2.1 Pengertian dan Sejarah Kemoterapi
Kemoterapi dapat didefinisikan sebagai obat – obatan kimiawi yang
digunakan untuk memberantas penyakit infeksi akibat mikroorganisme seperti
bakteri, fungi, virus, dan protozoa (plasmodium, amuba, trichomonas dll), juga
terhadap infeksi oleh cacing tanpa merusak tuan rumahnya. Obat – obatan
tersebut berkasiat memusnahkan parasit tanpa merusak jaringan.
Pustaka kuno menguraikan sediaan kemoterapi zama dulu, tetapi banyak
diantaranya merupakan obat yang tak berguna yang disertai dengan takhyul dan
sihir. Namun, beberapa dari senyawa itu ternyata mempunyai nilai menurut proses
coba – coba selama bertahun – tahun.
Sejak jaman purbakala, orang kuno telah mempraktekkan fitoterapi (phytos
yang artinya tanaman) dengan jalan mencoba – coba. Orang yunani dan aztec di
meksiko menggunakan masing – masing pakis pria (Filix mas) dan minyak chenopodi
untuk membasmi cacing dalam usus. Orang hindu sudah beribu–ribu tahun lalu
mengobati lepra dengan minyak chaulmogra dan di cina serta di pulau mentawai
sumatra barat sejak dahulu kala borok ditangani dengan jamur – jamur tertentu
sebagai pelopor antibiotika. Orang cina dan vietnam sejak dua ribu tahun lalu
menggunakan tanaman qinghaosu yang mengandung artesiminin untuk mengobati
malaria, sedangkan suku – suku indian di amerika selatan memanfaatkan kulit
pohon kina. Pada abad ke-16, air raksa mulai digunakan sebagai kemoterapeutika
pertama terhadap sifilis.
Kemoterapi modern mulai berkembang pada akhir abad ke-19. Saat itu,
peneliti dr Robert Koch dan dr Louis Pasteur membuktikan bahwa banyak penyakit
diakibatkan oleh bakteri dan protozoa. Dr Paul Ehrlich adalah sarjana pertama
yang melontarkan konsepsi dan istilah kemoterapi dan indeks terapi. Pada
penelitiannya dengan jaringan dan bakteri yang diwarnai dengan anilin dan
metilenbiru, ia menemukan khasiat bakterizid dari zat – zat tersebut. Pada
tahun 1891, ia berhasil menyembuhkan binatang yang telah terinfeksi parasit
malaria dengan metilenbiru. Dan, pada tahun 1907, ditemukan obat anti
spirokheta arsfenamin (salvarsan) yang merupakan obat standar sifilis pada
waktu itu sampai kemudian terdesak oleh ditemukannya penisilin. Kemoterapeutika
penting yang disintesa atas dasar zat – zat warna adalah obat malaria pamaquin
dan mepakrin (1930).
Dengan penemuan sulfonamida (1935) kemungkinan terapi yang ada hingga
saat itu hanya terbatas pada infeksi protozoa dan spirokheta sangat diperluar
dengan adanya bakteri lain. Antara lain, banyak penyebab penyakit fatal seperti
radang selaput otak (meningitis) dan radang paru – paru (pneumonia) mulai dapat
ditanggulangi dan disembuhkan dengan terapi sistemis, yakni melalui peredaran
darah.
Titik – titik puncak dalam
perkembangan selanjutnya, yang membuka babak baru dalam pengobatan sistemis
penyakit infeksi adalah diintroduksinya penisilin (1941) dengan khasiat dan
toksisitas sangat selektif. Antibiotikum pertama diusul oleh banyak antibiotika
lain, seperti kloramfenikol dan kelompok cefalosporin, tetrasiklin,
aminoglikosida, makrolida, polipeptida, linkomisin, dan rafimisin. Selain
sulfonamida, dikembangkan juga kemoterapeutika sintesis, seperti senyawa
nitrofuran (1944), asam nalidiksat (1962), serta turunannya (fluorkinolon,
1985), dan obat – obatan protozoa (kloroquin, proguanil, metronidazol, dll).
Dewasa ini banyak zat antimikroba baru telah diperkembangkan, yang mampu
menyembuhkan hampir semua infeksi mikroba, kecuali infeksi dengan kebanyakan
virus.
2.2 Jenis-Jenis Kemoterapi
2.2.1 Antibiotika
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan,
bios = hidup. Antibiotika merupakan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba
terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif
kecil.
Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander
Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan
digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh Profesor Howard W. Florey dan Dr.
Ernst B. Chain.
Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh
penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa
saja yang dapat digunakan sebagai obat. Beberapa cara telah digunakan secara
luas untuk mengisolasi organisme penghasil antibiotik yang berasal dari
berbagai tempat alami. Pada satu cara yang paling sederhana, tanah dari kebun
atau lapangan biasa disuspensikan dalam air steril kemudian diinokulasikan di
atas permukaan pelat agar nutrisi yang steril. Sejumlah besar koloni mikroba
biasanya akan ditemukan setelah beberapa hari diinkubasi dalam temperatur
kamar. Beberapa dari mikroorganisme ini memproduksi antibiotik dan menghambat
pertumbuhan organisme lainnya pada pelat tersebut. Hal ini menghasilkan suatu
daerah jernih di sekitar koloni yang memproduksi antibiotik, yang kemudian
dipilih untuk penelitian lebih lanjut. Selain antibiotik yang dapat diperoleh
secara alami, antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis atau semi sintetis.
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki antibiotik sehingga dapat
digunakan sebagai obat kemoterapi yaitu:
1) aktivitas spesifik yang tinggi
sehingga hanya sejumlah kecil antibiotik yang diperlukan untuk menghambat
infeksi organisme
2) peredaran dalam tubuh yang cukup
cepat dan eksresi setelah waktu tertentu
3) jarang terjadi efek samping yang
tidak dikehendaki dan efek ini harus terpulihkan
4) dapat diberikan dengan pengobatan
lain yang mungkin harus diterima oleh pasien
5) potensi anti bakteri yang cukup
sehingga mikroorganisme yang resisten tidak akan terbentuk selama pengobatan
6) kesesuaian yang memungkinkan
penggunaan dalam berbagai bentuk sediaan, termasuk pemberian secara oral
7) stabil secara kimia pada waktu
diproses menjadi produk yang murni dan dalam bentuk sediaan
8) ketersediaannya dengan harga yang
cukup rendah
Meskipun hanya sedikit antibiotik yang memiliki semua sifat diatas,
beberapa hampir mempunyai sifat tersebut. Ampisilin mempunyai aktivitas
spesifik cukup tinggi, beredar cepat dalam tubuh bila diberikan secara oral,
cukup stabil dalam pembuatan dan sediaan, serta relatif tidak mahal. Namun,
berdasarkan data yang diperoleh, sekitar 8% orang di Amerika yang sensitif
terhadap Penisilin G juga sensitif terhadap Ampisilin dan hal ini merupakan
langkah mundur utama dalam penggunaannya. Di lain pihak, beberapa antibiotik
yang tidak mampu memenuhi sebagian besar persyaratan di atas masih digunakan
secara klinik karena tidak ada alternatif lain yang baik. Termasuk diantaranya
daktinomisin, kromomisin A3, dan mitramisin yang digunakan untuk pengobatan
kanker.
Mekanisme kerja Antibiotika
Mekanisme kerja antibiotika antara lain :
1. Menghambat sintesa dinding sel,
akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan
tekanan osmosis dari plasma, akhirnya sel akan pecah (penisilin dan
sefalosporin)
2. Menghambat sintesis membran sel,
molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya, hingga bersifat
lebih permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel dapat keluar (kelompok
polipeptida)
3. Menghambat sintesis protein sel,
akibatnya metabolisme sel terganggu serta sel tidak terbentuk sempurna
(kloramfenikol, tetrasiklin)
4. Menghambat pembentukan asam-asam inti
(DNA dan RNA) akibatnya sel tidak dapat berkembang (rifampisin)
Efek samping penggunaan antibiotika
Penggunaan
antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat
menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara
lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama
kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan terjadi reaksi hipersensitif atau alergi
seperti gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi
dapat terjadi shock, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah
bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang rentan
hipersensitif tidak diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).
2. Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang
terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan
terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang
bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi
dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
3. Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul
selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab
infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan
antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di
dalam usus, saluran pernafasan dan urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat
atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru
misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans. Selain antibiotik,
obat yang menekan sistem kekebalan tubuh yaitu kortikosteroid dan
imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan supra infeksi. Khususnya, anak-anak dan orangtua sangat
mudah dijangkiti supra infeksi ini.
Penggolongan antibiotika berdasar
aktivitasnya
Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas:
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit
(narrow spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu
atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram
negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap
bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram
negatif)
2. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad
spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis
bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif.
Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan
kloramfenicol.
Kelompok antibiotika
Beberapa kelompok antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati
berbagai macam penyakit di masyarakat yaitu:
1. Golongan Penisilin
Antibiotik pertama yang ditemukan dari Alexander Fleming tahun 1928 di
London yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey untuk penggunaan
sistemik dengan menggunakan biakan Penisilium notatum. Akibat kebutuhan
penisilin dalam jumlah besar pada saat perang dunia II, kemudian digunakan
Penisilium chrysogenum yang dapat menghasilkan Penisilin lebih banyak.
Penisilin termasuk antibiotik golongan betalaktam karena mempunyai rumus
bangun dengan struktur seperti cincin ?-lactam yang merupakan syarat mutlak untuk
menunjukan khasiatnya. Jika cincin menjadi terbuka misalnya oleh enzym ?
lactamase (penisilinase) maka khasiat anti bakteri (aktivitas) antibiotik
penisilin menjadi lenyap.
Mekanisme kerja:
Penisilin
merintangi/menghambat pembentukan/sintesis dinding sel bakteri sehingga bila
sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka bertambahnya
plasma atau air yang terserap melalui osmosis akan menyebabkan dinding sel
pecah sehingga bakteri menjadi mati.
Resistensi:
Pemakaian
yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri terutama golongan Stafilococcus dan
Eschericia coli menjadi resisten terhadap penisilin. Resistensi bakteri ini
terbentuk dengan cara membentuk enzim ?-lactamase yang pembentukannya dikode
dalam plasmid. Sebelumnya hanya bakteri Stafilococcus dan Eschericia coli yang
memiliki kemampuan tersebut namun gen dari bakteri tersebut ditransfer ke
bakteri lain dengan mekanisme seksual sehingga banyak bakteri telah memiliki kemampuan
ini dan resistensi telah disebarluaskan dengan cepat.
Efek samping:
Efek
samping yang sering timbul akibat pemakaian antibiotik penisilin yaitu reaksi
alergi karena hipersensitif. Reaksi alergi terhadap terapi penisilin disebabkan
oleh terbentuknya protein asing dalam tubuh yang bersifat antigenic. Protein
serum diasilasi oleh penisilin dan hasilnya yang berupa protein penisiloil
adalah suatu zat antigenik yang
menyebabkan produksi antibody bersangkutan. Apabila seorang pasien yang telah
diobati dengan penisilin menunjukkan gejala respon alergi, dapat diberikan
suntikan penisilinase yang dimurnikan, yang akan menghancurkan antibiotik
dengan jalan mengubahnya menjadi asam penisiloat.
Derivat (turunan) Penisilin
Berdasarkan
perkembangannya, terbentuk derivat-derivat penisilin seperti di bawah ini :
a. Penisilin spektrum sempit :
1) Benzil penisilin = Penisilin G
Tidak tahan asam lambung, sehingga
pemberian secara oral akan diuraikan oleh asam lambung, karena itu
penggunaannya secara injeksi atau infus intra vena.
2) Penisilin V = Fenoksimetil Penisilin
Penisilin ini tahan asam lambung,
pemberian sebaiknya dalam keadaan sebelum makan.
3) Penisilin tahan Penisilinase
Derivat ini hampir tidak terurai oleh
penisilinase, tapi aktivitasnya lebih ringan dari penisilin G dan penisilin V.
Umumnya digunakan untuk kuman-kuman yang resisten terhadap obat-obat tersebut.
Contohnya kloksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin.
Kombinasi kloksasilin dengan asam
klavulanat menghasilkan efek sinergisme dengan khasiat 50 kali lebih kuat,
efektif terhadap E. coli, H. influenza dan Staphylococcus aureus. Asam
klavulanat adalah senyawa ?-lactam dari hasil fermentasi Streptomyces
clavuligerus.
b. Penisilin spektrum luas:
1) Ampisilin
Spektrum kerjanya meliputi banyak kuman
gram positif dan gram negatif yang tidak peka terhadap penisilin-G. Khasiatnya
terhadap kuman-kuman gram positif lebih ringan daripada penisilin-penisilin
spektrum sempit. Banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi atau
peradangan pada saluran pernafasan (bronkitis), saluran penceranaan (desentri),
dan infeksi saluran kemih.
2) Amoksilin
Spektrum kerjanya sama dengan ampisilin,
tetapi absorbsinya lebih cepat dan lengkap. Banyak digunakan terutama pada bronkitis menahun dan infeksi saluran
kemih.
Obat Generik, indikasi, kontra indikasi
dan efek samping.
1. Benzil
Penisilin (Penisilin G).
Indikasi
Infeksi tenggorokan, otitis media,
streptococus endo karditis, meningo
kokus, meningitis, pnemonia dan profilaksis amputasi pada lengan dan
kaki.
Kontra indikasi
Hipersensitivitas (alergi) terhadap
penisilin
Efek
samping
Reaksi alergi berupa urtikaria, nyeri
sendi, syok anafilaktik, diare.
Sediaan
Benzatin Penisilin G (generik) Injeksi
2. Fenoksi Metil Penisilin (Penisilin V)
Indikasi
Tonsilitis, otitis media, demam rematik,
profilaksis infeksi pneumokokus.
Kontra indikasi dan efek samping sama
dengan Benzil Penisilin.
Sediaan
Phenoxymethyl Penicillin (generik), tablet 250mg, 500mg.
3. Ampisilin
Indikasi
Infeksi saluran kemih, otitis media,
sinusitis, bronkitis kronis, salmonelosis,
gonorrhoe.
Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap penisilin
Efek samping
Mual,diare, ruam, kadang-kadang kolitis
Sediaan
Ampisilin (generik) Kapsul 250mg, Kaptab 500mg serbuk injeksi,
sirup kering.
Cara penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, pada suhu
tidak lebih dari 25o C
4. Amoksisilin
Indikasi
(lihat ampisilin), juga untuk
profilaksis endokarditis dan terapi tambahan
Kontra indikasi dan efek samping sama
dengan ampisilin.
Sediaan
Amoksisilin (generik), kapsul 250 mg,
kaptab 500mg, serbuk injeksi , sirup kering.
Cara penyimpanan
Dalam botol tertutup rapat.
5. Co Amoksiklav (amoksisilin-asam
klavulanat).
Kontra Indikasi dan Efek Samping sama
dengan ampisilin.
Sediaan
Coamoksiklav (generik), kaptab
Spesialite obat-obat penisilin.
NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1
Benzilpenisilin
Prokain Penisilin G Meiji
Meiji Indonesia
Panadur LA
Sunthi Sepuri
2
Penisilin V
Fenocin
Dumex Alpharma Indonesia
Ospen
Novartis Indonesia
3
Kloksasilin
Ikaclox
Ikapharmindo
4
Ampicillinum
Penbritin
Beecham
Omnipen
Wyeth
Viccilin
Meiji
5
Amoksisillin
Amoxil
Beecham
(Amoxicillinum)
Topcillin
Dankos
Ospamox
Biochemi
6
Co-Amoxyclav
Augmentin
Beecham
Clavamox
Kalbe Farma
2. Golongan Sefalosforin
Sefalosporin diperoleh dari biakan Cephalosporinum acremonium. Seperti
halnya penisilin, daya antimikrobanya terletak pada cincin ? lactam, dengan
mekanisme kerja berdasarkan perintangan sintesis dinding sel.
Walaupun aktivitasnya luas, namun sefalosporin bukan merupakan obat
pilihan pertama untuk penyakit manapun, karena masih terdapat obat – obat lain
yang kurang lebih sama khasiatnya dan
jauh lebih murah harganya.
Efek samping yang terpenting pada penggunaan oral berupa gangguan
lambung-usus dan reaksi reaksi alergi seperti penisilin, yakni rash, urticaria,
anafilaksis. Alergi silang sering terjadi dengan derivat penisilin.
Mekanisme kerja:
Bersifat
bakterisida dengan spektrum kerja luas terhadap banyak bakteri gram positif dan
negatif, termasuk E.coli, Klebsiella dan Proteus. Sefalosporin resisten
terhadap asam penghidrolisis dari penisilanase dan kemampuannya relatif rendah
untuk mengikat serum.
Obat Generik, indikasi, kontra indikasi
dan efek samping
1. Sefaklor
Indikasi
Infeksi bakteri gram positif dan gram
negatif
Kontra indikasi
hipersensitiv terhadap sefalosporin,
porfiria
Efek samping
diare dan kolitis, mual muntah, sakit
kepala
Sediaan
Cefaclor (generik) kapsul 250mg, 500mg
2. Sefadroksil
Indikasi, kontra indikasi dan efek
samping lihat sefaklor
Sediaan
Cefadroksil (generik), kapsul 250mg,
500mg, sirup kering.
3. Sefotaksim
Indikasi, kontra indikasi dan efek
samping lihat sefaklor
Sediaan
Cefotaxime (generik) serbuk inj
4. Seftazidim
Indikasi, kontra indikasi dan efek
samping lihat sefaklor
Sediaan
Ceftazidime (generik) serbuk injeksi
5. Seftriakson
Indikasi, kontra indikasi dan efek
samping lihat sefaklor
Sediaan
Ceftriaxone (generik) serbuk injeksi.
6. Sefuroksim
Indikasi
Profilaksis tindakan bedah, lebih aktif
terhadap Haemophilus. influenzae, dan N.gonorrhoeae.
Kontra indikasi dan efek samping lihat
sefaklor
Sediaan
Cefuroxime (generik) serbuk injeksi.
7. Sefaleksin
Indikasi, kontra indikasi dan efek
samping lihat sefaklor
Sediaan
Cephalexin (generik) kapsul 250 mg,
500mg
8. Sefradin
Indikasi
Profilaksis bedah (lihat sefaklor).
Kontra indikasi dan efek samping lihat
sefaklor
Sediaan
Cephradin (generik) kaps 250mg,
500mg, sirup kering.
9. Sefazolin
Indikasi
Profilaksis bedah (lihat sefaklor).
Kontra indikasi dan efek samping lihat
sefaklor
Sediaan
Sefazolin (generik), serbuk inj
Spesialite obat-obat golongan
sefalosporin.
NO
GENERIK dan LATIN
DAGANG
PABRIK
Sefadroksil
Duricef
Bristol-Myers Squib
Cefat
Sanbe Farma
Sefotaksim
Claforan
Hoechst
Clacef
Dexamedica
Sefaleksin(Cephalexinum)
Tepaxin
Takeda
Cefabiotic
Bernofarm
Ospexin
Novartis
Seftriaxone
Rocephin
Roche
Sefradin(Cephadrinum)
Velocef
Bristol-Myers Squib
Ceficin
Kalbe Farma
Sefazolin
Cefacidal
Squib
Sefaklor
Ceclor
Tempo
Cloracef
Ethica
Sefuroksim
Cefurox
Prafa
Kalcef
Kalbe Farma
Zinnat
Glaxo Wellcome
Seftazidim
Ceftum
Dexamedica
3. Golongan Aminoglikosida
Golongan ini ditemukan dalam rangka mencari anti mikroba untuk mengatasi
kuman gram negatif. Tahun 1943 berhasil diisolasi suatu turunan Streptomyces
griseus yang menghasilkan streptomisin, yang aktif terutama terhadap mikroba
gram negatif termasuk terhadap basil tuberkulosis.
Kemudian
ditemukan lagi berbagai antibiotik lain yang bersifat mirip streptomisin
sehingga antibiotik ini dimasukan dalam satu kelompok yaitu antibiotik golongan
aminoglikosida. Golongan ini mempunyai 2 atau 3 gugusan amino pada rumus
molekulnya.
Mekanisme kerja
Aktivitasnya
adalah bakterisida berdasarkan dayanya untuk penetrasi dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses transkripsi dan translasi (RNA
dan DNA) diganggu sehingga sintesis proteinnya dikacaukan.
Penggolongan
Berdasarkan rumus kimianya digolongan
sebagai berikut :
a) Steptomisin
Diperoleh
dari steptomyces griseus oleh Walksman pada tahun 1943 dan sampai sekarang
penggunaannya hampir terbatas hanya untuk tuberkulosa.
Toksisitasnya
sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke-8 yang
melayani organ keseimbangan dan pendengaran. Gejala-gejala awalnya adalah sakit
kepala, vertigo, mual dan muntah. Kerusakan bersifat bersifat revesible,
artinya dapat pulih kembali kalau penggunaan
obat diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya.
Resistensinya
sangat cepat sehingga dalam penggunaan harus dikombinasi dengan INH dan PAS Na
atau rifampisin. Pemberian melalui parenteral karena tidak diserap oleh saluran
cerna. Derivat streptomisin, dehidrostreptomisin, menyebabkan kerusakan organ
pendengaran lebih cepat dari streptomisin sehingga obat ini tidak digunakan
lagi sekarang.
b) Neomicin
Diperoleh
dari Streptomyces fradiae oleh Waksman. Tersedia untuk penggunaan topikal dan
oral, penggunaan secara parenteral tidak
dibenarkan karena toxis. Karena baik sebagai antibiotik usus (aktif terhadap
bacteri usus) maka digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi. Penggunaan
lokal banyak dikombinasikan dengan antibiotik lain (polimiksin B, basitrasin)
untuk menghindari terjadinya resistensi.
c) Kanamisin
Diperoleh
dari Streptomyces Kanamyceticus oleh Umezawa pada tahun 1955. Persediaan dalam
bentuk larutan atau bubuk kering untuk injeksi. Pemakaian oral hanya
kadang-kadang diberikan untuk infeksi usus, atau membersihkan usus untuk
persiapan pembedahan.
Berkhasiat
bakteriostatik pada basil TBC, bahkan yang resisten terhadap streptomisin
sehingga menjadi obat pilihan kedua bagi penderita TBC. Juga digunakan dalam
pengobatan infeksi saluran kemih oleh pseudomonas (suntikan) Efek sampingnya
gangguan kesimbangan dan pendengaran, toksis terhadap ginjal.
d) Gentamisin
Diperoleh
dari Mycromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap infeksi oleh kuman garam
negatif seperti Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter yang dapat
menyebabkan penyakit antara lain meningitis, osteomielitis pneumonia, infeksi
luka bakar, infeksi saluran kencing, telinga, hidung dan tenggorokan.
Sebaiknya
penggunaan gentamisin secara sistemis hanya diterapkan pada infeksi-infeksi
yang berat saja, dan penggunaan gentamisin secara topikal khususnya di
lingkungan rumah sakit dibatasi agar tidak terjadi resistensi pada kuman-kuman
yang sensitif.
Efek
sampingnya gangguan keseimbangan dan pendengaran toksis terhadap ginjal
Sediaan :
dalam bentuk injeksi dan salap (topikal)
Obat generik : Gentamisin (generik)
Cairan inj. 10 mg/ml, dan 40 mg/ml.
e) Framisetin
Diperoleh
dari Streptomyces decaris. Rumus kimia dan khasiatnya mirip Neomisin. Hanya di
gunakan secara lokal saja, misalnya salap atau kasa yang diimpragnasi.
.NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1. 1
Kanamisina Sulfat
Kanabiotic
Kanarco
Kanoxin
Berno Farma
Ponco
Dumex Alpharma
2. 2
Gentamisina
Ottogenta
Pyogenta
Sagestam
Garamycin
Otto
Kalbe Farma
Sanbe Farma
Schering
3. 3
Tobramisina Sulfat
Tobryne
Nebcin
Fahrenheit
Tempo Scan Pasific
4. 4
Neomisin Sulfat
Neobiotic
Bernofarm
(Neomycini Sulfat)
5. 5
Framisetin
Sofra Tulle
Darya Varia
(Framycetin)
Daryant-Tulle
Darya Varia
6. 6
Streptomisin (Streptomycini)
Sterptomycin Meiji
Meiji
7. 7
Amikasin (Amikacini)
Amikin
BMS
4. Golongan Kloramfenikol
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1974 dari Streptomyces venezuelae.
Merupakan antibiotik dengan spektrum luas dan memiliki daya antimikroba yang
kuat maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun 1950 ketika
diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal.
Karena toksisitasnya, penggunaan sistemik sebaiknya dicadangkan untuk
infeksi berat akibat Haemophilus influenzae, demam tifoid, meningitis, abses
otak dan infeksi berat lainnya. Bentuk tetes mata sangat bermanfaat untuk
konjungtivitis bakterial.
Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sangat sulit larut dalam air
(1 : 400) dan rasanya sangat pahit, maka untuk anak-anak digunakan bentuk
esternya yaitu K-Palmitat dan K -Stearat/ Suksinat yang tidak pahit rasanya dan
dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam tubuh bentuk ester akan diubah menjadi
kloramfenikol aktif.
Mekanisme kerja
Menghambat sintesis protein bakteri. Polimerisasi asam amino menjadi
polipeptida dihambat.
Efek samping
* Kerusakan sumsum tulang belakang yang
mengakibatkan pembuatan eritrosit terganggu sehingga timbul anemia aplastis.
* Gangguan gastrointestinal: mual,
muntah, diare,
* Gangguan neuron: sakit kepala,
neuritis optik, neuritis perifer
* Pada bayi atau bayi prematur dapat
menyebabkan gray sindrome.
Penggunaan
Kloramfenikol
merupakan drug of choice = obat pilihan untuk thypus-abdominalis dan infeksi
parah meningitis, pneumonia (disebabkan Haemophilus influenzae). Sebaiknya
tidak diberikan pada bayi prematur untuk menghindari gray sindrom karena enzim
perombakan di hati bayi belum aktif, ibu hamil dan menyusui.
Derivat
kloramfenikol ialah tiamfenikol, dipakai sebagai pengganti kloramfenikol karena
dianggap lebih aman (namun belum terdapat cukup bukti untuk itu)
Obat Generik
* Kloramfenicol (generik) Kapsul 250 mg,
suspensi 125 mg/5 ml
* Tiamfenicol (generik) kapsul 250
mg, 500 mg.
NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1
Kloramfenicol
Chloramex
Dumex Alpharma ind
Colme
Interbat
Colsancetine
Sanbe
Kalmicetin
Kalbefarma
Kemicetine
Carloerba / Dankos
2
Tiamfenikol
Biothicol
Sanbe
Urfamycin
Zambon
Thiamycin
Interbat
Thiambiotic
Prafa
5. Golongan Tetrasiklin
Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah
klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian
ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat
secara semi sintetis dari klortetrasiklin.
Tetrasiklin
merupakan antibiotik dengan spektrum luas, bersifat bakteriostatik dan
mekanisme kerjanya dengan jalan menghambat sintesa protein bakteri. Penggunaan
saat ini semakin berkurang karena masalah resistensi.
Sifat kimia
Berwarna
kuning, bersifat amfoter dan mudah terurai oleh cahaya menjadi anhidro dan epi
tetrasiklin yang toksis untuk ginjal. Tetrasiklin yang telah mengalami penguraian mudah dilihat dari
sediannya yang berwarna kuning tua sampai coklat tua. Tetrasiklin harus
disimpan.di tempat yang kering, terlindung dari cahaya.
Dengan
logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) membentuk kompleks yang inaktif, maka
tetrasiklin tidak boleh diminum bersama
dengan susu dan obat yaitu obat antasida.
Penggunaan
Tetrasiklin
banyak digunakan untuk mengobati bronchitis akut dan kronis, disentri amoeba,
pneumonia, kolera, infeksi saluran empedu. Penggunaan lokal sering dipakai
karena jarang menimbulkan sensitasi.
Efek samping
* Mual, muntah-muntah, diare karena
adanya perubahan pada flora usus.
* Mengendap pada jaringan tulang dan
gigi yang sedang tumbuh (terikat pada
kalsium) menyebabkan gigi menjadi bercak-bercak coklat dan mudah berlubang
serta pertumbuhan tulang terganggu.
* Foto sensitasi
* Sakit kepala, vertigo
Peringatan/larangan
* Tidak boleh diberikan pada anak-anak
di bawah 8 tahun, ibu hamil dan menyusui
* Tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
fungsi hati.
Kontra indikasi
Penderita
yang hipersensitif terhadap tetrasiklin
Anggota golongan tetrasiklin yang lain
* Klortetrasiklin, diberikan secara
oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu
* Oksitetrasiklkin (generik), cairan
injeksi 50 mg/ vial : diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi
dihambat oleh susu
* Doksisiklin, bersifat long akting,
absorbsi tidak dihambat baik oleh makanan maupun susu
* Minosiklin, dianjurkan untuk
meningitis, bronchitis dan jerawat. Pemberian secara oral.
.NO
GENERIK
NAMA DAGANG
PABRIK
1
Tetrasiklin
Dumocycline
Dumex Alphara ind
Super Tetra
Darya Varia
Tetra Sanbe
Sanbe
2
Doxycycline
Dotur
Novartis Indonesia
Interdoxin
Interbat
3
Oxytetracycline
Teramycin
Pfizer Indonesia.
4
Minosiklin
Minocin
Phaphros.
6. Golongan Makrolida
Kelompok ini memiliki rumus bangun berupa cincin lakton besar (makro)
yang terikat pada turunan gula (1,2). Kelompok antibiotik ini terdiri dari
eritromisin dan spiramisin
a) Eritromisin
Dihasilkan oleh Streptomyces erythreus. Berkhasiat sebagai
bakteriostatik, dengan mekanisme kerja merintangi sintesis protein bakteri.
Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam (mudah terurai oleh asam
lambung) dan kurang stabil pada suhu kamar. Untuk mencegah pengrusakan oleh
asam lambung maka dibuat tablet salut selaput atau yang digunakan jenis
esternya (stearat dan estolat) .
Karena memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin,
maka obat ini digunakan sebagai alternatif pengobatan pengganti penisilin, bagi
yang sensitif terhadap penisilin.
Sediaan: Erytromisin (generik) kapsul
250 mg, 500 mg, sirup kering 200 mg/5 ml
b) Spiramisin
Spektrum kegiatannya sama dengan eritromisin, hanya lebih lemah.
Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan mulut, tenggorokan dan saluran
pernafasan lebih baik dari Eritromisin.
Sediaan : Spiramisin (generik) tabl. 250 mg, 500 mg.
NO
GENERIK
NAMA DAGANG
PABRIK
1
Erytromisin
Erysanbe
Sanbe
Erythrocyn
Abbot Indonesia
2
Spiramisin
Rovamycine
Rhone Poulenc Ind
Spiradan
Dankos
3.
Roxythromycin
Rulid
Hoechst
4
Azithromycin
Zithromax
Pfizer
Zycin
Interbat
7. Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
- Rifampisin
Antibiotik yang dihasilkan dari Streptomyces mediterranei. Berkhasiat
bakteriostatik terhadap mikobakterium tuberculosa dan lepra. Penderita dengan
pengobatan rifampisin perlu diberitahu bahwa obat ini dapat menyebabkan warna
merah pada urin, dahak, keringat dan air mata, juga pemakai lensa kontak dapat
menjadi merah permanen.
- Asam fusidat
Dihasilkan oleh jamur antara lain Fusidum coccineum. Merupakan
satu-satunya antibiotik dengan rumus steroid Aktifitasnya mirip penisilin
tetapi lebih sempit. Berkhasiat bakteriostatik berdasarkan penghambatan
sintesis protein bakteri. Khususnya dianjurkan pada radang sumsum tulang,
biasanya obat ini dikombinasikan dengan eritromysin atau penisilin
NO
GENERIK
NAMA DAGANG
PABRIK
1
Rifampicin
Kalrifam
Kalbe Farma
Rifam
Dexamedica
Rifamtibi
Sanbe Farma
2
Asam fusidat
Rucidin
Leo Pharmaceutical
8. Golongan lain-lain
Kelompok ini terdiri dari :
* Linkomisin
* Klindamisin
* Golongan Kuinolon
a) Linkomisin
Berasal dari Streptomyces lincolnensis,
memiliki khasiat bakteriostatik terhadap gram positif dengan spektrum
lebih sempit dari eritromisin. Merupakan obat pilihan ke kedua bagi kuman yang
resisten terhadap penisilin khususnya pada radang tulang (osteomielitis)
b) Klindamisin
Merupakan derivat linkomisin. Sejak tahun 1981 digunakan sebagai lotion
untuk pengobatan jerawat.
c) Golongan Kuinolon :
Obat golongan ini bekerja dengan jalan menghambat pembentukan DNA kuman.
Interaksi golongan kuinolon, bila muncul tanda inflamasi atau nyeri pada
tendon, maka pemakaian obat harus dihentikan dan tendon yang sakit harus
diistirahatkan sampai gejala hilang. Golongan ini terdiri dari :
1) Asam Nalidiksat
Efektif untuk infeksi saluran kemih. Preparat : Asam nalidiksat (generik
) tablet 500 mg. Di Indonesia saat ini,
juga beredar asam pipemidat
2) Ofloksasin.
Digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran nafas bawah, gonorrhoe.
Kontra indikasi : untuk pasien epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal,
wanita hamil/ menyusui. Sediaan:
Ofloksasin (generik) tabl 200 mg, 400 mg
3) Siprofloksasin
Terutama aktif terhadap kuman gram negatif termasuk salmonella dan
shygella. Meskipun aktif terhadap kuman gram positif seperti Str. pneumonia
tapi bukan merupakan obat pilihan utama
untuk Streptococcus pneumonia.
Siprofloksasin terutama digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran cerna (termasuk Thypus
abdominalis) dan gonorrhoe. Tidak dianjurkan untuk anak remaja yang sedang
dalam pertumbuhan. Dapat menimbulkan tremor, gagal ginjal, sindrom Steven
Johnson dan lain-lain. Hati-hati untuk pengendara karena dapat menurunkan
kewaspadaan. Sediaan: Ciprofloksasin (generik ) tablet 200 mg, kaptab 500 mg
4) Norfloksasin
Indikasi: efektif untuk infeksi saluran
kemih
Kontra Indikasi: dapat menimbulkan
anoreksia, depresi, ansietas dan lain– lain.
Perhatian: hati-hati pada pengendara
karena dapat mengurangi kewaspadaan.
Spesialite obat-obat golongan Kuinolon.
NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1
Ciproflokxacin
Ciproxin
Bayer
Baquinor
Sanbe Farma
2
Ofloxacin
Tarivid
Kalbe/Daichi
3
Lincomycin
Lincocin
Up John
4
Nalidixic Acid
Negram
Sanofi
2.2.2 Anti Tuberkulosis
(Tuberkulostatistika)
Anti tuberculosis adalah obat-obat atau kombinasi obat yang diberikan
dalam jangka waktu tertentu untuk mengobati penderita tuberkulosis.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis, yang pada umumnya dimulai dengan membentuk
benjolan-benjolan kecil di paru-paru dan ditularkan lewat organ pernafasan.
Kuman TBC pertama kali ditemukan oleh dr Roberet Koch (1882).
Selain paru-paru, organ tubuh lain yang dapat dijangkiti kuman TBC
adalah tulang, ginjal, kulit dan otak. Sampai saat ini di Indonesia penyakit
TBC masih merupakan penyakit rakyat yang banyak mengambil korban, hal ini
disebabkan:
* Masih kurangnya kesadaran untuk hidup
sehat.
* Perumahan yang tidak memenuhi
syarat.(ventilasi dan masuknya cahaya matahari)
* Kebersihan/hygiene
* Kurang gizi/gizi tidak baik.
Penularan kuman TBC dapat melalui:
* Saluran pernafasan (sebaiknya
penderita menutup mulut dengan sapu tangan ketika batuk atau bersin.
* Lewat makanan dan minuman
Penularan TBC dapat dihindari dengan cara menggunakan desinfektan pada
sapu tangan atau barang-barang yang digunakan, dan mengusahakan agar ruangan
tempat penderita mempunyai ventilasi yang baik.
Cara pencegahan TBC adalah dengan memberikan vaksinasi sedini mungkin
pada bayi-bayi yang baru lahir. Vaksin yang digunakan adalah vaksin BCG (Basil
Calmette Guerin). Untuk menentukan seseorang terinfeksi oleh basil TBC atau
tidak biasanya dilakukan dengan reaksi Mantoux , yaitu penyuntikan yang
dilakukan dilengan atas dengan tuberkulin (filtrat dari pembiakan basil TBC).
Bila ditempat penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang tersebut
tidak terinfeksi TBC.
Pengobatan
Sebelum ditemukan obat-obat yang dapat memusnahkan penyebab penyakit,
bentuk pengobatan terbatas pada terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan
menghilangkan demam, istirahat total di sanatorium dan diet makanan bergizi
yang kaya lemak dan vitamin A.
Obat TBC yang pertama kali ditemukan adalah streptomisin, disusul
kemudian dengan PAS dan INH. Sampai tahun 1970-an kombinasi standar untuk
pengobatan TBC menggunakan ketiga obat di atas. Sesudah tahun 1970 kombinasi
standar untuk TBC menjadi INH,
ethambutol dan rifampisin.
Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas
bermasyarakat seperti biasa karena tidak lagi menularkan kuman TBC. Basil TBC
terkenal sangat ulet dan sulit ditembus zat kimia (obat) karena dinding sel
bakteri mengandung banyak lemak dan lilin (wax), sehingga pengobatan TBC
memerlukan periode waktu yang cukup lama .
Tujuan pengobatan kombinasi :
* Mencegah resistensi
* Praktis karena dapat diberikan sebagai
dosis tunggal.
* Mengurangi efek samping.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi
dan Efek samping
1. Rifampisin
Indikasi
Pengobatan,tuberkulosis,
lepra,meningitis
Kontra indikasi
Pasien kelainan hati, wanita hamil dan
menyusui
Efek samping
Mual,muntah, diare, pusing, ganguan
penglihatan
Peringatan
Perlu penerangan rifampisin menyebab-kan
warna merah pada urin, tinja, liur, dahak keringat,dan air mata.
Sediaan
Rifampisin (generik), kapsul 300mg,
450mg, kaptab 600mg
2. Ethambutol
Indikasi
Tuberkulosis dengan kombinasi bersama
obat lain
Kontra indikasi
anak dibawah 6 thn, neuritis optik,
gangguan visual.
Efek samping
Neuritis optik, buta warna merah/hijau,
neuritis perifer
Sediaan
Etambutol (generik), tabl 250mg, 500mg
Cara penyimpanan
Wadah kedap udara
3. Isoniazid
Indikasi
Tuberkulosis, kombinasi dengan obat
lain. Khasiat tuberkulostatik paling kuat dibanding obat lain.
Kontra indikasi
Penyakit hati, gangguan fungsi ginjal
Efek samping
Neuropati perifer (ganguan saraf dengan
gejala kejang-kejang) yang dapat dicegah dengan pemberian pyridoxin (vitamin
B6). INH kalau digunakan sebagai obat tunggal,
resistensinya sangat cepat.
Sediaan
INH (generik) , tabl 100mg,300mg
4. Pyrazinamid
Indikasi
Tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat
lain, khasiatnya diperkuat oleh isoniazida
Kontra indikasi
Penderita ganguan hati
Efek samping
Hepatotoksik (menimbulkan kerusakan
hati) terutama pada dosis lebih dari
2 g/hari
Sediaan
Pyrazinamide (generik), tbl 500mg)
Cara penyimpanan
Wadah kedap udara terlindung dari sinar
Spesialite obat-obat TBC.
GENERIK dan LATIN
DAGANG
PABRIK
1
Isoniazid (Isoniazidum)
INH Ciba
Novartis Indonesia
Isonex
Dumex
2
Rifampisin (Rifampicinum)
Rifabiotic
Bernofarm
Rifamtibi
Sanbe
3
Pyrazinamid (Pyrazinamidum)
Pezeta
Novartis Indonesia
4
Ethambutol
Cetabutol
Soho
Kalbutol
Kalbe farma
Etibi
Rocella
5
Isoniazida+Vit B6
Pehadoxin
Phapros
Inoxin
Dexa Medica
6
INH+Vit B6+Ethambutol
Intam 6
Rhone P
Meditam
Medikon
Mycotambin-INH Forte
UAP
7
Rifampicin+INH
Rimetazid
Biochemie
Ramicin-Iso
Westmont
2.2.3 Anti Lepra (Leprostatika)
Lepra atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang terutama merusak
jaringan-jaringan saraf. Pembangkitnya Mycobacterium leprae ditemukan oleh
dokter Norwegia Hansen (1873), memiliki sifat-sifat yang mirip dengan basil
TBC, yaitu sangat ulet karena mengandung banyak lemak dan lilin yang sukar
ditembusi obat, juga pertumbuhannya lambat sekali setelah waktu inkubasi yang
lama, lebih kurang satu tahun.
Di Indonesia terdapat kurang lebih 100.000 pasien lepra yang diobati di
sejumlah rumah sakit khusus (Leproseri) yang diawasi oleh Lembaga Kusta
Departemen Kesehatan.
Pencegahan
Tes Lepromin adalah suatu injeksi intrakutan dari suspensi jaringan
lepra dan digunakan untuk menetapkan apakah
seseorang memiliki daya tangkis cukup terhadap lepra bentuk – L. Hasil
tes negatif berarti orang tersebut sangat peka untuk infeksi dengan bentuk
tersebut.
Pada tahun 1965 telah dibuktikan di Uganda, bahwa vaksinasi BCG
memberikan perlindungan yang lumayan
terhadap infeksi dengan bentuk – L.
Pengobatan
Sejak dahulu kala obat satu-satunya terhadap lepra adalah minyak
kaulmogra, yang efektif untuk meredakan gejala-gejalanya tanpa menyembuhkan
penyakit.
Pada tahun 1950 ditemukan dapson yang mampu menghentikan pertumbuhan
basil lepra, yang kemudian lama-kelamaan akan dimusnahkan oleh sistem tangkis
tubuh sendiri. Kemudian ditemukan leprostatika lain antara lain thiambutosin,
klofazimin dan rifampisin.
WHO menganjurkan sebagai terapi pilihan pertama suatu kombinasi dari
dapson dengan rifampisin atau klofazimin selama sekurang-kurangnya 6 bulan.
Kemudian disusul dengan monoterapi dapson selama 5 – 7 tahun pada bentuk
tuberkuloid, dan seumur hidup pada bentuk – L dan borderline.
Efek samping
Yang terpenting adalah reaksi lepra yaitu suatu reaksi alergi yang
diakibatkan oleh basil mati yang berjumlah besar di dalam jaringan-jaringan.
Gejala-gejala berupa demam tinggi, radang dan nyeri sendi, rasa lelah dan habis
tenaga, khusus pada bentuk – L terjadi benjol-benjol merah kebiruan. Semula
diduga bahwa reaksi-reaksi ini merupakan efek samping khusus dari dapson,
tetapi kemudian ternyata dapat juga ditimbulkan oleh leprostatika lainnya
kecuali klofazimin.
Untuk mengatasi gejala-gejala ini, obat lepra sering dikombinasi dengan
asetosal atau sedativa, atau jika lebih hebat bisa diberikan zat supresif
(penekan) seperti kortikosteroid. Obat lepra tidak boleh dihentikan atau
dikurangi dosisnya berhubungan meningkatnya bahaya resistensi.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi
dan efek samping
1. Dapson : diaminodifenilsulfon (DDS) )
Rumus bangun obat ini mirip sulfonamida
:
R-NH-C6H4-SO2-R.
Spektrum
kerja kurang lebih sama, namun kegiatannya lebih kurang 10 kali lebih
kuat, sekaligus lebih toksis.
Indikasi
Leprostatik kuat berdasarkan persaingan
terhadap PABA
Kontra indikasi
-
Efek samping
Sukar tidur dan anemia ringa, demikian
pula agranulositosis.
Sediaan
Dapson (generik) tablet 50mg,100mg.
Cara penyimpanan
Terlindung dari sinar
Lama pengobatan
Dapson tidak mematikan baksil lepra,
maka meskipun gejala-gejala klulit dan luka-luka dalam beberapa bulan lenyap,
kuman masih tetap berada dalam selaput lendir, kulit dan saraf. Karena itu
terapi harus diteruskan hingga kuman lenyap sama sekali dari jaringan-jaringan
tersebut untuk bentuk-T kurang lebih 3 tahun, dan untuk bentuk – L setelah
kurang lebih 5 tahun
2. Rifampisin
Antibiotik ini merupakan obat satu-satunya yang bekerja leprosid
terhadap basil lepra. Kerjanya lebih cepat dan efektif dari pada dapson. Dalam
waktu 3-4 minggu bentuk – L yang ganas sudah menjadi tidak bersifat menular
lagi. Resistensi dapat timbul dalam waktu singkat.
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping sama seperti obat anti TBC.
3. Klofazimin
Obat ini memiliki khasiat leprostatik yang sama kuatnya dengan dapson.
Setelah pengobatan beberapa bulan sebagian besar basil di dalam mukosa dan
kulit dimusnahkan, kecuali di tempat-tempat yang sulit, misalnya saraf dan
otot-otot polos yang memerlukan waktu lebih lama. Sama dengan waktu yang
diperlukan dapson untuk mengeluarkan seluruh kuman mati dari jaringan.
Klofazimin juga berkhasiat anti radang dan mencegah terjadinya
benjol-benjol pada bentuk -L.
E.Samping : gatal-gatal dan kulit
kering, juga gangguan lambung-usus, terjadi ,warna coklat kehitaman pada
lesidan kulit yang terkena sinar mata hari, perubahan warna rambut dll
Sediaan Generik: -
Spesialite obat-obat anti lepra.
GENERIK dan LATIN
DAGANG
PABRIK
1
Diamino Difenil Sulfon (DDS)
Dapson
Indofarma
2
Clofazimine
Lamprene
Novartis
2.2.3 Anti Jamur (Antimikotika)
Antimikotika yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Antibiotika : griseofulvin dan
antibiotika-polyen (amfoterisin B, nistatin, dan natamisin), yang pada umumnya
bekerja fungistatis. Mekanisme kerjanya adalah melalui pengikatan diri pada
ergosterol yang mutlak dibutuhkan jamur untuk pembentukan dinding selnya.
Akibatnya adalah kerusakan membran sel dan peningkatan permeabelitasnya,
sehingga komponen intraseluler yang penting untuk kehidupan sel merembes
keluar. Akhirnya sel-sel tersebut mati.
1. Griseofulvin
Griseofulvin dihasilkan oleh Penicillium
Griseofulvum dan pada gangguan oral berkasiat fungistatis terhadap banyak
dermatosit. Mekanisme kerjanya melalui penghambatan sintesa RNA. Resorpsinya di
usus kurang baik, karena sukar sekali melarut, tetapi dapat diperbaiki dengan
menggunakan serbuk yang sangat halus (microfine) atau diminum dengan makanan berlemak.
Sebagian besar zat dikeluarkan lewat tinja dalam keadaan utuh. Bagian yang
terserap akan mendifusi ke dalam lapisan tanduk (keratin) dari kulit (stratum
corneum), kuku, dan akar rambut. Maka, griseofulvin efektif untuk mengobati
infeksi kulit dan kuku yang menahun, meskipun penyembuhannya belangsung sangat
lambat, yakni lebih kurang 2-3 bulan, bahkan membutuhkan satu tahun untuk
menyembuhkan infeksi kuku. Hal ini
disebabkan waktu penyembuhan tergantung pada jangka waktu penggantian jaringan
yang terinfeksi oleh jaringan baru.
Efek sampingnya berupa sakit kepala,
gatal-gatal, (urtikania), dan kepekaan terhadap cahaya (fotosensitasi), juga
gangguan hati. Griseofulvin mengurangi aktivitas antikoagulansia dan memperkuat
kerja alcohol. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena resiko efek
teratogen dan keguguran. Zat ini dapat mengganggu pembentukan kromosom pada
waktu pembelahan sel.
2. Amfoteresin B
Amfoteresin B dihasilkan oleh
Streptomycetes nodosus bersama dengan derivatnya, yaitu Amfoteresin A yang
kurang aktif. Spectrum kerja dan penggunaannya mirip dengan nistatin.
Amfoterisin B dapat digunakan sebagai obat sintemis (oral dan i.v. sebagai
infuse) maupun local terhadap infeksi oleh Candida.
Efek sampingnya yang terpenting adalah
gangguan fungsi ginjal (nefrotoksis). Data pengguanaannya pada waktu hamil
masih kurang cukup.
3. Nistatin: Mycostatin
Nistatin berasal dari Streptomyces
noursei. Resorpsinya di usus praktis tidak ada, begitu pula tidak diserap oleh
kulit atau mukosa. Sering kali digunakan pada candidiasis usus atau guna
mencegahnya pada terapi dengan antibiotika berspektrum luas yang buruk
resorpsinya (tetrasiklin). Juga sewaktu terapi dengan kortikosteroida, dan pada
candidiasis mulut (stomatitis, sariawan) atau vagina (vaginitis), secara local
digunakan sebagai salep atau krem.
Efak sampingnya pada dosis oral tinggi
biasanya berupa mual atau muntah. Zat ini dapat digunakan pada waktu hamil.
4. Natamisin: pimarisin
Natamisin dihasilkan oleh Streptomyces
nataliensis. Resorpsinya dari usus tidak baik, maka penggunaannya secara oral
untuk membentuk efek tablet vaginal pada candidiasis sudah dihentikan.
Kasiatnya terhadap parasit Trichmonas, yang juga sering mengakibatkan
vaginitis. Zat ini terutama digunakan sebagai tablet vaginal dan salep.
Efek sampingnya pada penggunaan local
berupa iritasi kulit dan mukosa. Natamisin dapat digunakan pada waktu hamil.
b. Derivate imidazol : mikonzol,
ketokonazol, klotrimazol bifonazol, ekonazol, isokonazol dan tiokonazol
(Trosyd). Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan pada enzim sitokrom P450,
sehingga sintesa ergosterol dirintangi dan terjadinya kerusakan membrane sel.
Pada penggunaan sistemis, sisem ensim manusia juga dapat dirintangi yang
bertanggung jawab atas efek samping tertentu. Bekerja fungistatis dan
bakteriostatis lemah terhadap kuamn Gram-positif. Obat ini terutama digunakan
sebagai obat local kecuali ketokonazol yang juga dapat diguanakan secara
sistemis.
1. Mikonazol: Daktarin,
Derivat imidazol ini berkasiat fungisid
kuat dengan spectrum kerja lebar sekali, lebih aktif dan efektif terhadap
dermatofit biasa dan Candida daripada fungistatiska lainnya. Kurang berkasiat
terhadap Aspergillus. Zat ini juga bekerja bakterisid pada dosis terapi
terhadap sejumlah kuman gram-positif, kecuali basil-basil Doderlrin yang
terdapat dalam vagina. Resorpsinya dari usus hanya ringan dengan BA ca 25 %,
maka mikonazol terutama digunakan untuk mengobati infeksi kulit dan kuku.
Penggunaannya juga sebagai krem/tablet vagina, yang dapat digunakan oleh wanita
hamil.
Efek sampingnya dapat berupa iritasi,
reaksi alergi, dan rasa terbakar di kulit.
* Isokonazol (Gyno/Travogen) adalah
isomer dari mikonazol dengan kasiat dan penggunaan yang sama. Zat ini terutama
digunakan untuk candidiasis vagina (keputihan) dalam bentuk krem 1% dan dosis
tunggal tablet vagina dari 600mg malam hari.
* Ekonazol (Gyno/Pevayl) adalah derivate
mikonazol, spectrum kerjanya lebih kurang sama, hanya lebih aktif terhadap
Aspergillus. Zat ini terutama digunakan pada candidiasis; pada infeksi kulit,
salep atau serbuk 1%. Ekonazol dapat digunakan pada waktu hamil.
2. Ketokonazol: nizoral,
Spectrum kerjanya mirip dengan
mikonaznol dan meliputi banyak fungi pathogen (ragi, dermatofit, termasuk
Pityrosporon ovale). Zat ini digunakan pada infeksi jamur sistemis yang parah
dan kronis, secara local pada ketombe hebat. Namun, tidak efektif terhadap
infeksi oleh Aspergillus. Resorpsinya dari lambung-usus praktis lengkap pada pH
di bawah 3. Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit tak aktif; eksresinya
terutama melalui empedu dan tinja.
Efek sampingnya adalah gangguan alat
cerna (mual, muntah, diare), nyeri kepala, pusing-pusing, dan gatal-gatal. Yang
lebih serius adalah sifat hepatotoksisitasnya, karena mengakibatkan hepatitis pada
1 per 2.000-10.000 pasien, terutama bila digunakan lebih dari 14 hari. Pada
dosis tinggi (lebih dari 600 mg seharinya), dapat menghambat sintesa hormone
testosterone, yang mengakibatkan terganggunya produksi sperma dan impotensi.
Wanita hamil dan yang menyusui tidak dianjurkan menggunakan obat ini, karena,
data mengenai efek teratogennya masih memuaskan.
3. Klotrimazol:
Derivat imidazol ini memiliki spectrum
fungistatis yang relative lebih sempit daripada mikonazol. Pada vaginitis
Candida dianjurkan malam hari tablet vaginal 200mg selama 3 hari atau single
dose 1 tablet vaginal dari 500mg. pada infeksi kulit (panu), krem atau losion
1% dengan cacatan jangan dikenakan pada selaput lender atau mata. Dapat
digunakan pada waktu hamil.
* Bifonazol (Mycospor) adalah derivate
imidazol yang berkasiat terhadap beberapa jenis jamur (antara lain Malassesia
furfur, penyebab panu) dan ragi (Candida) yang pathogen bagi manusia, serta
terhadap beberapa kuman gram positif. Sedikit zat diresorpsi tubuh,sedangkan
daya kerjanya berlangsung lebih kurang 48 jam. Dapat digunakan sebagai obat
luar pada waktu hamil.
c. Derivate triazol: flukonazol,
itrakonazol, dan terkonazol (Gyno-Terazol).
Pada umumnya juga bekerja fungistatis
dengan mekanisme kerja seperti imidazol, tetapi bersifat lebih selektif bagi
system enzim jamur manusia. Bekerja terhadap dermatofit dan Candida itrakonazol
juga terhadap aspergillus. Flukonazol dan itrakonazol khusus digunakan secara
sistemis, terkonazol khusus secara vaginal. Wanita hamil tidak dianjurka minum
obat-obat ini, karena pada hewan ternyata merugikan janin. Efek sampingnya yang
utama berupa gangguan lambung-usus, sakit kepala dan pusing-pusing, gangguan
haid, dan reaksi alergi kulit. Pada penggunaan lebih lama dari 1 bulan
dilaporkan rontok rambut dan kerusakan hati.
1. Itrakonazol: Sporanox, Trisporal.
Zat ini berkasiat fungisid luas terhadap
dermatofit dan ragi pathogen, juga terhadap Aspergillus. Itrakonazol menghambat
metabolism dari antihistaminika long acting terfenadin dan astemizol, maka
jangan digunakan bersamaan untuk menghindari gangguan ritme jantung.
Efek sampingnya sedikit seperti gangguan
fungsi hati dan ginjal.
Pada vaginitis candida 1dd 200 mg selama
3 hari.
2. Flukonazol: Diflucan.
Efektif terhadap candidiasis mulut,
kerongkongan, dan vagina. Resorpsinya dari saluran pencernaan baik dan cepat.
Zat ini hanya sedikit dimetabolisasi; ekskresinya lewat urin dan 80% dalam
bentuk utuh.
Efek sampingnya berupa umum. Harus
waspada bila ada gangguan fungsi ginjal.
d. Asam-asam organis : asam benzoate,
salisilat, propionate, kaprilat, dan undesilinat
1. Asam salisilat:
Asam organis ini berkasiat fungisid
terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Zat ini juga bekerja
keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi
5-10%. Bila dikombinasikan dengan obat lain, misalnya kortikosteroida, asam
salisilat meningkatkan penetrasinya ke dalam kulit.
2. Asam benzoate
Asam ini dan ester hidroksinya dalam
konsentrasi 0,1% berkasiat fungistatis dan bakteriostatis lemah. Biasanya zat
ini digunakan bersamaan dengan asam salisilat yang bekerja keratolytis, juga
sebagai zat pengawet untuk bahan makanan dan minuman (0,5-1 mg/ml), dan krem
(1-5 mg/ml), serta sebagai asam maupun ester-ester Nipagin dan Nipasol. Daya
pengawetnya hanya efektif pada pH di bawah 5. Nipagin = metiloksibenzoat;
Nipasol = propiloksibenzoat.
3. Asam undesilenat
Zat ini bersifat fungistatis terhadap
banyak dermatofit dan terutama digunakan terhadap kutu air (tinea pedis) dalam kosentrasi
5-10%. Kegiatannya paling kuat pada lingkungan asam.
Asam salisilat lainnya adalah Asam
propionate dan asam kaprilat (caprylic acid), juga bersifat bakteriostastis.
Asam kaprilat digunakan oral pada candidiasis sistemis. Sediaan: tingtur 5%, salep
dan serbuk.
4. Tolnaftat
Tolfanat berkasiat fungistatis terhadap
banyak dermatofit, antara lain panu,tetapi tidak efektis candida,
5. Haloprogin.
Haloprogin berkasiat fungisid terhadap
epidermofiton, Pitirosporum, Trichophyton dan Candida. Kadang-kadang terjadi
sintesis dengan timbulnya gatal-gatal, perasaan terbakar, dan iritasi kulit.
Zat ini digunakan sebagai krem atau larutan 1% terhadap panu dan terutama kutu
air (Tinea pedis) dengan persentase penyembuhan lebih kurang 80%, sama dengan
tolnaftat.
6. Naftifin: Exoderil
Senyawa alilamin ini digunakan sebagai
krem 1% untuk mrngobati, antara lain panu dan infeksi kuku.
7. Siklopirok: Batrafen.
Senyawa hidroksipiridon ini berspektrum
luas. Senyawa ini berkasiat fungisid terhadap Candida albicans dan Trichophyton
rubrun, fungistatis terhadap Malassezia furfur (panu), bekerja bakteriostatis
lemah. Mekanisme kerjanya diperkirakan sama dengan zat imidazol, yaitu terhadap
membrane plasma dari sel jamur. Mungkin juga mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan
transport dari asam-asam amino dan ion-ion melalui membrane sel. Siklopiroks
khusus digunakan secara dermal..
8. Terbinafin: Lamisin.
Terbinafin adalah senyawa naftilamin
yang bekerja fungisid, anatara lain terhadap Malassezia furfur, penyebab panu,
juga bekerja fungiststis terhadap Candida. Zat ini digunakan lenih banyak
terhadap kuku kapur daripada griseofulvin, karena efeknya lebih kuat dan waktu
pengobatannya lebih singkat. Juga digunakan sebagai obat luar (krem 1%) untuk
mengobati panu dan Tinea Capitis pada anak-anak.
Mekanisme kerjanya berdasarkan
penghambatan sintesa ergosterol di membrane sel yang mengakibatkan sel mati.
Efek sampingnya pada penggunaan oral
adalah gangguan saluran cerna, (mual dan diare).
2.2.4 Anti Parasit
1. Amubiasis
Amubiasis
adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica,
suatu parasit bersel tunggal. Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya, yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista). Penyakit ini
tersebar di seluruh dunia dan yang banyak terjangkit adalah Negara (sub) tropis
dengan tingkat sosio-ekonomi yang rendah dan kondisi kebersihan yang belum
memadai. penyebarannya melalui makanan yang terinfeksi dan juga dapat
berlangsung melalui kontak seksual. Bila tidak diobati (dengan tepat), penyakit
dapat menjadi sistemis dan menjalar ke organ – organ lain, khususnya hati.
1) Bentuk - bentuk entamoeba
Entamoeba histolytica mempunyai beberapa
bentuk yaitu bentuk-minuta dan bentuk-histolitika
a) Bentuk-minuta
Amebiasis intestinalis menularkan penyakit langsung dari orang ke orang
atau melalui makanan dan air minum yang telah terifeksi kista, yaitu bentuk
inaktif amoeba. Kista diliputi oleh suatu membrane pelindung yang ulet, tahan
getah lambung, dan dapat hidup di luar tubuh. Di dalam usus halus, kista
berkembang menjadi bentuk aktif, yakni trofosit yang terutama hidup dari kuman
– kuman usus besar dan memperbanyak diri dengan pembelahan. Trofozoit biasanya
hidup di colon sebagai komensal non-patogen, yakni membentuk kista tanpa
merugikan tempat hidupnya. Kemudian kista – kista ini meninggalkan tubuh lewat
tinja bersama trofozoit yang tak berubah.
b) Bentuk-histolitika
Amebiasis hati ini dalam keadaan
tertentu, trofozoit dapat memasuki dinding usus dan mengalami perubahan yakni,
tumbuh menjadi lebih kurang dua kali lebih besar. trofozoit besar ini menembus
dinding usus dan melalui vena porta menjalar ke organ – organ lain, antara lain
jantung, paru – paru, dan otak, kususnya hati. di sini, trofozoit hidup dari
eritrosit dan sel – sel jaringan yang dilarutkan olehnya melalui fagositosis.
Penyakit ini sangat serius dan dapat menjalar ke paru – paru bila tidak segera
diobati seringkali berakibat fatal.
2) Pengobatan
Obat amubiasis dapat dibagi berdasarkan
efektivitasnya terhadap bentuk Entamoeba dalam dua kelompok besar yaitu zat
amebisida-kontak dan zat amebisida-jaringan
a) Obat amebisida-kontak berdaya mematikan
dengan jalan kontak langsung bentuk minuta dalam rongga usus, tetapi tidak
dalam hati. Obat – obat ini terdiri dari beberapa senyawa kimia, yakni :
* senyawa nitroimidazol : metronidazol,
tinidazol, dll. Obat ini aktif terhadap bentuk jaringan dan dapat dianggap obat
amubisida umum. Di samping itu, senyawa ini jug berkhasiat terhadap protozoa
lain, misalnya Trichomonas vaginalis dan Giardia lamblia.
* diloksanida : khusus digunakan untuk
mematikan kista pada pembawa amuba, tidak untuk disentri amuba.
* kliokinol : karena efek sampingnya
terhadap mata, maka obat ini tidak dianjurkan lagi oleh WHO.
* antibiotika : tetrasiklin,
eritromisin, azitromisin, dan paromomisin. Kerjanya tidak langsung, tetapi
melalui pemusnahan bakteri usus sehingga amuba tidak dapat hidup. Paromomisin
berkhasiat langsung amebisid.
b) Obat amebisid jaringan berkhasiat
terhadap bentuk histolitik di dinding usus dan jaringan lain, yaitu zat
nitroimidazol, emetin, dan klorokuin. Macam-macam obat amebisida menurut tempat
kerjanya :
1. Amebisida bekerja langsung, terutama
di lumen usus.
o derivat kuinolin : diiodohidroksikuin,
iodoklorhidrok-sikuin, kiniofon.
o derivat arsenikal : karbason,
asetarsol, glikobiarsol.
o golongan amida : klefamid, diloksanid
furoat.
o alkaloid : emetin bismuth-iodid.
2. Amebisida bekerja tak langsung, di
lumen usus dan dinding usus melalui pengaruhnya terhadap bakteri. Contohnya :
tetrasiklin, eritromisin dB.
3. Amebisida jaringan.
o bekerja terutama di dinding usus dan
hati : emetin, dehidroemetin.
o bekerja terutama di hati : klorokuin.
4. Amebisida bekerja di lumen dan
jaringan.
Derivat-derivat nitroimidazol :
niridazol, metronodazol, tinidazol, ornidazol dan seknidazol (turunan terbaru).
Berdasarkan manifestasi klinis.
a) Amebiasis asimtomatik (carrier atau
cyst passer)
Penderita
amebiasis asimtomatik sebaiknya diobati karena dapat menjadi amebiasis klinis
atau invasi ke organ-organ ekstra intestinal lainnya setiap saat.
Pilihan
utama : diloksanid furoat atau
diiodohidroksikuin Alternatif : diloksanid furoat atau diiodohidroksikuin
ditambah oksitetrasiklin, ditambah klorokuin.
b) Amebiasis intestinal ringan-sedang
Pada penderita ini ditemukan ulkus
mukosa usus besar yang dapat mencapai lapisan submukosa, dapat mengakibatkan
gangguan peristaltik usus dengan manifestasi klinis disentri tetapi tidak berat
sehingga belum memerlukan cairan dan elektrolit parenteral. Karena ditemukan
trofozoid di dalam lumen dan dinding usus besar maka obat amebisid yang
rasional adalah amebisid jaringan dan luminal seperti nitroimidazol.
Pilihan utama : diloksanid furoat,
ditambah oksitetrasiklin dan klorokuin. Alternatif : metronidazol, diloksanid
furoat atau diiodohidroksikuin.
c) Amebiasis intestinal berat.
Pada
stadium ini penderita memerlukan terapi cairan dan elektrolit parenteral atau bahkan transfusi
darah. Selain pengobatan di atas (b) dapat ditambahkan emetin/ dehidroemetin
im/sk dalam (tidak intravena) dengan memantau jantung melalui EKG atau kadar
enzim jantung (terutama pada pemberian emetin). Pemberian amebisid parenteral
juga dianjurkan pada stadium ini mengingat keadaan umum pasien serta gejala
klinis berupa mual, muntah bahkan penurunan kesadaran
d) Abses hati amebiasis
Penderita
perlu dirawat inap. Farmakoterapi rasional adalah pemberian golongan
nitroimidazol selama 10 hari Sebaliknya, bila dengan metronidazol sudah
menunjukkan perbaikan klinis maka dilanjutkan dengan pemberian klorokuin selama
2-3 minggu untuk mencegah kegagalan pengobatan abses hati di kemudian hari.
Antibiotika hanya digunakan jika didapatkan infeksi bakterial pada abses hati;
hal ini jarang terjadi.
e) Ameboma dan amebiasis ekstra
intestinal lainny.
Golongan nitroimidazol merupakan obat
pilihan dan dapat ditambah dengan hidroemetin/emetin selama 10 hari. Namun
klorokuin tidak dapat dipakai karena konsentrasinya di jaringan selain hati
tidak cukup efektif untuk mengeradikasi E. histolytica. Pemberian amebisid
luminal dianjurkan bersamaan dengan terapi di atas.
3) Obat lain
a) Emetin/dehidroemetin
Dehidroemetin mempunyai toksisitas lebih
rendah dibanding emetin, namun potensi dan half timenya juga lebih rendah, maka
diperlukan dosis lebih tinggi untuk mencapai efek terapeutik yang diharapkan.
Emetin membunuh E. histolytica secara langsung dan lebih efektif terhadap
bentuk trofozoid daripada kista. Kadarnya tertinggi di jaringan hati, hal yang
sangat berarti bagi pengobatan amebiasis hati. Pemberian obat ini hanya pada
penderita amebiasis ekstraintestinal yang tidak responsif terhadap metronidazol
mengingat efek sampingnya yang cukup mengkhawatirkan.
b) Klorokuin
Absorbsi klorokuin di usus halus sangat
baik dan lengkap (kadar di hati 200-700 kali di plasma), sehingga kadar dalam
kolon sangat rendah. Oleh karena itu perlu ditambah amebisid luminal untuk
menghindari relaps. Pada penelitian ditemukan bahwa kadar klorokuin setelah
diabsorbsi tertinggi di dalam jaringan hati; maka sangat baik untuk terapi
abses hati amebiasis. Dosis klorokuin untuk dewasa dengan amebiasis ekstra
intestinal 4x250 mg (garam klorokuin), atau 150 mg basa klorokuin sehari selama
2 hari pertama kemudian dilanjutkan dengan 2x250 mg/hari selama 2-3 minggu.
c) Derivat 8-hidroksikuinolin
Beberapa derivat ini yang berperan dalam
pengobatan amebiasis adalah diyodohidroksikuin (iodokuinol),
yodoklorhidroksikuin (kliokuinol), broksikuinolin, klorkuinadol dan kiniofon.
Golongan amebisid ini memperlihatkan efeknya langsung terhadap E.histolytica
dalam lumen usus dan tidak efektif untuk amebiasis jaringan. Namun efektif
untuk trofozoid maupun kista. Jadi baik sekali untuk pengobatan carrier/cyst
passer.
d) Golongan nitroimidazol
Yang mempunyai efek amebisid adalah
metronidazol, tinidazol dan ornidazol. Dua obat terakhir mempunyai efek samping
yang lebih ringan dibanding metronidazol selain half timenya yang cukup panjang
(14 jam dan 12-13 jam). Golongan ini merupakan obat pilihan untuk amebiasis
intra dan ekstra intestinal. Amebisid ini efektif untuk amebiasis hati.
Keuntungan lain, adalah mampu membunuh
kuman-kuman anaerob yang sering terdapat pada kasus-kasus abses. Efek samping
yang sering dijumpai ialah mual, muntah, nyeri ulu hati, pusing, glositis,
stomatitis, penurunan nafsu makan, dan gangguan darah terutama jika diberikan
pada orang muda dan penderita yang rendah daya tahannya serta lama pemberian
lebih dari 7 hari. Kontraindikasi pada penderita dengan riwayat penyakit darah,
ibu hamil trimester pertama.
e) Diklosanit furoat
Saat ini merupakan amebiasid luminal
terbaik, karena efektif membunuh trofozoid dan kista di lumen usus (80%- 85%),
dengan efek samping yang relatif kecil. Bahkan pada carrier, amebisid ini
digunakan secara tunggal untuk kasus-kasus amebiasis ekstra intestinal
dikombinasi dengan amebisid jaringan. Dosis pemberian 3x500 mg/hari selama 10
hari atau 20 mg/kgbb./hari dalam dosis terbagi .
f) Tetrasiklin
Tetrasiklin mempunyai efek terapi yang
kurang kuat terhadap E. histolytica, namun efeknya terhadap kuman-kuman usus
besar cukup berguna untuk mengobati amebiasis intestinal ringan sampai sedang.
Dosis yang dianjurkan 4x250mg/hari selama 5 hari, dilanjutkan dengan 4x500 mg
selama 5 hari. Sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil serta anak kurang dari
8 tahun.
g) Paromomissin
Merupakan golongan aminoglikosida yang
sangat buruk absorbsinya di usus, sehingga konsentrasi di lumen usus cukup
tinggi untuk membunuh E.histolytica. Karena merupakan antibiotika, maka
memiliki juga efek antibakterial di dalam kolon. Efek sampingnya antara lain:
mual, muntah, ototoksik, dan nefrotoksik, sehingga dikontraindikasikan pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan pendengaran. Dosis pemberian 25-35
mg/kgbb./hari atau 3 x 500 mg/hari selama 5-10 hari.
2. Malaria
Malaria merupakan penyebab utama kematian pada Negara berkembang. Malaria
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh empat spesies plasmodium yaitu
plasmodium falcifarum, P. vivac, P. malariae, dan P. ovale. Perkembangbiakkan
malaria adalah meliputi siklus aseksual dan seksual. Siklus aseksual terjadi
dalam tubuh manusia, yang dimulai dengan masuknya sporozoit melalui gigitan
nyamuk anofeles betina yang terinfeksi parasit. Selain itu infeksi dapat
terjadi melalui transfusi darah yang tercemar parasit. Sporozoit dalam tubuh
akan berkembang melalui fase preeritrosit, fase eritrosit, dan fase hepatis.
Siklus seksual ini dimulai dengan merozoit yang berdiferensiasi menjadi gamet
jantan dan betina bila berpindah ke nyamuk pada saat nyamuk mengigit pasien.
Hal ini disebut fase gametosit. Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam
berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis
nyamuk tertentu yaitu Anopheles. Malaria dapat menyerang manusia, burung, kera
dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat. Gejala malaria antara
lain demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai dengan gejala lain
seperti sakit kepala, mual dan muntah.
1) Jenis-jenis penyakit Malaria
Malaria dapat dibedakan pada jenis parasit malaria yang menjadi penyebab
malaria yaitu protozoa dari jenis Plasmodium. Parasit malaria ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anophheles yang habitat hidupnya adalah tempat-tempat
basah dan lembab.
Jenis-jenis Malaria digolongkan menjadi
4, yaitu:
* Malaria tertiana, disebabkan oleh
Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demam muncul setiap hari ketiga.
Merupakan penyebab kira-kira 43% kasus malaria pada manusia
* Malaria quartana, disebabkan oleh
Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap hari keempat. Menyebabkan
kira-kira 7% malaria didunia.
* Malaria tropica, disebabkan oleh
Plasmodium falciparum, merupakan malaria yang paling patogenik dan seringkali
berakibat fatal. Jenis penyakit malaria ini adalah yang terberat, karena dapat
menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak),
anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll. Penderita
Malaria jenis ini mengalami demam tidak teratur dengan disertai gejala
terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan kematian yang mendadak.
* Malaria pernisiosa, disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Malaria jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di
Afrika dan Pasifik Barat.
2) Daur hidup
Manusia merupakan hospes antara tempat
plasmodium mengandakan skizogoni (siklus aseksual), sedangkan nyamuk Anopheles
merupakan vektor dan hospes definitif.
3) Pengobatan
a) Kloroquin
Kloroquin adalah obat malaria yang
mempunyai aktivitas yang besar terhadap semua bentuk aseksual, tetapi tidak
berkhasiat sebagai obat pencegah kambuh. Kerja ikutan dari kloroquin antara
lain mual-mual dan gatal. Dosis biasa: Sebagai obat penyembuh: oral, permulaan
800 mg sekaligus, kemudian 1 x sehari 400 mg selama 2 hari berikutnya. Sebagai
obat pencegah: 1 x seminggu 400 mg. Obat-obat paten yang mengandung kloroquin:
1. Tablet kloroquin, produksi Kimia
Farma Tiap tablet mengandung kloroquin bifosfat 100 mg.
2. Mexaquin tablet, produksi
Konimex.Tiap tablet mengandung kloroquin difosfat 100 mg & 200 mg
b) Pamaquin
Merupakan satu-satunya obat yang
mempunyai khasiat langsung terhadap gametocyt. Di samping itu mereka juga dapat
merusakkan bentukbentuk E.E. sekunder, sehingga berguna sebagai obat pencegah
kambuh. Keberatan pemakaian obat ini ialah sifat racunnya yang dapat
mengakibatkan sianosis (kulit menjadi biru karena pembuluh darah balik
tertahan) dan leukopenia (berkurangnya sel-sel darah putih). Dosis biasa:
Sebagai pencegah kambuh: oral selama 14 hari 3 x sehari 10 mg Pamaquin basa.
c) Primaquin
Sering digunakan sebagai bentuk
garamnya, yaitu garam HCl atau garam difosfatnya.Khasiatnya sama seperti
pamaquin, tetapi lebih aktif dan tidak begitu beracun.Obat-obat paten yang
mengandung Primaquin:Tablet Primaquin, produksi Kimia Farma. Tiap tablet
mengandung Primaquin difosfat yang setara dengan primaquin basa 15 mg.
d) Proguanil
Digunakan sebagai obat pencegah kausal
dan obat penyembuh. Kerja ikutannya boleh dikatakan hampir tidak ada atau
ringan sekali, sayangnya dapat mengakibatkan resistensi terhadap jenis
plasmodium tertentu. Dosis: Sebagai penyembuh: Oral 1 — 3 x sehari 100 mg,
selama 10 hari. Sebagai pencegah: Oral 1 x sehari 100 mg dimulai 1 minggu
sebelum datang ke daerah malaria sampai 4 minggu setelah meninggalkannya.
Obat-obat paten yang mengandung proguanil: Paludrin tablet, produksi ICI. Tiap
tablet mengandung 100 mg Proguanil HCI.
e) Pirimethamin
Pirimethamin mempunyai khasiat yang sama
dengan proguanil, tetapi jauh lebih besar khasiatnya. Terutama digunakan
sebagai obat pencegah. Pirimethamin dalam dosis yang besar dapat mengakibatkan
gangguan pem-bentukan sel-sel darah merah. Dosis biasa: sebagai obat pencegah:
Oral 1 x seminggu 25 mg. Obat paten yang mengandung pirimethamin: Tablet
Daraprim, produksi Welcome. Tiap tablet mengandung pirimethamin 25 mg.
Obat
malaria yang dikenal umum adalah:
1. Obat standar: Klorokuin dan
Primakuin. Klorokuin efefktivitasnya sangat tinggi terhadap Plasmodium vivax
dan Plasmodium falciparum.
2. Obat alternatif: Kina dan Sp
(Sulfadoksin + Pirimetamin). Kombinasi SP sangat efektif untuk mengobati
penderita malaria oleh Plasmodium falciparum yang sudah resisten kloroluin.
3. Obat penunjang: Vitamin B Complex,
Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus).
4. Obat malaria berat: Kina HCL 25%
injeksi (1 ampul 2 cc).
5. Obat standar dan Klorokuin injeksi (1
ampul 2 cc) sebagai obat alternatif.
3. Helmintiasis
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar
dan menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia. Walaupun tersedia
obat – obat baru yang lebih spesifik dengan kerja lebih efektif, eradikasi penyakit
cacing masih tetap merupakan suatu masalah karena kondisi social ekonomi di
beberapa bagian dunia. Pada umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius,
tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang merupakan suatu faktor
ekonomis sangat penting. Di negara – negara berkembang, termasuk Indonesia,
penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum.
1) Jenis Cacing
Cacing yang merupakan parasit manusia
dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni :
a. Platyhelminthes. Ciri-cirinya bentuk
pipih, tidak memiliki rongga tubuh dan berkelamin ganda (hemafrodit). Cacing
yang termasuk golongan ini adalah cacing pita (Cestoda) dan cacing pipih
(Trematoda).
- Cacing pita (Cestoda) : Taenia,
Echinococcus. Parasit ini memiliki kelamin ganda (hermafrodit), berbentuk pita
yang bersegmen, dan tidak memiliki saluran cerna.
- Cacing pipih (Trematoda) :
Schistosoma, Fasciola, dan lain – lain. Umumnya cacing ini berbentuk seperti
daun dan juga bersifat hermafrodit, kecuali spesies schistosoma yang berbentuk
lebih memanjang dan memiliki kelamin terpisah. Schistosoma ditulari oleh bentuk
aktifnya. Fasciola khusus terdapat pada domba dan menimbulkan antara lain
pembesaran hati, jarang sekali menulari manusia
a. Nematoda (roundworms). Ciri-cirinya
bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran cerna dan
kelamin terpisah. Infeksi cacing ini disebut ancylostomiasis (cacing tambang),
trongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis (cacing gelang) dan
trichuriasis (cacing cambuk).
Beberapa jenis cacing sangat potensial untuk menimbulkan infeksi pada
anak-anak. Dan untuk selanjutnya mereka akan menjadi sumber penularan bagi
infeksi berikutnya yang sangat potensial. Keadaan yang demikian inilah yang
menyebabkan infeksi akibat parasit cacing sukar diatasi secara tuntas.
Penderita yang tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, merupakan sumber
penularan bagi orang-orang dekat di sekitarnya
* Cacing gelang. Cacing betinanya
yang panjangnya kira-¬kira 20-30 cm ini mampu bertelur 200.000 telur per
harinya. Dalam waktu lebih kurang 3 minggu telur ini akan berisi larva yang
bersifat infektif, yang dapat menjadi sumber penularan jika secara tidak
sengaja mencemari makanan/minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai
parasit dalam usus halus, sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi
tubuh kita dan menimbulkan kerusakan pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya
timbullah diare dan gangguan penyerapan sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada
keadaan yang berat, larva dapat masuk ke paru sehingga membutuhkan tindakan
operatif.
* Cacing cambuk (Trichuris trichiura).
Cacing ini juga menghisap sari makanan yang kita makan. Dia menghisap darah dan
hidup di dalam usus besar. Cacing betinanya bisa bertelur 5 ribu-10 ribu butir
per hari. Biasanya infeksi cacing ini menyerang pada usus besar. Infeksinya
sering menimbulkan perlakaan usus, karena kepala cacing dimasukkan ke dalam
permukaan usus penderita. Pada infeksi yang ringan biasanya hanya timbul diare
saja. Tetapi pada infeksi yang berat, hampir pada sebagian besar permukaan usus
besar dapat ditemukan cacing jenis ini. Akibatnya diare yang terjadi juga
relatif berat dan dapat berlangsung terus menerus. Karena juga dapat
menyebabkan perlukaan usus, maka anemia sebagai komplikasi perdarahan merupakan
akibat yang tidak begitu saja dapat dianggap ringan. Inilah sebetulnya
akibat-akibat infeksi cacing yang tidak pernah kita perkirakan selama ini dan
proses yang merugikan itu berlangsung terus tanpa kita sadari. Infeksi cacing
biasanya menimbulkan anemia.
* Cacing tambang (Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale). Inilah cacing yang paling ganas, karena ia menghisap
darah. Cacing betinanya bisa bertelur 15 ribu-20 ribu butir per hari.
Penularannya cepat, karena larva cacing tambang sanggup menembus kulit kaki dan
selajutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus. Cacing dewasa bertahan
hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini menimbulkan perlukaan pada permu-kaan
usus, sehingga perdarahan dapat terjadi secara lebih berat dibanding dengan
infeksi cacing jenis lainnya. Perdarahan yang lebih berat ini disebabkan karena
mulut (stoma) cacing mengerat permukaan usus. Bahkan satu ekor cacing saja
dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005¬0,34 cc sehari. Mengingat itu
semua, maka infeksi cacing tambang merupakan penyebab anemia yang paling sering
ditemukan pada anak-anak, sehingga dapat mempengaruhi daya tahan tubuhnya dan
menurunkan prestasi belajarnya. Telur cacing gelang yang masuk ke pencernaan
akan menetas menjadi larva. Larva ini menembus dinding usus halus menuju
jantung dan paru-paru. Cacing gelang menyebabkan gizi buruk dan membuat anak
tidak nafsu makan, karena nutrisinya direbut cacing. Cacing betinanya bisa
bertelur mencapai 200 ribu butir per hari. Cacing dewasa dapat bertahan hidup
6-12 bulan.
* Cacing kremi. Cacing ini mirip kelapa
parut, kecil-kecil dan berwarna putih. Awalnya, cacing ini akan bersarang di
usus besar. Saat dewasa, cacing kremi betina akan pindah ke anus untuk
bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa gatal. Bila balita
menggaruk anus yang gatal, telur akan pecah dan larva masuk ke dalam dubur.
Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kuku, sebagian lagi
menempel di sprei, bantal atau pakaian. Lewat kontak langsung, telur cacing
menular ke orang lain. Lalu siklus cacing dimulai lagi.
2) Daur Hidup
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang
tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus
halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
Penularan penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk
dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang
dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai
untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering,
mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa
menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang
ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari
satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan
berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing
mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.
3) Pengobatan
Komposisi obat cacing dalam kelompok broad spectrum berarti obat cacing
tersebut dapat digunakan untuk beberapa atau segala jenis cacing antara lain :
1. Mebendazole. Zat ini mampu membunuh
beberapa jenis cacing secara perlahan dengan menghambat sintesis mikrotubulus
dan menghalangi kemampuan cacing untuk memanfaatkan glukosa. Selain itu ia juga
bekerja dengan menghancurkan sitoplasma yang teradapat dalam sel usus sehingga
cacing tak mendapatkan makanan maka akan mati. Penggunaan obat cacing
berkomposisi mebendazole efektif untuk mengatasi cacing cambuk, cacing gelang,
cacing tambang dan cacing kremi. Nilai lebih dari zat ini adalah ia tidak mudah
diserap oleh tubuh dan hanya menyerang cacing saja sehingga tidak mempengaruhi
konisi tubuh penderita.
2. Pirantel pamoat. Komposisi obat ini
bekerja dengan cara menghambat neuromuskuler yang membuat cacing menjadi tak
berdaya secara tiba-tiba sehingga cacing tak mampu lagi menempel pada dinding
usus, akibatnya cacing akan otomatis keluar bersama feses atau muntah. Obat
cacing yang mengandung zat ini berguna untuk mengatasi jenis cacing tambang,
cacing kremi dan cacing gelang.
3. Piperazine. Piperazine adalah senyawa
organik yang mengandung atom nitrogen dan bersifat larut dalam air. Zat ini
bekerja dalam usus dengan melumpuhkan cacing sehingga cacing keluar bersama
kotoran. Obat cacing ini bermanfaat mengatasi cacing gelang dan cacing kremi.
4. Albendazole. Senyawa ini bekerja
dengan melakukan degenartif sel usus cacing sehingga cacing tak mampu menyerap
glukosa dari manusia dan membuat cacing menguras habis toko glikogen mereka
sebagai pengganti energi. Hal ini membuat cacing lemah dan kemudian mati. Obat
ini untuk mengatasi cacing pipih, cacing cambuk dan cacing kremi.
Pada kelompok obat cacing narrow spectrum bertujuan untuk mengobati
infeksi cacing yang disebabkan oleh satu jenis cacing. Adapun cara kerja obat
ini secara umum langsung membunuh cacing yang menjadi sasarannya. Beberapa
komposisinya adalah:
1. Niklosamide. Obat ini bekerja dengan
langsung membunuh cacing pita bahkan lebih sering kemudian menghancurkannya
sehingga cacing akan langsung keluar bersama kotoran. obat cacing ini biasanya
berbentuk tablet kunyah yang efektif hanya bagi cacing pita.
2. Pyrvinium. Zat ini bekerja efektif
hanya khusus untuk infeksi yang disebabkan oleh cacing kremi.
3. Befenium hidroksinaftoat. Obat cacing
ini khusus dipergunakan untuk membunuh cacing tambang.
2.2.5 Anti Virus
Virus (dalam bahasa latin dan sanskerta : visham = racun) merupakan
mikro-organisme hidup yang terkecil, dengan ukuran antara 20-300 mikron. Di
luar tubuh manusia kerap kali virus berbentuk seperti kristal tanpa tanda
hidup, sangat ulet yaitu tahan asam dan basa, serta tahan suhu-suhu rendah dan
tinggi sekali. Jika keadaan sekitarnya baik, seperti dalam tubuh manusia atau
hewan, kristal tersebut ‘bernyawa’ kembali dan memperbanyak diri.
Penggolongan Virus
Virus yang paling sering mengakibatkan penyakit pada manusia dapat
dibagi dalam dua kelompok besar, yakni virus DNA dan virus RNA, dengan
masing-masing DNA dan RNA di dalam intinya.
b. Virus DNA
Virus DNA meliputi antara lain kelompok Herpes : Herpes simplex
(penyebab antara lain penyakit kelamin), Herpes zoster (penyebab sinanhnaga,
“shingles”), dan Vericella zoster (cacar air). Juga virus Epstein-Barr (demam kelenjar),
cytomegalovirus = CMV (pada pasien AIDS) dan Human papillomavirus (HPV), yang
menjadi penyebab kutil genital dan kanker cervix.
c. Virus RNA
Virus RNA terpenting adalah HIV (penyebab AIDS), virus-virus hepatitis
(penyakit kuning), rhinovirus (selesma), dan poliovirus (penyebab lumpuh pada
anak-anak poliomyelitis). Begitu pula virus influenza (flu), rotavirus (diare),
virus rubella (“rode hand”) dan bermacam-macam paramyxovirus.
Interferon
Interferon
adalah glycoprotein yang diproduksi oleh sel-sel tertentu dan T-limfosit selama
infeksi virus. Ada 3 tipe interferon manusia yakni alfa-, beta-, dan
gamma-interferon, yang sejak 1985 telah diperoleh murni dengan jalan teknik
rekombinan DNA. Pada proses ini, sepotong DNA dari lekosit yang mengandung gen
interferon, dimasukkan dalam plasmid kuman E.coli, dengan demikian kuman ini
mampu memperbanyak DNA tersebut dan mensintesa interferon.
Interferon-alfa
dan –beta (IFN-?/?) dibentuk oleh bermacam-macam sel sebagai reaksi terhadap
infeksi viral. Fungsinya mencegah infeksi lebih lanjut dengan jalan menduduki
reseptor-reseptor khas di membrane-membran sel sehat, sehingga tidak dapat
dipenetrasi oleh virus. Di samping berkhasiat virustatis, juga berdaya
cytostatis (antitumor), yakni menghambat pertumbuhan sel-sel tumor dan
menstimulasi sel-sel makrofag dan NK-cells (Natural Killer cells), yang dapat
mendeteksi sel-sel tumor (dan sel-sel yang diinvasi virus) untuk kemudian
memusnahkannya. IFN-alfa digunakan antara lain pada hepatitir dan jenis-jenis
leukemia tertentu, sedangkan IFN-beta khusus pada MS (multiple sclerosis).
Interferon-gamma
(IFN-?) (dan limfokin-limfokin lain) dibentuk oleh limfo-T, dan berfungsi
mengatur proses-proses imun. Khasiat antiviralnya lemah dibandingkan IFN-? dan
IFN-?.
Penyakit-Penyakit Virus Penting
1. HIV dan AIDS
AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau sindrom cacat kekebalan dapatan
merupakan epidemic mikroorganisme terpenting dari abad ke-20, yang untuk
pertama kalinya disinyalir di AS pada awal tahun 1980-an. Penyebabnya adalah
HIV (Human Immunodeviciency Virus), yang menurut perkiraan sudah lama sekali
terdapat pada binatang liar.
HIV
adalah virus-RNA yang termasuk kelompok retrovirus. Virus-virus ini berciri
memiliki enzim reverse-transcriptase (RT) yang setelah masuk ke dalam limfosit
mampu mentranskripsi RNA-nya menjadi DNA. Lalu DNA ini diinkorporasi ke dalam
genom sel limfosit-T, yang diperintahkan untuk memperbanyak virus : sel-sel
tersebut akan mati. Jadi, HIV seakan-akan mengubah limfosit menjadi pabrik
untuk memproduksi virus-virus baru.
Penularan
Terjadi terutama melalui darah, mani, dan cairan vagina, akibat penggunaan
jarum suntik terinfeksi, dan tranfusi darah serta kontak seksual tanpa
pelindung (kondom) dengan seorang pembawa-HIV. Atau, virus dapat ditularkan
pada bayi oleh ibu seorang positif, selama hamil atau persalinan, juga melalui
air susu.
Gejala-gejala
AIDS yang mencolok adalah diare berat, rasa sangat letih, susut bobot badan,
suprainfeksi hebat dengan fungi (Candidiasis mulut/tenggorokan) dan virus
Herpes dan CMV). Karena sistem imun pasien sudah menjadi sangat lemah, maka
berbagai infeksi kuman sekunder dapat menghinggapinya.
Virustatika yang kini tersedia untuk
terapi AIDS termasuk dua kelompok yakni :
* reserve-transcriptase Blockers (RTI) :
zidovudin, didanosin, zalcitabine,
stavudin, dan lamivudin (1,2,3), juga nevirapin. Obat-obat ini (1998)
berkhasiat menghambat enzim RT, sehingga sintesis DNA viral (bertolak dari RNA)
dan multiplikasinya dicegah. Di samping itu, obat-obat ini di dalam DNA viral
yang sudah terbentuk menghambat perpanjangan selanjutnya dari rantai DNA. Hanya
bekerja virustatis, virus-virus laten tidak dimatikan.
1.a. Zidovudin, didanosine, zalcitabine,
stavudin, dan lamivudin adalah derivate nukleosida yang sebagai prodrugs di di
dalam sel diubah menjadi msing-masing trifosfatnya. Kombinasi dari 2 atau 3
obat ini dapat mencegah/memperlambat terjadinya resistensi.
1.b. Nevirapin (Viramune) termassuk
suatu kelompok baru yakni NNRTI (nonnucleotidreverse transcriptase inhibitors)
* Protease blockers (PI) :
indinavir, ritonavir dan saquinavir
(5,6), nelvinavir (viracept), aprinavir (agenerase) dan lopinavir (kaletra).
Obat-obat ini bekerja pada fase akhir dari multiplikasi virus dan efeknya
terhadap HIV lebih kuat daripada penghambat RT. Senyawa ini menghambat enzim
protease yang mencegah poliprotein besar yang terbentuk oleh DNA viral menjadi
protein-protein lebih kecil untuk digunakan bagi pembangunan virus baru.
2. Virus Herpes
Herpes Simlpex Virus ( HSV) dikenal dalam dua bentuk, tipe I dan tipe
II. HSV-I menghinggapi terutama muka, mata, mulut, dan sekitarnya. HSV II
kebanyakan terdapat di daerah kelamin. Pada infeksi HSV(virus herpes simpleks)
tipe I obat anti virus Asiklovir memberikan hasil yang baik untuk infeksi
oral-labial. Pada HSV ensefalitis, pemberian anti virus asikovir injeksi dapat
meningkatkan survival rate. Untuk HSV tipe 1 yang menimbulkan
kerato-konjungtivitis, dapat diberikan an virus lokal pada mata seperti
idoksuridin 0.15.
Mekanisme kerja analog purin dan pirimidin pada obat jenis asiklovir,
yaitu asiklovir dimetabolisme oleh enzim kinase virus menjadi senyawa intermediet.
Senyawa intermediet asiklovir (dan obat obat seperti idosuridin,
sitarabin,vidaradin, dan zidovudin) dimetabolisme lebih lanjut oleh enzim
kinase sel hospes menjadi analog nukleotida, yang bekerja menghambat replikasi
virus.
Pada infeksi HSV tipe 2 biasanya menimbulkan herpes genitalis. Bentuk
primer dari herpes genitalis dapat diobati dengan obat anti virus asiklovir
yang menghasilkan penyembuhan dan hilangnya rasa nyeri lebih cepat.
Bentuk herpes genitalis kambuhan/rekuren tidak dapat dihambat oleh obat
anti virus asikovir. Pemberian oral memberikan efek sedang.
3. Infeksi virus Varicella-zoster
(‘Chickenpox”)
Bentuk lazim pada anak-anak biasanya ringan dan tidak membutuhkan obat
anti virus. Ada kalanya penyakitnya memberat, tertutama pada pasien yang
disertai defisiensi imunologis. Untuk ini diberikan obat anti virus asiklovir
secara injeksi selama 5-7 hari.
4. Hepatitis
Hepatitis (radang hati) dapat ditimbulkan oleh banyak sebab tetapi
paling sering terjadi karena infeksi oleh virus-virus hepatitis. Sebab-sebab
lain hepatitis adalah virus demam kuning dan penyumbata saluran empedu (antara
lain akibat batu empedu), zat-zat kimia atau obat-obat tertentu, dan minum
terlalu banyak alkohol.
Untuk infeksi hepatitis B kronis digunakan obat anti virus Entecavir
untuk perawatannya.Untuk infeksi kronis hepatitis C menggunakan obat anti virus
interferon-a. Yang sekarang sudah berkembang dengan penambahan PEG agar lebih
efektif PEG interferon dan pemakaiannya dipermudah dengan peralatan khusus
pula.
5. Influenza
Influenza disebabkan oleh virus RNA yang dapat hidup pada manusia, kuda,
babi, ikan paus, ayam, itik, burung. Infeksi terjadi melalui inhalasi dari
tetesan air liur (pada waktu bersin, batuk, berbicara). Masa inkubasinya 1-3
hari.
Pengobatan untuk infeksi antivirus pada saluran pernapasan termasuk
influenza tipe A & B, Virus Sinsitial Pernapasan (RSV). Obat-obat tersebut
antara lain:
* Amantadin dan Rimantadin
Amantadin & rimantadin
memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi keduanya terbatas hanya pada
influenza A saja. Mekanisme kerja obat ini yaitu, Amanatadin dan rimantadin
merupakan antivirus yang bekerja pada protein M2 virus, suatu kanal ion
transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2 merupakan pintu masuk ion ke
virion selama proses uncoating. Hal ini menyebabkan destabilisasi ikatan
protein serta proses transport DNA virus ke nucleus. Selain itu, fluks kanal
ion M2 mengatur pH kompartemen intraseluler, terutama aparatus Golgi.
* Inhibitor Neuraminidase ( Oseltamivir,
Zanamivir )
Merupakan obat amtivirus
dengan mekanisme kerja yang sama terhadap virus influenza A dan B. Keduanya
merupakan inhibitor neuraminidase; yaitu analog asam N-asetilneuraminat
(reseptor permukaan sel virus influenza), dan desain struktur keduanya
didasarkan pada struktur neuraminidase virion.
Mekanisme kerja obat ini yaitu, Asam N-asetilneuraminat merupakan
komponen mukoprotein pada sekresi respirasi, virus berikatan pada mucus, namun
yang menyebabkan penetrasi virus ke permukaan sel adalah aktivitas enzim
neuraminidase. Hambatan terhadap neuraminidase mencegah terjadinya infeksi.
Neuraminidase juga untuk penglepasan virus yang optimal dari sel yang
terinfeksi, yang meningkatkan penyebaran virus dan intensitas infeksi. Hambatan
neuraminidase menurunkan kemungkinan berkembangnya influenza dan menurunkan
tingkat keparahan, jika penyakitnya berkembang.
2.2.6 Anti Neoplastika (sitostatika)
Pengertian kanker
Kanker
atau karsinoma (Yunani = karkinos = kepiting) adalah pembentukan jaringan baru
yang abnormal dan bersifat ganas (maligne). Akibatnya adalah terbentuknya suatu
kelompok sel yang mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat
(proliferasi) dan tidak tertahankan serta mengakibatkan pembengkakan atau
benjolan, yang disebut tumor atau
neoplasma (neo = baru; plasma =
bentukan). Sel-sel kanker ini menginfiltrasi ke dalam jaringan-jaringan
sekitarnya dan memusnahkannya. Tumor setempat ini seringkali menyebarkan
sel-selnya melalui saluran darah dan limfe ke tempat-tempat lain dari tubuh
(metastase), dimana berkembang neoplasma sekunder. Gejala umum dari
penyakit-penyakit kanker adalah nyeri yang sangat hebat, penurunan berat badan
mendadak, kepenatan total (cachexia), dan berkeringat malam.
Jenis-jenis
kanker yang dikenal banyak sekali dan hampir semua organ dapat dihinggapi
penyakit ganas ini, termasuk limfe, darah, sumsum, dan otak. Bentuk-bentuk
neoplasma menurut jaringan tempat neoplasma berasal, yaitu :
a. Adenoma : benjolan maligne pada kelenjar, misalnya
pada prostat dan mamma
b. Limfoma : kanker pada kelenjar limfe, misalnya
penyakit (non) Hodgkin dan p. Burkitt yang berciri benjolan rahang
c. Sarkoma : neoplasma ganas yang berasal dari pembuluh
darah, jaringan ikat, otot, atau tulang.
d. Leukimia : kanker darah yang berhubungan dengan
produksi leukosit yang abnormal tinggi dan eritrosit sangat berkurang
e. Myeloma : kanker pada sumsum tulang, misalnya
penyakit Kahler dengan pertumbuhan liar sel-sel plasma di sumsum. Sel plasma
termasuk leukosit dan membentuk antibodi
f. Melanoma : neoplasma kulit yang luar
biasa ganasnya, terdiri dari sel-sel pigmen yang dapat menyebar dengan sangat
pesat.
Sebab-sebab
kanker, menurut para ahli, lebih dari 80% dari semua tumor pada manusia
diakibatkan oleh pengaruh zat-zat karsinogen. Zat karsinogen adalah zat yang
dapat mengakibatkan tumor. Zat karsinogen dapat berasal dari obat-obatan maupun
makanan. Obat-obatan yang mengandung karsinogen antara lain zat alkilasi,
azatioprin, doksorubisin, daunorubisin, dan prokarbazin. Beberapa zat
karsinogen terkenal berasal dari makanan adalah : Nitrosamin, Nitrat,
Benzpiren, Asam desoksikholat, aflatoksin, dan zat-zat pewarna.
Pengobatan
Pengobatan kanker dikenal beberapa cara,
antara lain:
1. Operasi / pembedahan, yaitu dengan
mengangkat sel-sel kanker sehingga tidak terjadi perluasan daerah yang terkena
kanker, misalnya pada kanker kulit.
2. Radiasi / penyinaran, yaitu dengan
melakukan penyinaran pada daerah yang terdapat sel-sel kanker dengan
menggunakan sinar radio aktif.
3. Kemoterapi, yaitu pengobatan dengan
menggunakan obat-obatan yang dapat menghambat atau membunuh sel-sel kanker.
4. Terapi hormon. Hormon dan antihormon
tertentu digunakan pada kanker yang pertumbuhannya tergantung dari hormon,
terutama zat-zat anti-estrogen (tamoksifen) pada kanker mamma dan endometrium,
serta zat anti-androgen (flutamida, nilutamida) pada kanker prostat.
5. Imunoterapi adalah pengobatan
gangguan maligne dengan zat-zat stimulator sistem-imun, antara lain interferon,
interleukine-2, atau LAK-cells
Sitostatika
Cytostatica atau oncolytica (Yun. kytos
= sel, stasis = terhenti, ongkos = benjolan, lysis = melarutkan) adalah zat-zat
yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas (maligne).
Kombinasi dari dua atau lebih sitostatika kerapkali digunakan, yakni yang memiliki titik kerja di dalam sel yang
berlainan, Dengan demikian daya kerjanya diperkuat dan terjadinya resistensi
dapat dihindarkan. Beberapa kombinasi terkenal adalah :
* MVPP =
mustin, vinkristin, prokarbazin, dan prednisolon pada limfoma non-Hodgkin yang
bermetastase
* VMCP =
vinkristin, melfelan, cisplatin, dan prednisolon pada myeloma
* FAM =
fluorurasil, adriamisin, dan mitomisin pada kanker lambung
* CAF =
cyclofosfamida, adriamisin, dan fluorurasil pada kanker mamma yang sudah menyebar
Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya,
sitostatika dapat dibagi dalam beberapa golongan :
1. Zat – Zat Alkilasi
2. Antimetabolit
3. Antimitotika
4. Antibiotika
5. Obat-Obat Lainnya
1) Zat-Zat Alkilasi
Yang
terpenting adalah klormethin dan derivatnya, tiotepa dan busulfan. Obat-obat
ini juga disebut radiomimetikam, karena kerjanya mirip dengan efek penyinaran dengan sinar-sinar ionisasi.
Obat-obat ini terutama digunakan pada kanker korion, limfogranuloma dan
leukimia.
a) Klormethin
Merupakan sitostatika pertama yang digunakan (1946) terhadap kanker
limfogranuloma dan leukemia akut. Kerjanya pendek sekali karena dalam darah
terurai dalam beberapa menit.
* Klorambusil
Adalah derivat klormertin dengan cincin
aromatik, khasiat dan penggunaannya sama. Daya kerjanya lebih lambat dan efek
sampingnya lebih ringan.
* Siklofosfamid
Adalah derivat klormetin dengan cincin
fosfat, yang baru aktif setelah dioksidasi di hati. Selain merusak sumsum
tulang, seringkali mengakibatkan kerontokan rambut dan radang mukosa kandung kemih dengan perdarahan.
* Melfalan
Adalah derivat klormetin yang mengandung
fenilalanin, kerjanya jauh lebih lama lebih kurang 6 jam. Banyak digunakan pada
kanker sumsum tulang. Efek samping perintangan produksi megkaryocyt di sumsum
tulang, yang membentuk pelat-pelat darah.
b) Thiotepa
Memiliki daerah indikasi yang lebih luas daripada derivat-derivat
mustin, yaitu juga pada kanker yang sudah tersebar, maupun pada jenis-jenis
kanker lain yang gagal pengobatannya dengan penyinaran.
c) Busulfan
Berkhasiat spesifik terhadap sumsum tulang, maka khusus digunakan pada
leukemia kronis guna menekan produksi leukosit.
d) Lomustin
Mampu mengalkilasi dan menghambat
berbagai proses di dalamsel. Karena sifatnya yang lipofil dan mudah melintasi
sawar otak, maka obat ini merupakan obat pilihan pertama pada tumor otak.
2) Anti
metabolit
Antimetabolit menghambat jalur metabolisme yang penting
untuk sel kanker agar tetap hidup atau berkembang dengan cara menghambat jalur
folat, purin, pirimidin, dan nukleosida pirimidin yang dibutuhkan untuk
sintesis DNA.
Tidak
ditemukan adanya kekhasan jalur metabolisme untuk sel kanker, namun antimetabolit
dapat dipakai untuk membunuh sel tumor tanpa membunuh tuan rumah, karena adanya
perbedaan dalam fraksi pertumbuhan sel seperti diuraikan terdahulu.
Antimetabolit mempunyai spektrum pemakaian yang lebih sempit dibandingkan
dengan obat antikanker dari kelas lain.
a) Merkaptopurin
Terutama digunakan pada leukemia akut pada anak-anak, juga dalam hal MTX
atau zat-zat alkilasi tidak efektif
lagi.
* Azathioprin
Dalam tubuh dirombak menjadi merkaptopurin. Banyak digunakan sebagai
imunosupresivum pada transplantasi ginjal dan organ-organ lain guna memperkecil
bahaya penolakan organ-organ baru oleh tubuh si penerima.
b) Fluorouracil
Digunakan pada tumor-tumor lambung, usus besar atau (kolon) dan poros
usus (rektum). Efek samping sama dengan MTX.
* Sitarabin
Berkhasiat virustatik terhadap virus-virus DNA. Digunakan pada leukemia
akut pada anak-anak.
3) Anti
Mitotika
Zat
ini mencegah pembelahan sel dengan merintangi pembelahan inti sel.
a) Vinblastin
Merupakan alkaloid tanaman Vinca rosea bersama derivatnya vindesin dan
vinkristin. Terutama digunakan bila radioterapi atau sitostatika lainnya tidak
efektif. Efek samping utama neuritis perifer, mual, muntah, rambut rontok dan
obstipasi.
* Vindesin
Khasiat kurang lebih sama dengan vinblastin, tetapi kurang menekan
sumsum tulang dan neurotoksis. Digunakan antara lain pada leukemia akut pada
anak-anak dan pada kanker buah dada.
* Vinkristin
Digunakan pada leukemia akut pada anak-anak, umumnya dikombinasikan
dengan obat lain, misalnya merkaptopurin dan prednison. Efek samping sama
dengan vinblastin, polineuritis lebih cepat terjadi dan terapi harus segera
ditunda hingga gejala - gejala lenyap.
Depresi sumsum tulang praktis tidak terjadi.
c) Podofilin
Damar ini diperoleh dari akar tanaman Podophyllum peltatum yang antara
lain mengandung zat antimitotik podolifotoksin. Dua glikosida semisintetisnya
adalah teniposida dan etoposida
* Teniposida
Digunakan pada limfoma Hodgkin, kanker
otak dan kandung kemih.
* Etoposida
Digunakan antara lain pada kanker testis
dan ovarium.
4) Antibiotika
Sejumlah antibiotik (metabolit mikroba) telah memperlihatkan aktiviats
terhadap kanker, pada saat ini aktinomisin adalah yang terefektif secara
klinik. Terutama digunakan pada kanker korion yang sudah metastasis, biasanya
dikombinasikan dengan klorambusil dan MTX. Efek samping sama dengan sitostatika
lain yakni gangguan darah, lambung-usus dan rambut rontok.
a) Mitomisin
Sangat toksis untuk sumsum tulang, maka pengawasan darah seksama harus
dilakukan bila obat-obat lain tidak efektif.
b) Doksorubisin
Digunakan khusus pada leukemia akut dan limfogranouloma yang tidak dapat
diobati dengan sitostatika lain, biasanya dengan vinkristin dan prednison.
* Daunorubisin
Merupakan derivat doksorubisin
dengan khasiat dan efek samping yang sama. Urin dapat berwarna merah seperti
doksorubisin.
5) Obat-Obat
Lainnya
Obat-obat lain yang digunakan pada kanker terdiri dari kortikosteroida,
hormon kelamin, prokarbazin dan asparaginase.
a) Kortikosteroida
Hampir pada semua kombinasi obat pada terapi kanker mengandung prednison
atau turunannya, karena efeknya langsung terhadap sel-sel kanker sendiri dan
menghasilkan pengaruh yang baik seperti demam menurun, perasaan nyaman, tumor
menjadi ringan, nafsu makan bertambah, dan sebagainya.
b) Hormon-hormon kelamin
Kerapkali digunakan dengan hasil yang baik, pada jenis-jenis kanker yang
tergantung dari hormon, yang pertumbuhannya dapat dihambat oleh androgen atau
estrogen, atau anti hormon, misalnya estrogen diberikan pada kanker prostat
(guna meniadakan efek hormon pria). Androgen diberikan pada kanker payudara.
c) Prokarbazin
Dianjurkan sebagai obat pilihan kedua pada limfogranuloma, dalam
kombinasi dengan klormethin, vinkristin dan prednison.
d) L-Asparaginase
Enzim ini diperoleh dari pembiakan bakteri E.coli. Pada leukemia
tertentu sel-sel kanker tidak dapat membentuk 1-asparagin yang diperlukannya
untuk sintesis proteinnya. Maka zat ini menggunakan asparagin tersebut sehingga
sel-sel kanker terhenti perkembangannya. Efek samping mual, muntah, gangguan
SSP dan hati, alergi. Hanya digunakan pada leukemia akut dan sebagai obat
pilihan kedua.
e) Cisplatin
Terutama digunakan pada kanker testis dalam kombinasi dengan vinkristin
dan bleomisin, serta pada kanker ovarium.
f) Interferon
Daya sitostatiknya telah dibuktikan untuk beberapa bentuk kanker. Selain
itu juga berdaya anti virus dan dianjurkan sebagai pencegah influensa sampai 24
jam sesudah terjadinya infeksi.
Spesialite obat-obat sitostatika.
NO
GENERIK dan LATIN
DAGANG
PABRIK
1
Dokosorubisin Hidroklorida
Adiamycin RD
Carlo Erba
(Doxorubici Hydrochloridum)
2
Fluorourasil
Adrucil
Carlo Erba
(Fluorouracilum)
3
Bleomisin Sulfat
Bleocin
Kalbe Farma
(Bleomicini Sulfas)
4
Sisflatin(Cisflatinum)
Cisplatin
Kalbe Farma
5
Siklofosfamida
Endoxan
Asta
(Cyclophosphamidum
6
Metotreksat(Methotrexatum
Farmitrexat
Carlo Erba
7
Sitarabin (Cytarabin)
Erbabin
Kalbe Farma
8
Vinkristin Sulfat
Krebin
Kalbe Farma
(Vincristini Sulfas)
9
Vinblastin Sulfat
Vinblastine Sulphate DBL
Tempo Scan Pasific
(Vinblastini Sulfas)