengaruhi laju
pertumbuhan dan penambahan jumlah sel. Keragaman suhu dapat juga mengubah
proses-proses metabolic serta morfologi sel. Setiap mikroba tumbuh pada suatu
kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka mikroba ada yang bersifat psikrofilik yang tumbuh pada 00
dampai 200 C, mesofilik
yang tumbuh pada 200 sampai
450 C dan termofilik yang
tumbuh pada temperature 450 sampai 800 C. Temperature
inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang
singkat (12 sampai 24 jam) dikenal sebagai temperature
pertumbuhan optimum.
·
Kondisi
atmosfer seperti kadar oksigen, RH dan tekanan udara
Mikroba
memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respons terhadap oksigen bebas dan
atas dasar ini maka mikroba dibagi menjadi empat yaitu aerobik (memerlukan
oksigen), anaerobik (tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerobic fakultatif
(tumbuh pada keadaan aerobic dan anaerobik), dan mikroaerofilik (tumbuh bila
ada sedikit oksigen atmosferik). Beberapa mikroba bersifat anaerobik obligat,
bila terkena oksigen akan terbunuh, oleh karena itu untuk menumbuhkan mikroba
anaerobic diperlukan teknik khusus agar tercapai keadaan anaerob. Keperluan
penumbuhan jasad anaerob obligat dapat dipenuhi dengan menggunakan alat yang
disebut anaerobic jar.
·
Konsentrasi
ion hydrogen (pH)
pH
optimum bagi kebanyakan mikroba terletak antara 6.5 sampai 7,5. Bagi kebanyakan
mikroba pH minimum dan maksimum antara 4 sampai 9. Pertumbuhan mikroba sangat
dipengaruhi oleh pH karena nilai pH sangat menentukan aktivitas enzim. Bila
mikoba di kultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula pH-nya 7 maka
kemungkinan pH ini akan berubah. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar
sehingga menghambat pertumbuhan. Pergeseran pH dapat dicegah dengan menggunakan
larutan penyangga atau bufer dalam medium. Bufer merupakan senyawa yang dapat
menahan perubahan pH misalnya KH2PO4 dan K2HPO4. Beberapa bahan nutrisi medium
seperti pepton mempunyai kapasitas bufer. Perlu atau tidaknya suatu medium
diberi bufer tergantung kepada maksud penggunaannya dan dibatasi oleh kapasitas
bufer yang dimiliki senyawa-senyawa yang digunakan.
·
Tekanan
osmosis
Tekanan
osmosis adalah besarnya tekanan minimum yang dierlukan untuk mencegah aliran
air yang menyebrangi membrane di dalam larutan. Contohnya : jika larutan 10 %
sukrosa di dalam kantong membrane dialysis diletakkan dalam air dalam gelas maka
molekul air yang ada dalam gelas akan mengalir ke dalam kantong analisis.
Besarnya tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran molekul air dalam gelas
ke dalam kantong dialisis merupakan nilai tekanan osmosis larutan sukrosa
tersebut. Berdasarkan tekanan osmosanya maka larutan tempat pertumbuhan mikroba
dapat digolongkan atas larutan hipotonis, isotonis dan larutan hipertonois.
Mikroba biasanya hidup di lingkungan yang bersifat agak hipotonis sehingga air
akan mengalir dari lingkungannya ke dalam sel sehingga sel menjadi mengembang
kaku. Adanya dinding sel dapat mencegah pecahnya sel mikroba.
2.2 Media pertumbuhan dan penggunaannya di laboratorium
Untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan mikroba, diperlukan suatu substrat yang disebut media.
Keragaman yang luas dalam hal tipe
nutrisi di antara mikroba diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasi.
Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media, diperlukan
persyaratan tertentu,yaitu:
a. Media
mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan mikroba.
b. Media
mempunyai tekanan osmosa , dan PH yang
sesuai untuk mikroba.
c. Media
harus dalam keadaan steril.
Bentuk,
susunan, dan sifat media
Bentuk
media
Bentuk
media ditentukan oleh ada tidaknya penambahan zat pemadat seperti agar,
gelatin. Berdasarkan bentuk dikenal tiga jenis media :
1.
Media Padat
Yaitu media
berbentuk padat yang mengandung agar 1-1.5%, misalnya nutrien agar. Kalau
ke dalam media ditambahkan agar. Jumlah
agar yang ditambahkan tergantung kepada
jenis atau kelompok mikroba yang ditumbuhkan. Ada yang memerlukan kadar air
tinggi sehingga penambahan agar harus sedikit tetapi ada pula yang memerlukan
kandungan air rendah sehingga penambahan agar harus lebih banyak. Media padat
umumnya dipergunakan untuk menumbuhkan bakteri, jamur, dan kadang-kadang
mikroalga terutama dalam peremajaan dan pemeliharaan kultur murni dalam bentuk
agar miring.
2.
Media Cair
Yaitu media
berbentuk cair yang tidak mengandung agar, misalnya nutrien broth. Umumnya
media cair digunakan untuk menambah biomassa sel . Kalau ke dalam media tidak
ditambahkan zat pemadat. Media cair dipergunakan untuk penumbuhan bakteri, ragi
dan mikroalga.
3.
Media Semi Padat
Yaitu media
yang berbentuk padat pada suhu dingin, dan berbentuk cir bila suhu panas,
misalnya media SIM (media yang digunakan untuk uji produksi sulfur, indol,
motilitas)
Kalau penambahan zat pemadat hanya
setengah atau kurang dari seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan
mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobic atau
fakultatif untuk menambah biomassa sel.
Susunan
media
Media dapat berbentuk :
1.
Media alami yaitu media yang disusun
oleh bahan-bahan alami seperti kentang, telur, daging. Pada saat ini media alami
yang banyak digunakan adalah dalam bentuk kultur jaringan tanaman atau hewan.
Contoh penggunaan media alami adalah telur yang digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan virus.
2.
Media sintetik yaitu media yang disusun
oleh senyawa kimia. Misalnya media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan Clostridium.
3.
Media semi sintetis yaitu media yang
tersusun oleh campuran bahan-bahan alami dan bahan-bahan sintesis. Misalnya
kaldu nutrisi, wortel agar.
Sifat
media
Penggunaan
media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba tetapi juga
untuk tujuan isolasi, seleksi, evaluasi, dan diferensiasi. Sehingga tiap media
mempunyai spesifikasi sesuai dengan maksudnya. Berdasarkan sifatnya, media dibedakan menjadi :
1.
Media umum : media yang dipergunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakkan satu atau lebih kelompok mikroba secara umum
misalnya : agar kaldu nutrisi untuk bakteri, agar kentang dekstrosa untuk
jamur.
2. Media
pengaya : media dimana suatu jenis mikroba diberi kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang lebih cepat dari jenis lainnya yang sama-sama berada di dalam satu
media. Misalnya : kaldu selenit atau kaldu tetrationat untuk memisahkan Salmonella typhi dari mikroba lain yang
ada dalam feses.
3. Media
selektif : media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba
tertentu tetapi akan menghambat atau mematikan jenis-jenis lainnya. Misalnya :
media SS ( Salmonella-Shigella ) agar untuk menumbuhkan Salmonella dan
Shigella.
4. Media
diferensial : media yang dipergunakan untuk penumbuhan mikroba tertentu serta
penentuan sifat-sifatnya seperti media agar darah untuk penumbuhan bakteri
hemolitik.
5. Media
Penguji : media yang dipergunakan untuk pengujian senyawa tertentu dengan
bantuan mikroba. Misalnya media penguji vitamin, antibiotika, residu pestisida.
2.3 Sterilisasi
Bahan atau
peralatan yang dipergunakan dibidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril
artinya bahan atau peralatan tersebut bebas dari mikroba baik yang akan
mengganggu media atau menganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan.
Sterilisasi
yang umum dilakukan adalah :
Sterilisasi secara fisik
: dengan menggunakan udara panas atau uap air
panas dengan tekanan tinggi. Misalnya dengan penggunaan autoklap dengan
temperatur 121˚C dengan tekanan 15 lbs. Waktu yang diperlukan tergantung banyak
sedikitnya bahan atau medium yang disterilkan, umumnya berkisar antara 15
sampai 20 menit.
Sterilisasi secara kimia : senyawa
kimia yang banyak digunakan adalah larutan CuSO4, AgNO3, HgCI2, dan ZnO serta
alkohol dengan kadar antara 50 – 75% karena cepat menyebabkan koagulasi protein
mikroba. Larutan garam seperti NaCI (9%), KCI (11%) dan KNO3 (10%) dapat
digunakan karena tekanan osmotiknya yaitu dehidrasi protein pada substrat.
Sedang asam kuat dan basa kuat dapat digunakan karena dapat menghidrolisis isi
sel mikroba. Larutan KmnO4 (10%) dan HCI (1,1%) dapat mengoksidasi substrat.
Sedang larutan CuSO4 digunakan untuk algisida. Khlor dan senyawa khlor
digunakan sebagai desinfektan terutama pada tempat penyimpanan air. Juga
larutan formalin atau formaldehida dengan kadar antara 4 -20%.
Sterilisasi
secara mekanik.
Untuk
beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi ataupun tekanan tinggi mengalami
perubahan atau penguraian, sterilisasi dilakukan secara mekanik yaitu dengan
saringan. Penyaringan yang digunakan dengan penggunaan filter seperti filter
Berkefeld, Chamberland dan Seitz juga filter glukosa, gelas atau porselen.
Jenis filter mana yang akan digunakan tergantung kepada tujuan penyaringan dan
bahan yang akan disaring.
2. 4 Metode
Kultivasi Mikroba
Di habitat alaminya, mikroorganisme
biasanya tumbuh dalam populasi yang kompleks dan terdiri dari beberapa spesies.
Hal ini menyebabkan penelitian mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat
menjadi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik untuk
memisahkan populasi yang kompleks ini menjadi spesies yang berbeda-beda sebagai
biakan murni. Biakan murni adalah suatu populasi sel yang ditumbuhkan dari satu
sel induk.
Proses isolasi dan upaya
mempertahankan keadaan murni memerlukan teknik aseptik . Oleh karena itu,
sebelum mengkultur suatu mikroba harus dilakukan suatu proses sterilisasi.
2.4 Teknik
Kultivasi Mikroba
Setelah semua bahan dan alat yang
akan digunakan dalam proses kultivasi disterilkan, maka dimulailah proses
isolasi untuk mendapatkan biakan murni.Bahan yang diinokulasikan pada medium
disebut inokulum. Di bawah ini ada beberapa teknik inokulasi yang umum
dilakukan di laboratorium mikrobiologi.
a. Teknik
Penyebaran (The Spread-Plate Technique)
Teknik penyebaran yang lebih sering disebut
dengan Spread-Plate adalah teknik langsung dan mudah untuk mendapatkan suatu
biakan murni. Di bawah ini adalah gambar saat menginokulasi mikroba dengan
menggunakan teknik Spread-Plate.
Campuran dari beberapa spesies
bakteri disebarkan di permukaan medium agar, sehingga setiap sel akan tumbuh
menjadi koloni yang terpisah sempurna dan dapat dilihat secara makroskopis
berupa kumpulan mikroba di atas medium padat. Setiap koloni yang terbentuk
merupakan biakan murni. Di bawah ini adalah gambar dari biakan murni yang
diperoleh dengan menggunakan teknik Spread-Plate.
b. Teknik Goresan (The Streak-Plate Technique)
Biakan murni juga dapat diperoleh
dengan teknik goresan ( Streak-Plate Technique ). Inokulum digoreskan di atas
medium dengan memakai ose menurut pola tertentu, yaitu:
Goresan T
Untuk membuat biakan murni dangan
teknik goresan T, ada beberapa langkah yang harus diikuti, yaitu :
·
Lempengan dibagi
menjadi 3 bagian dengan hutuf T pada bagian luar dasar cawan petri.
·
Inokulasi daerah
I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.
·
Panaskan ose dan
biarkan dingin kembali.
·
Gores ulang
daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah II.
·
Pijarkan kembali
ose dan biarkan dingin kembali.
·
Prosedur diatas
diulang untuk daerah III
-
Goresan Kuadran
Teknik ini sama dengan goresan T, hanya
lempengan agar dibagi menjadi empat.
- Goresan Radian
·
Goresan dimulai
dari bagian pinggir lempengan.
·
Pijarkan ose dan
dinginkan kembali.
·
Putar lempengan
agar 90o dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir lempengan.
·
Putar lempengan
agar 900 dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya.
·
Pijarkan ose.
- Goresan
Sinambung
·
Ambil satu mata
ose suspensi dan goreskan setengah permukaan lempengan agar.
·
Jangan pijarkan
ose, putar lempengan 1800, gunakan sisi mata ose yang sama dan gores pada sisa
permukaan lempengan agar. Pola goresan sinambung dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Setelah inkubasi, sel-sel mikroba
memperbanyak diri dan dalam waktu 18-24 jam akan terbentuk suatu massa sel yang
disebut koloni. Koloni yang terbentuk ini adalah biakan murni. Di bawah ini
adalah hasil kultivasi berupa biakan murni yang diperoleh dengan teknik
goresan.
c. Teknik
lempeng tuang (Pour Plate Technique )
Teknik pour-plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di
dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan
media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa
digunakan pada uji TPC (Total Plate Count). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme
yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar. Kultivasi mikroba dengan
teknik ini dimulai dengan mengencerkan kultur bakteri yang telah ada dengan
aquades. Selanjutnya, diaduk hingga rata dengan cara memutar tabung reaksi
dengan telapak tangan selama beberapa kali. Larutan dilusi tadi sebanyak +
1 ml dituang ke dalam cawan petri. Cawan petri diputar secara perlahan-lahan di
atas meja horizontal untuk mengaduk campuran media agar dengan dilusi kultur
mikroba. Terakhir, inkubasi kultur ini pada kondisi yang sesuai. Tahapan di
atas diilustrasikan pada gambar 5 di bawah ini.
Biakan
murni yang dihasilkan, jika disimpan dalam jangka waktu yang lama akan mudah
sekali mengalami mutasi. Ini berarti, biakan murni yang disimpan terlalu lama
bukan lagi biakan murni yang semula. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang
harus dilakukan untuk mencegah atau setidaknya mengurangi kemungkinan
terjadinya mutasi, yaitu :
-
Secara periodik,
biakan harus dipindahkan ke medium baru, sebaiknya pemindahan dilakukan pada
fase log.
-
Biakan harus
disimpan pada suhu rendah dan terhindar dari radiasi.
Mikroba diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam
ampul berisis susu kering bercampur CO2 kemudian disimpan pada
tempat bersuhu rendah.
Karakteristik Biakan Mikroba
Karakteristik pertumbuhan mikroba dalam medium
pertumbuhan menunjukkan morfologi, mekanisme pembelahan, dan aktivitas
metabolismenya. Pertumbuhan antara medium cair dan medium padat memberikan
bentuk dan karakteristik yang berbeda.
Pada biakan di medium cair,
karakteristik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan mikroba, yaitu :
a.
Terbentuk
endapan
Terbentuknya
endapan menunjukkan sel mikroba membentuk agregat sehingga berat dan mengendap,
misalnya Staphylococcus aureus.
b.
Terbentuk
pelikel
Terbentuknya
pelikel disebabkan karena mikroba memiliki pili atau glikokaliks yang
menyebabkan sel yang satu melekat dengan yang
lain, misalnya Mycobacterium phlei
c.
Terlihat keruh
Terlihatnya
kekeruhan menunjukkan bahwa mikroba yang tumbuh tersebar merata dan biasanya
mikrobanya bersifat motil.
Pada biakan di medium padat,
karakteristik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan mikroba adalah dengan
terbentuknya suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk
koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk itu merupakan ciri khas
bagi suatu spesies tertentu. Pengamatan mikroba dapat dilakukan secara individual, satu persatu, maupun secara kelompok dalam bentuk
koloni, dan sifat-sifatnya dapat diketahui melalui koloni yang tumbuh di medium
permukaannya. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat
diamati tipe pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan
terhadap konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni.
Koloni yang tumbuh
terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan isolat murni. Isolasi murni
dilakukan dengan mengoleskan ose steril pada koloni dalam kultur campuran yang
benar-benar terpisah satu sama lain. Olesan tersebut digores pada media padat
agar miring dalam tabung reaksi.
Koloni yang tumbuh
dalam media ini merupakan isolat murni, yang hanya berasal dari satu jenis
bakteri saja. Koloni yang tumbuh dapat dikarakerisasi berdasarkan tipe
pertumbuhannya pada media agar miring.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar